Jeruk Kumquat Beracun Ungkap Masalah Pestisida di Vietnam

Minggu, 22 Februari 2015 - 09:16 WIB
Jeruk Kumquat Beracun Ungkap Masalah Pestisida di Vietnam
Jeruk Kumquat Beracun Ungkap Masalah Pestisida di Vietnam
A A A
Pada Tahun Baru Imlek, sebagian besar keluarga di Vietnam membeli pohon jeruk kumquat sebagai simbol kesejahteraan. Meski demikian, buah yang nikmat itu kini dibuang tak dimakan saat terungkap skandal keamanan makanan yang merusak kepercayaan konsumen pada produk lokal.

Walaupun masalah keamanan pangan di Vietnam itu tidak menjadi berita global seperti yang terjadi di China, masalah yang dihadapi para konsumen di sana sama. Banyak produk sayuran dan buah-buahan yang mengandung pestisida sehingga membuat konsumen khawatir.

“Semua tanaman disemprot pestisida saat ini. Bahkan, sayuran yang saya beli di pasar setiap hari,” ujar pensiunan guru Mac Thi Hoa pada kantor berita AFP . Seperti kebanyakan warga Vietnam yang membeli pohon jeruk kumquat untuk menyambut tahun baru. Hoa juga memasak buah jeruk dengan gula untuk membuat manisan.

Kendati demikian, dia sekarang sudah berhenti memasak manisan jeruk karena khawatir dengan kesehatannya. “Para penjual mengklaim mereka tidak menggunakan bahan kimia di pohon, tapi saya tidak percaya,” ujar perempuan 65 tahun tersebut. Dia kini hanya menggunakan pohon jeruk itu untuk dekorasi.

Para petani kumquat menjelaskan, untuk menghasilkan laba, mereka harus menjual buah tanpa cacat dan mereka harus memastikan seluruh buah matang sebelum Tahun Baru Imlek, atau disebut Festival Tet, untuk memenuhi permintaan yang sangat banyak. Kondisi ini tidak dapat tercapai tanpa penggunaan insektisida dan pupuk buatan. “Kumquat tidak akan terlihat bagus tanpa menggunakan bahan kimia meski itu menghasilkan buah beracun,” kata petani Nguyen Thi Hang.

“Jika Anda memakan buah langsung dari pohon, itu tidak bagus untuk kesehatan Anda. Konsumen harus menunggu beberapa pekan dan mencuci buah dengan cermat untuk membuang sisa bahan kimia sebelum mengonsumsinya.” Para pakar menjelaskan, fakta bahwa simbol kesejahteraan menjadi risiko kesehatan menunjukkan bagaimana isu pencemaran bahan kimia telah terjadi di Vietnam.

Sebagai eksportir beras, kopi, dan makanan hasil laut, Vietnam mencoba meningkatkan jumlah ekspornya naik 36 % year on year di banding 2014, menjadi USD1,46 miliar, menurut data resmi pemerintah. Produk ekspor diawasi langsung dan dilarang menggunakan pestisida. Produk buah asal Vietnam yang sebelumnya dilarang di Jepang kini sudah mulai diperbaiki.

Meski demikian, di dalam negeri para konsumen tidak terlalu peduli dengan masalah pestisida tersebut. Mayoritas rakyat Vietnam masih membeli produk segar di pasar tradisional yang terbuka, tidak resmi, dan biasanya tidak higienis. Ada sejumlah skandal keamanan pangan saat produk itu ternyata mengandung pestisida melebihi ambang batas maksimal.

Media pemerintah juga sering melaporkan pelarangan produk yang diimpor dari China. Tahun lalu Vietnam menghabiskan lebih dari USD770 juta untuk mengimpor pestisida. Para pakar menyatakan, saat ini banyak pestisida yang diselundupkan dari China. Sedikitnya sepertiga petani Vietnam menggunakan pestisida kimia secara tidak tepat, menurut hasil riset Kementerian Pertanian.

“Semua insektisida bisa berbahaya,” kata petani Vu Huu Nhung sambil menyemprot bahan kimia ke tanaman cabai, dengan mengenakan masker pelindung, di pinggiran Hanoi, Dang Xa. Menurut Profesor Nguyen Van Tuat, Deputi Direktur Agriculture Science Institute Vietnam, penggunaan pestisida secara berlebihan memiliki dampak buruk dan berbagai hal akan semakin memburuk.

Syarifudin
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7244 seconds (0.1#10.140)