Mengaku Polisi, Begal Semakin Lihai
A
A
A
DEPOK - Pelaku perampokan sepeda motor makin lihai dan licin. Mereka melakukan beragam modus untuk melumpuhkan korbannya. Setelah modus jebakan tali jaring, begal motor beraksi dengan mengaku polisi.
Para pelaku kejahatan ini sepertinya memperbarui modus lama yang sudah mulai terendus oleh aparat kepolisian. Modus mengaku sebagai polisi diawali dengan memepet korban yang melintasi jalan sepi.
Seperti yang menimpa Denis Asmaja, 25, warga Garut, Jawa Barat, ketika melewati depan SPBU Permata Regency, Jalan Raya Citayam, Pondok Jaya, Depok, pukul 04.00 WIB kemarin. Kurir makanan ringan itu tengah mengendarai Honda Blade merah silver bernopol B 3224 BKL milik bosnya seusai mengantar pesanan rujak cireng ke Pasar Citayam. Dia hendak menuju Jalan Raya Margonda dan akan pulang ke rumah bosnya di Kampung Rambutan, Jakarta Timur.
Di lokasi kejadian, seorang pelaku yang dibonceng tiba-tiba langsung menodongkan pistol ke arah korban sambil mengaku polisi. “Saya diminta berhenti di pinggir jalan dan pelaku bermodus memeriksa tas. Uang Rp1 juta diambil, STNK sama sepeda motor juga diambil,” ujar Denis di Polresta Depok kemarin. Dia mengaku percaya dua orang itu sebagai polisi karena pelaku memperlihatkan pistol. Kepada korban, pelaku mengaku sedang mencari tersangka pengedar narkotika.
Setelah menjarah, pelaku memberi korban uang Rp50.000 untuk ongkos pulang. “Uang yang dirampok itu setoran cireng,” ucapnya. Menurut dia, ciri-ciri pelaku perampokan yaitu berbadan gemuk dengan memakai helm tertutup dan satu pelaku lagi berperawakan kurus dan berhelm biasa. “Yang bawa motor saya itu badannya agak kurus pakai celana jins. Nah, yang agak gendut yang nodong saya pakai senjata api,” ungkapnya.
Kasat Reskrim Polresta Depok Kompol Agus Salim mengatakan baru menerima laporan tersebut sehingga pihaknya belum bisa berkomentar banyak. “Ini baru laporan awal, masih diselidiki,” ujarnya. Menurut kriminolog Universitas Indonesia Muhammad Mustofa, pelaku kejahatan akan selalu mencari kesempatan dengan berbagai cara, termasuk salah satunya memanfaatkan momentum razia yang biasa dilakukan pihak kepolisian.
Dengan demikian, korban menjadi lebih percaya bahwa pelaku adalah benar polisi. Untuk itu, pengawasan dengan sistem patroli harus terus digiatkan. Jika situasinya semakin meresahkan, patroli seharusnya dilakukan secara merata. Jadi bukan hanya di titik yang dianggap rawan. “Karena pelaku tentunya akan mencari tempat lain yang mereka anggap lebih aman untuk melakukan kejahatan,” ucapnya.
Di bagian lain, Wandi, anggota Satuan Sabhara Polres Jakarta Pusat, menjadi korban perampokan saat sedang istirahat seusai menggelar razia di halte Jalan Gunung Sahari Raya, seberang Golden Truly, Sawah Besar, Jakarta Pusat, kemarin. Dia memarkirkan sepeda motor Yamaha Mio di depan halte. Ketika tengah melepas lelah, dia dihampiri dua pria tak dikenal yang langsung menodongkan pisau.
Dua pelaku langsung merampas kunci motor korban dan membawanya kabur. Tak tinggal diam, Wandi berteriak rampok dan didengar dua anggota Resmob Polres Jakarta Pusat yang sedang berpatroli. BrigadirSagaladanAiptuHendra yang mengendarai sepeda motor langsung mengejar pelaku. Namun ketika dihadang, mereka menyerang anggota dengan senjata tajam. Petugas memberikan tembakan peringatan.
Saat hendak ditangkap, pelaku malah kabur sehingga anggota Resmob terpaksa mengambil tindakan tegas. Seorang pelaku bernama Nurul Hidayat alias Bendot, 22, terpaksa ditembak kaki kirinya. Sementara pelaku lain, Dani alias Botak, lolos dari sergapan petugas. “Dalam aksi, mereka tak memandang siapa korbannya,” ujar Kanit Resmob Polres Jakarta Pusat AKP Mustakim.
Sementara itu, aksi perampokan di dalam taksi kembali terjadi. Korbannya sopir taksi, Wasidi, 35, yang mengalami luka tusuk di bagian perut sebelah kanan setelah ditikam orang tak dikenal. “Meski tertusuk, dia masih bisa membawa taksinya ke RS Tarakan. Namun karena lukanya parah, akhirnya kami rujuk ke RS Polri Kramatjati,” kata Kabag Operasional Polres Jakarta Barat AKBP Yossie Prihambodo.
Dia menjelaskan, pelaku menumpang taksi dari Cipete untuk diantar ke Karawaci, Tangerang. Sampai di Karawaci, pelaku minta balik lagi ke Jakarta. Ketika di tol Meruya, pelaku berpura-pura ingin buang air dan laju taksi pun melambat.
“Saat itulah korban ditusuk. Pelaku membawa kabur Rp100.000 milik korban, lalu kabur meninggalkan sopir yang terluka,” ujarnya.
R ratna purnama/ ridwansyah/ yan yusuf
Para pelaku kejahatan ini sepertinya memperbarui modus lama yang sudah mulai terendus oleh aparat kepolisian. Modus mengaku sebagai polisi diawali dengan memepet korban yang melintasi jalan sepi.
Seperti yang menimpa Denis Asmaja, 25, warga Garut, Jawa Barat, ketika melewati depan SPBU Permata Regency, Jalan Raya Citayam, Pondok Jaya, Depok, pukul 04.00 WIB kemarin. Kurir makanan ringan itu tengah mengendarai Honda Blade merah silver bernopol B 3224 BKL milik bosnya seusai mengantar pesanan rujak cireng ke Pasar Citayam. Dia hendak menuju Jalan Raya Margonda dan akan pulang ke rumah bosnya di Kampung Rambutan, Jakarta Timur.
Di lokasi kejadian, seorang pelaku yang dibonceng tiba-tiba langsung menodongkan pistol ke arah korban sambil mengaku polisi. “Saya diminta berhenti di pinggir jalan dan pelaku bermodus memeriksa tas. Uang Rp1 juta diambil, STNK sama sepeda motor juga diambil,” ujar Denis di Polresta Depok kemarin. Dia mengaku percaya dua orang itu sebagai polisi karena pelaku memperlihatkan pistol. Kepada korban, pelaku mengaku sedang mencari tersangka pengedar narkotika.
Setelah menjarah, pelaku memberi korban uang Rp50.000 untuk ongkos pulang. “Uang yang dirampok itu setoran cireng,” ucapnya. Menurut dia, ciri-ciri pelaku perampokan yaitu berbadan gemuk dengan memakai helm tertutup dan satu pelaku lagi berperawakan kurus dan berhelm biasa. “Yang bawa motor saya itu badannya agak kurus pakai celana jins. Nah, yang agak gendut yang nodong saya pakai senjata api,” ungkapnya.
Kasat Reskrim Polresta Depok Kompol Agus Salim mengatakan baru menerima laporan tersebut sehingga pihaknya belum bisa berkomentar banyak. “Ini baru laporan awal, masih diselidiki,” ujarnya. Menurut kriminolog Universitas Indonesia Muhammad Mustofa, pelaku kejahatan akan selalu mencari kesempatan dengan berbagai cara, termasuk salah satunya memanfaatkan momentum razia yang biasa dilakukan pihak kepolisian.
Dengan demikian, korban menjadi lebih percaya bahwa pelaku adalah benar polisi. Untuk itu, pengawasan dengan sistem patroli harus terus digiatkan. Jika situasinya semakin meresahkan, patroli seharusnya dilakukan secara merata. Jadi bukan hanya di titik yang dianggap rawan. “Karena pelaku tentunya akan mencari tempat lain yang mereka anggap lebih aman untuk melakukan kejahatan,” ucapnya.
Di bagian lain, Wandi, anggota Satuan Sabhara Polres Jakarta Pusat, menjadi korban perampokan saat sedang istirahat seusai menggelar razia di halte Jalan Gunung Sahari Raya, seberang Golden Truly, Sawah Besar, Jakarta Pusat, kemarin. Dia memarkirkan sepeda motor Yamaha Mio di depan halte. Ketika tengah melepas lelah, dia dihampiri dua pria tak dikenal yang langsung menodongkan pisau.
Dua pelaku langsung merampas kunci motor korban dan membawanya kabur. Tak tinggal diam, Wandi berteriak rampok dan didengar dua anggota Resmob Polres Jakarta Pusat yang sedang berpatroli. BrigadirSagaladanAiptuHendra yang mengendarai sepeda motor langsung mengejar pelaku. Namun ketika dihadang, mereka menyerang anggota dengan senjata tajam. Petugas memberikan tembakan peringatan.
Saat hendak ditangkap, pelaku malah kabur sehingga anggota Resmob terpaksa mengambil tindakan tegas. Seorang pelaku bernama Nurul Hidayat alias Bendot, 22, terpaksa ditembak kaki kirinya. Sementara pelaku lain, Dani alias Botak, lolos dari sergapan petugas. “Dalam aksi, mereka tak memandang siapa korbannya,” ujar Kanit Resmob Polres Jakarta Pusat AKP Mustakim.
Sementara itu, aksi perampokan di dalam taksi kembali terjadi. Korbannya sopir taksi, Wasidi, 35, yang mengalami luka tusuk di bagian perut sebelah kanan setelah ditikam orang tak dikenal. “Meski tertusuk, dia masih bisa membawa taksinya ke RS Tarakan. Namun karena lukanya parah, akhirnya kami rujuk ke RS Polri Kramatjati,” kata Kabag Operasional Polres Jakarta Barat AKBP Yossie Prihambodo.
Dia menjelaskan, pelaku menumpang taksi dari Cipete untuk diantar ke Karawaci, Tangerang. Sampai di Karawaci, pelaku minta balik lagi ke Jakarta. Ketika di tol Meruya, pelaku berpura-pura ingin buang air dan laju taksi pun melambat.
“Saat itulah korban ditusuk. Pelaku membawa kabur Rp100.000 milik korban, lalu kabur meninggalkan sopir yang terluka,” ujarnya.
R ratna purnama/ ridwansyah/ yan yusuf
(ars)