Empat Penambang Emas Ditemukan Tewas
A
A
A
CIANJUR - Empat penambang emas tradisional yang terjebak dalam lubang sedalam 1 km di Gunung Rosa di Kampung Tugu Mas, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, ditemukan dalam keadaan tewas kemarin pagi.
Mereka adalah Juman, 55, dan Encep, 32, warga Desa Cimenteng, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur; Wardi, 25, warga Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka; serta Paul, 34, asal Desa Cibokor, Kecamatan Cibeber.
Mereka berhasil dievakuasi tim gabungan dari Polres Cianjur, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD) Cianjur, dan PMI Kabupaten Cianjur dalam proses yang berliku. Menurut Kapolres Cianjur AKBP Dedi Kusuma Bakti, evakuasi terhadap empat penambang yang terjebak di lubang galian yang tergenang air dilakukan dengan membentuk empat tim yang masing-masing beranggotakan 10 orang dengan total 43 orang.
”Mereka masuk ke lubang untuk mengevakuasi empat korban yang terjebak,” kata Kapolres. Berdasarkan hasil pengecekan, empat korban tersebut terjebak dalam lubang deckland sampai kedalaman sekitar 1 km dihitung dari ujung pintu masuk deckland . Kondisi lubang di dalam sangat sempit dan hanya seukuran tubuh manusia dalam posisi merayap sehingga tidak dimungkinkan melakukan manuver putaran tubuh ketika ada dalam lubang tersebut.
Kecuali telah sampai pada lubang yang besar. Kapolres menjelaskan, tim yang masuk ke lubang sudah dibekali alat-alat sesuai kebutuhan teknis. Dalam menunjang proses evakuasi juga telah didatangkan dua unit pompa air dari Bandung untuk menyedot air dari lubang deckland . ”Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, penjagaan atau pengamanan juga dilakukan secara ketat di lubang masuk deckland,” sebutnya.
Dedi menambahkan, sebelum itu antisipasi kemungkinan terburuk dari proses evakuasi terhadap para penambang juga sudah dilakukan tim dari Polres, BPBD, dan PMI. Mereka sudah menyiapkan dua ambulans lengkap tenaga medisnya sejak Rabu (11/2). Ternyata benar, mereka ditemukan dalam keadaan tak bernyawa pada Kamis (12/2) pukul 06.50 WIB.
”Kini semua korban sudah diserahkan kepada pihak keluarga masing-masing untuk dikebumikan,” ujar Dedi. Kapolres mengungkapkan, kecelakaan yang menimpa para penambang itu terjadi pada Selasa (10/2) sekitar pukul 10.30 WIB. Mereka masuk lubang deckland saat pompa dalam keadaan mati. Selain empat korban meninggal yang ditemukan kemarin, sebetulnya ada tiga penambang lain yang masuk bersamaan.
Satu orang tewas dan jasadnya sudah ditemukan sejak Rabu (11/2) yakni Amud, 20, asal Sukabumi, yang diduga meninggal akibat kekurangan oksigen di lubang shuff , serta dua orang lain yang selamat, Asep, 25, dan Uril, 30. ”Menurut saksi mata, para korban sudah diperingatkan. Mekanik pun dilarang, untuk tidak masuk. Hanya, mereka tidak mengindahkannya dan tetap melanjutkan aktivitas saat air belum naik,” tuturnya.
Luapan air datang diduga dari bagian dalam akibat tidak berfungsinya pompa penyedot air yang biasa dipakai penambang untuk mencari urat emas dalam lubang yang telah ada sejak puluhan tahun lalu. Itu yang tidak diantisipasi sehingga merenggut korban lima nyawa. Dua penambang yang berhasil selamat, Asep dan Uril, mengaku bersyukur terhindar dari musibah yang dialami kelima rekannya.
Padahal, keduanya masuk secara bersamaan ke dalam gua deckland . Asep dan Uril selamat setelah mereka nekat menyelam untuk mencapai permukaan lubang. ”Sebelumnya, kami juga terjebak. Namun, kami memaksakan diri menyelam mencari lubang keluar. Sementara lima rekan kami memutuskan bertahan dan hanya menitipkan pesan agar meminta bantuan mekanik untuk menyedot air yang masuk dalam lubang penambangan emas,” papar Uril saat menceritakan kejadian tragis yang dialaminya.
Terkait kematian lima penambang emas di Gunung Rosa, politikus muda dari Partai Golkar Moch Isnaeni menuding peristiwa tersebut terjadi karena kurang cepatnya pemerintah melakukan pengambilalihan lahan pertambangan gunung emas yang selama ini dikuasai sekelompok orang.
”Penambangan ilegal oleh masyarakat di Gunung Rosa itu sudah berlangsung lama dan selalu bermasalah. Selama ini pemerintah seperti tidak berdaya melakukan upaya melegalkan pertambangan emas yang selama ini dijadikan hajat masyarakat tertentu. Hasilnya, tentu seperti sekarang karena keselamatan para penambang saat melakukan penambangan sama sekali tidak ada,” tuturnya.
Dia menambahkan, pemerintah saat ini bisa lebih leluasa melakukan tindakan mengambil alih lokasi tambang dengan terbitnya peraturan daerah yang mengatur pertambangan dikelola pemerintah. Sudah saatnya pemerintah melakukan upaya pengelolaan pertambangan emas sehingga menjadi salah satu penyumbang pendapatan asli daerah (PAD).
”Selama ini izin yang diberikan pemerintah daerah untuk salah satu perusahaan penambangan emas tidak pernah efektif. Fakta di lapangan, pemegang izin tidak pernah bisa melakukan aktivitas dengan maksimal karena tarik ulur kepentingan dengan pihak tertentu. Jadi, lebih baik dikelola pemerintah sehingga tidak ada tumpang tindih hak dan berimbas pada keselamatan kerja penambang,” tambahnya.
Ricky susan
Mereka adalah Juman, 55, dan Encep, 32, warga Desa Cimenteng, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur; Wardi, 25, warga Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka; serta Paul, 34, asal Desa Cibokor, Kecamatan Cibeber.
Mereka berhasil dievakuasi tim gabungan dari Polres Cianjur, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD) Cianjur, dan PMI Kabupaten Cianjur dalam proses yang berliku. Menurut Kapolres Cianjur AKBP Dedi Kusuma Bakti, evakuasi terhadap empat penambang yang terjebak di lubang galian yang tergenang air dilakukan dengan membentuk empat tim yang masing-masing beranggotakan 10 orang dengan total 43 orang.
”Mereka masuk ke lubang untuk mengevakuasi empat korban yang terjebak,” kata Kapolres. Berdasarkan hasil pengecekan, empat korban tersebut terjebak dalam lubang deckland sampai kedalaman sekitar 1 km dihitung dari ujung pintu masuk deckland . Kondisi lubang di dalam sangat sempit dan hanya seukuran tubuh manusia dalam posisi merayap sehingga tidak dimungkinkan melakukan manuver putaran tubuh ketika ada dalam lubang tersebut.
Kecuali telah sampai pada lubang yang besar. Kapolres menjelaskan, tim yang masuk ke lubang sudah dibekali alat-alat sesuai kebutuhan teknis. Dalam menunjang proses evakuasi juga telah didatangkan dua unit pompa air dari Bandung untuk menyedot air dari lubang deckland . ”Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, penjagaan atau pengamanan juga dilakukan secara ketat di lubang masuk deckland,” sebutnya.
Dedi menambahkan, sebelum itu antisipasi kemungkinan terburuk dari proses evakuasi terhadap para penambang juga sudah dilakukan tim dari Polres, BPBD, dan PMI. Mereka sudah menyiapkan dua ambulans lengkap tenaga medisnya sejak Rabu (11/2). Ternyata benar, mereka ditemukan dalam keadaan tak bernyawa pada Kamis (12/2) pukul 06.50 WIB.
”Kini semua korban sudah diserahkan kepada pihak keluarga masing-masing untuk dikebumikan,” ujar Dedi. Kapolres mengungkapkan, kecelakaan yang menimpa para penambang itu terjadi pada Selasa (10/2) sekitar pukul 10.30 WIB. Mereka masuk lubang deckland saat pompa dalam keadaan mati. Selain empat korban meninggal yang ditemukan kemarin, sebetulnya ada tiga penambang lain yang masuk bersamaan.
Satu orang tewas dan jasadnya sudah ditemukan sejak Rabu (11/2) yakni Amud, 20, asal Sukabumi, yang diduga meninggal akibat kekurangan oksigen di lubang shuff , serta dua orang lain yang selamat, Asep, 25, dan Uril, 30. ”Menurut saksi mata, para korban sudah diperingatkan. Mekanik pun dilarang, untuk tidak masuk. Hanya, mereka tidak mengindahkannya dan tetap melanjutkan aktivitas saat air belum naik,” tuturnya.
Luapan air datang diduga dari bagian dalam akibat tidak berfungsinya pompa penyedot air yang biasa dipakai penambang untuk mencari urat emas dalam lubang yang telah ada sejak puluhan tahun lalu. Itu yang tidak diantisipasi sehingga merenggut korban lima nyawa. Dua penambang yang berhasil selamat, Asep dan Uril, mengaku bersyukur terhindar dari musibah yang dialami kelima rekannya.
Padahal, keduanya masuk secara bersamaan ke dalam gua deckland . Asep dan Uril selamat setelah mereka nekat menyelam untuk mencapai permukaan lubang. ”Sebelumnya, kami juga terjebak. Namun, kami memaksakan diri menyelam mencari lubang keluar. Sementara lima rekan kami memutuskan bertahan dan hanya menitipkan pesan agar meminta bantuan mekanik untuk menyedot air yang masuk dalam lubang penambangan emas,” papar Uril saat menceritakan kejadian tragis yang dialaminya.
Terkait kematian lima penambang emas di Gunung Rosa, politikus muda dari Partai Golkar Moch Isnaeni menuding peristiwa tersebut terjadi karena kurang cepatnya pemerintah melakukan pengambilalihan lahan pertambangan gunung emas yang selama ini dikuasai sekelompok orang.
”Penambangan ilegal oleh masyarakat di Gunung Rosa itu sudah berlangsung lama dan selalu bermasalah. Selama ini pemerintah seperti tidak berdaya melakukan upaya melegalkan pertambangan emas yang selama ini dijadikan hajat masyarakat tertentu. Hasilnya, tentu seperti sekarang karena keselamatan para penambang saat melakukan penambangan sama sekali tidak ada,” tuturnya.
Dia menambahkan, pemerintah saat ini bisa lebih leluasa melakukan tindakan mengambil alih lokasi tambang dengan terbitnya peraturan daerah yang mengatur pertambangan dikelola pemerintah. Sudah saatnya pemerintah melakukan upaya pengelolaan pertambangan emas sehingga menjadi salah satu penyumbang pendapatan asli daerah (PAD).
”Selama ini izin yang diberikan pemerintah daerah untuk salah satu perusahaan penambangan emas tidak pernah efektif. Fakta di lapangan, pemegang izin tidak pernah bisa melakukan aktivitas dengan maksimal karena tarik ulur kepentingan dengan pihak tertentu. Jadi, lebih baik dikelola pemerintah sehingga tidak ada tumpang tindih hak dan berimbas pada keselamatan kerja penambang,” tambahnya.
Ricky susan
(ars)