Kongres Umat Islam Sepakati Risalah Yogyakarta

Kamis, 12 Februari 2015 - 10:18 WIB
Kongres Umat Islam Sepakati Risalah Yogyakarta
Kongres Umat Islam Sepakati Risalah Yogyakarta
A A A
YOGYAKARTA - Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI di Yogyakarta menghasilkan tujuh rekomendasi, yang kemudian disebut RisalahYogyakarta.

Salah satu risalah itu menyerukan umat Islam bersatu dan berperan memperbaiki kehidupan nasional yang saat ini banyak mengalami distorsi. Kongres juga mengamanahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk badan pekerja sebagai pengawas Risalah Yogyakarta tersebut. Kemungkinan bulan depan Badan Pekerja baru bisa terbentuk.

Dalam penjelasannya, Ketua SC KUII VI Din Syamsuddin, menegaskan, NKRI yang diproklamasikan 17 Agustus 1945 berdasarkan Pancasila adalah puncak perjuangan cita-cita umat Islam. Realitas yang terjadi hari ini, kehidupan nasional banyak mengalami distorsi dari cita-cita nasional. Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini mencontohkan distorsi tersebut ditandai degan derasnya liberalisasi dan kapitalisasi dalam segala bidang.

“Imbasnya, muncul gejala kerusakan kehidupan bangsa yang ditandai dengan perilaku pragmatis, koruptif, manipulatif, individualistis dan hedonis,” kata Din dalam penutupan kongres diYogyakarta kemarin. Menurut dia, sebagai umat terbesar di Indonesia, umat Islam memiliki tanggung jawab terbesar membangun negara. Umat Islam wajib mengisi NKRI, membela dan mempertahankan berdasar wawasan Islam rahmatan lil’alamin dan ukhuwah basyariyah.

Ketua Umum PP Muhammadiyah ini mengungkapkan, pembentukan badan pekerja diprakarsai oleh MUI dengan melibatkan berbagai pihak dan ormas Islam. Badan pekerja akan berada di dalam struktural MUI. Ketua OC KUII VI, Anwar Abbas menambahkan, untuk membangun negara dan membangkitkan peran umat Islam kongres menghasilkan Risalah Yogyakarta.

“Risalah ini sebagai acuan, referensi umat Islam atau ormas Islam untuk bersatu, bangkit membangun negara sesuai nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan,” katanya. Dia mengungkapkan, risalah berisi beberapa poin penting, yaitu seruan umat Islam bersatu memberdayakan diri baik dalam politik, ekonomi, maupun sosial budaya. Hal Ini penting karena sebagai umat mayoritas, peran umat Islam belum maksimal dalam bernegara.

Pada kesempatan itu Presiden Joko Widodo justru menilai umat Islam memiliki peran besar dalam kehidupan bernegara. Sebagai umat muslim terbesar di dunia, perkembangan sejarah Islam Indonesia dipenuhi budaya toleransi. “Saya bangga, sering dapat sanjungan dari luar negeri. Kita sebagai pemeluk Islam terbesar, namun mampu menjaga keutuhan,”kata Jokowi saat penutupan KUII VI di Yogyakarta.

Presiden mengatakan, kondisi umat Islam Indonesia yang terus terjaga bisa menjadi model untuk menjaga kebersamaan dunia dengan budaya toleransi yang tinggi. “Kita (Indonesia) bisa menjadi role modeldunia,” ucapnya.

Ridwan anshori
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4695 seconds (0.1#10.140)