Partai Perindo Perlu Usung Program Nyata untuk Masyarakat
A
A
A
JAKARTA - Peluang Partai Persatuan Indonesia (Perindo) untuk mendapat dukungan rakyat di pemilu mendatang sangat besar, terutama jika mampu menyajikan program yang konkret untuk kesejahteraan masyarakat.
Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gun Gun Heryanto mengatakan, kelemahan partai politik (parpol) yang ada selama ini tidak memperhatikan kesejahteraan masyarakat dengan melakukan gerakan konkret. Padahal, ukuran keberhasilan parpol di mata masyarakat adalah sejauh mana parpol itu bisa memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat melalui programnya.
”Perindo bisa memainkan peluang itu dengan program yang membumi dan melakukan kerja konkret di masyarakat,” katanya di Jakarta kemarin. Di sisi lain, kecenderungan parpol di Indonesia tidak memiliki kemandirian ekonomi. Kekuatan ekonomi parpol hanya bertumpu pada kekuatan finansial pendiri parpol sehingga posisi tawar partai menjadi lemah.
”Dengan kekuatan yang dimiliki, Perindo memiliki potensi untuk membangun partai dengan konsep kemandirian ekonomi. Hary Tanoesoedibjo (ketua umum Partai Perindo) memiliki potensi untuk membangun itu. Ini yang tak dimiliki partai lain,” kata Gun Gun. Kelemahan lain parpol selama ini, lanjut Gun Gun, juga terletak pada pola kaderisasi yang bolong.
Dalam jangka lima tahun, Perindo memiliki peluang untuk membangun pendidikan kaderisasi untuk dipersiapkan dalam pertarungan di 2019. ”Skema kaderisasi itu dengan merekrut, membina, dan mendistribusikan mereka dalam pos yang tepat. Penarikan figur penting,” terangnya.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Indonesia Agung Suprio mengungkapkan ada empat syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi sebuah partai besar, yakni finansial yang cukup, kaderisasi yang optimal, media yang kuat, dan public relation (PR) atau tim politik yang memadai.
”Perindo punya finansial, media juga punya. Tinggal kaderisasi dan tim politik yang mesti dipikirkan. Media bisa mendongkrak popularitas, tapi juga bisa menciptakan sentimen politik, makanya perlu tim politik yang kuat,” terangnya.
Dari segi posisi politik, menurut Agung, Perindo sangat diuntungkan karena tidak berada pada blok politik tertentu, yakni Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP). Dalam posisi moderat itu, Perindo bisa bebas mengayunkan aspirasi politik yang sesuai dengan kehendak rakyat.
”Perindo bisa menyikapi kasus politik dengan bebas, misalnya kasus KPK-Polri, di saat KIH mendesak pelantikan kapolri, dan KMP diam, Perindo bisa menolak dengan memperhatikan suara rakyat,” katanya.
Menurutnya, Perindo harus memiliki karakter yang berbeda dengan parpol lain dengan memperkuat ideologi partai. Ideologi itu akan menentukan arah dan kebijakan partai. ”Jika ideologinya prorakyat dan demokrasi maka kebijakan, program, dan sikap partai adalah turunan dari itu. Makanya garis ideologi itu yang harus diperkuat dulu,” katanya.
Khoirul muzakki
Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gun Gun Heryanto mengatakan, kelemahan partai politik (parpol) yang ada selama ini tidak memperhatikan kesejahteraan masyarakat dengan melakukan gerakan konkret. Padahal, ukuran keberhasilan parpol di mata masyarakat adalah sejauh mana parpol itu bisa memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat melalui programnya.
”Perindo bisa memainkan peluang itu dengan program yang membumi dan melakukan kerja konkret di masyarakat,” katanya di Jakarta kemarin. Di sisi lain, kecenderungan parpol di Indonesia tidak memiliki kemandirian ekonomi. Kekuatan ekonomi parpol hanya bertumpu pada kekuatan finansial pendiri parpol sehingga posisi tawar partai menjadi lemah.
”Dengan kekuatan yang dimiliki, Perindo memiliki potensi untuk membangun partai dengan konsep kemandirian ekonomi. Hary Tanoesoedibjo (ketua umum Partai Perindo) memiliki potensi untuk membangun itu. Ini yang tak dimiliki partai lain,” kata Gun Gun. Kelemahan lain parpol selama ini, lanjut Gun Gun, juga terletak pada pola kaderisasi yang bolong.
Dalam jangka lima tahun, Perindo memiliki peluang untuk membangun pendidikan kaderisasi untuk dipersiapkan dalam pertarungan di 2019. ”Skema kaderisasi itu dengan merekrut, membina, dan mendistribusikan mereka dalam pos yang tepat. Penarikan figur penting,” terangnya.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Indonesia Agung Suprio mengungkapkan ada empat syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi sebuah partai besar, yakni finansial yang cukup, kaderisasi yang optimal, media yang kuat, dan public relation (PR) atau tim politik yang memadai.
”Perindo punya finansial, media juga punya. Tinggal kaderisasi dan tim politik yang mesti dipikirkan. Media bisa mendongkrak popularitas, tapi juga bisa menciptakan sentimen politik, makanya perlu tim politik yang kuat,” terangnya.
Dari segi posisi politik, menurut Agung, Perindo sangat diuntungkan karena tidak berada pada blok politik tertentu, yakni Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP). Dalam posisi moderat itu, Perindo bisa bebas mengayunkan aspirasi politik yang sesuai dengan kehendak rakyat.
”Perindo bisa menyikapi kasus politik dengan bebas, misalnya kasus KPK-Polri, di saat KIH mendesak pelantikan kapolri, dan KMP diam, Perindo bisa menolak dengan memperhatikan suara rakyat,” katanya.
Menurutnya, Perindo harus memiliki karakter yang berbeda dengan parpol lain dengan memperkuat ideologi partai. Ideologi itu akan menentukan arah dan kebijakan partai. ”Jika ideologinya prorakyat dan demokrasi maka kebijakan, program, dan sikap partai adalah turunan dari itu. Makanya garis ideologi itu yang harus diperkuat dulu,” katanya.
Khoirul muzakki
(ftr)