Polisi Laporkan Oknum TNI ke Polda Metro

Selasa, 10 Februari 2015 - 10:11 WIB
Polisi Laporkan Oknum...
Polisi Laporkan Oknum TNI ke Polda Metro
A A A
JAKARTA - Perwira polisi yang dikeroyok sejumlah oknum TNI AL di Bengkel Cafe, SCBD, Jakarta Selatan, melaporkan oknum tentara ke Polda Metro Jaya.

Kanit II Subdit Jatanras Polda Metro Jaya Kompol Teuku Arsya Khadafi melaporkan oknum tersebut dengan tuduhan pengeroyokan dan pencurian. Korban yang terluka masih dirawat di Rumah Sakit (RS) Siloam dan dijaga ketat anggota Jatanras Polda Metro Jaya. Arsya, Kompol Budi Hermanto, dan Iptu Rovan yang sedang melaksanakan tugas dianiaya oleh oknum TNI AL yang sedang menggelar razia di kafe tersebut pada Sabtu (7/2) dini hari.

Padahal, mereka sudah memberi penjelasan, namun oknum TNI malah merampas tas, dua pucuk senjata api, dan cincin milik Arsya. Dalam versi TNI, para perwira polisi itu membentak saat diperiksa dan sempat hendak mengacungkan senjata api, kemudian dilumpuhkan anggota TNI AL. Sebaliknya, menurut polisi, kedua perwira tersebut sudah menunjukkan kartu anggota, namun tetap dibawa, bahkan dianiaya hingga terluka.

”Minggu (8/2) Arsya sudah membuat laporannya dan kita terima, itu haknya dia. Pasalnya mengenai pengeroyokan dan pencurian,” ujar Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Heru Pranoto kemarin. Menurut dia, selain cincin milik Arsya, ada juga uangnya yang hilang. ”Arsya tidak tahu persis berapauangnya, hanyasekitarjutaan, karena tasnya langsung diambil mereka,” katanya.

Saat tasnya diambil Arsya mencoba bertahan sebab di dalamnya ada senjata api organik miliknya. Heru mengatakan, laporan Arsya masih dalam penyelidikan. Polisi mengedepankan asas praduga tak bersalah pada kasus ini. ”Terlapornya masih penyelidikan, diduga oknum TNI AL, meskipun Arsya tahu siapa orangnya,” ungkapnya. Dia berharap kasus penganiayaan yang dialami perwira polisi ini selanjutnya akan ditindaklanjuti oleh POM TNI AL.

”Karena yang berhak menyidik mereka dari POM TNI AL. Kami hanya melimpahkan berkasnya ke pihak sana,” ucapnya. Arsya saat ini dirawat di RS Siloam. Dia mengalami luka di wajah sebelah kiri dan tulang rusuknya patah. Pada Minggu (8/2) sejumlah pejabat Polri datang menjenguk, salah satunya Kabareskrim Komjen Pol Budi Waseso yang menghabiskan satu jam di ruang perawatan. Lalu, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Unggung Cahyono yang berkunjung tak sampai 30 menit.

”Ada luka-luka di wajah kiri dan sekarang mulai sehat. Kami juga masih menunggu hasil pemeriksaan dari dokter terkait tulang rusuknya,” kata Unggung. Di lain pihak, Mabes TNI meragukan Kompol Arsya mengalami luka parah karena dipukuli anggota TNI AL saat menggelar razia di Bengkel Cafe. Arsya disebut masih bisa berjalan normal saat meninggalkan markas POM TNI AL.

”Kalau betul separah itu, saya selaku pimpinan TNI mohon maaf atas perbuatan anak-anak (anggotaTNIAL). Tapiapakahbenar separah itu?” ujar Kapuspen TNI Mayjen M Fuad Basya. Kapuspen sudah menanyakan kepada jajaran TNI AL yang ikut terlibat razia gabungan dan dia tidak menyangkal ada pemukulan, namun pemukulan tersebut tidak parah. Fuad juga membantah ada anggotanya yang mencuri cincin atau uang milik Arsya.

Menurutnya, barang-barang milik Arsya yang diamankan sudah dikembalikan semua dalam kondisi utuh. Psikolog Universitas Indonesia (UI) Dewi Haroen menilai sedikit ketegangan antara TNI dan Polri dalam menyikapi kasus penganiayaan perwira polisi oleh oknum tentara disebabkan adanya rivalitas antara dua institusi tersebut. ”Mereka memiliki perbedaan visi dan misi,” ujarnya.

Seharusnya dua lembaga itu berada pada jalurnya masing-masing. Kemudian dalam perjalanannya muncul konflik antara TNI dan Polri yang bisa dipicu beberapa faktor, yakni kurang adanya tupoksi yang jelas. Kemudian, kurang ketegasan dari masingmasing pimpinan kepada anak buah. Selanjutnya, masalah kesejahteraan dan kondisi kejiwaan masing-masing anggota.

”Akar masalahnya ini belum terselesaikan,” katanya. Terlebih TNI dan Polri merupakan alat negara sehingga keberadaan mereka tidak hanya dianggap sebagai pribadi, melainkan mewakili lembaga dan negara. Menurut Dewi, kasus penganiayaan perwira polisi oleh oknum TNI ini harus diselesaikan karena jika terus berlarut- larut berpotensi memicu konflik, apalagi saat ini situasi bangsa dan masyarakat sipil sedang tidak bagus.

”Secara psikologisnya, situasi politik sedang tinggi, tapi ekonomi rendah. Kalau ada sedikit pemicu bisa fatal,” ujarnya.

Helmi syarif/ R ratna purnama
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1057 seconds (0.1#10.140)