Menjalani Pekerjaan Sepenuh Hati
A
A
A
Menurut Vera, baju memiliki jiwa dan bisa mencerminkan penggunanya. “Sehingga, baju harus terlihat sesuai dengan pemakainya. Baju itu akan menyatu jika dibuat sesuai dengan karakter pemakainya,” tandas wanita yang awalnya punya keinginan menjadi arsitek ini.
Vera menambahkan, baju juga tidak boleh mendominasi, tetapi melengkapi dan menunjukkan inner beauty yang menggunakan. Sebuah baju dapat menyatu dengan seseorang, karena yang menggunakannya senang sehingga baju tersebut bisa terlihat bagus. Vera mengatakan, kadang ia merasa kebaya yang diproduksinya biasa saja. Namun, ketika sudah digunakan oleh customer, baju itu terlihat indah dan sempurna.
“Ketika itu, berarti baju sudah menyatu dengan penggunanya,” terang dia. Vera juga sering memberikan pelayanan dan membantu customer mengenakan kebaya rancangannya ketika acara sedang berlangsung. Ada rasa kepuasaan jika Vera bisa melihat mereka menggunakan kebaya hasil kerjanya ketika acara tiba.
“Seperti menikmati hasil kerja saya. Melihat customer puas, kemudian pengantin tersenyum dan keluarga juga senang melihat pakaian yang digunakan sang pengantin,” ujarnya. Bahkan, jauh sebelum kebaya selesai diproduksi, tepatnya ketika proses pencarian bahan untuk kebaya, Vera kerap terjun langsung memilih bahan mana yang bisa digunakan bersama customer.
“Kalau punya waktu, saya suka cari bahan-bahan seharian. Ke toko kain bisa seharian, dari buka sampai tutup. Belanja bahan dan janjian dengan customer bertemu di toko kain tersebut,” jelasnya. Customer Vera pun termasuk pelanggan lama dan tahunan. Rumah Vera Kebaya memang tidak buka setiap hari. Semua customer yang bertemu sudah membuat janji sebelumnya dengan Vera. Saat ini kebaya hasil rancangan Vera mulai populer di instagram. Ia mengaku sangat terbantu dengan media sosial itu.
“Mulai dari follower hanya satu, kemudian banyak yang memberikan likepada gambar-gambar kebaya saya. Jadi, rasanya senang,” ungkapnya. Bagi Vera, bergelut di dunia fashion terutama kebaya tidak pernah menjadi beban. Vera menjalaninya dengan senang hati. Banyak dukungan yang datang untuknya, dari ibu, keluarga, suami, dan teman-teman. “Termasuk suami, karena saya bisa belajar dari dia. Saya bisa sharing dan banyak tanya ke dia. Suami saya memberikan saran kepada saya soal inspirasi. Saya diajak menonton seni pertunjukan seperti teater, pameran lukisan, konser musik, dan sebagainya,” ujarnya.
Vera berpendapat, pertunjukan seni bukan hanya menjadi media refreshing. Namun, bisa juga memberikan inspirasi dalam membuat karya, contohnya kebaya. “Jadi, membuat kebaya tidak norak dan sembarangan. Saya ingin membuat yang sederhana tetapi indah. Inspirasi itu bisa didapat setelah menonton pertunjukan,” ungkapnya. Namun, terkadang Vera juga bisa down.
“Saya berpikir, apa saya sudah pantas membuat show dan saya tidak pede. Tetapi, ketika stres, saya lihat anak dan suami, kemudian asisten saya. Baru saya semangat lagi,” terangnya. Bukan hanya itu, ibu juga menjadi sosok yang sangat berperan dalam karier Vera. Sebab, sang ibulah yang awalnya mengenalkan Vera pada dunia fashion.
“Dulu yang menjahit bajubaju saya adalah ibu saya. Dari situ saya banyak belajar,” tutur wanita berdarah Jawa ini. Kini Vera telah menjelma menjadi desainer kebaya yang laris di media sosial. Bahkan, tidak semua pesanan customer bisa diterima. Menurut Vera, ia tidak berani mengambil pekerjaan kalau memang tidak mampu.
“ Sebab, bukan saya saja yang mengerjakannya. Jadi terpikir juga bagaimana kerja karyawan. Tidak boleh terburu-buru, butuh waktu sekitar tiga bulan untuk mengerjakan sebuah kebaya,” pungkasnya.
Dina angelina
Vera menambahkan, baju juga tidak boleh mendominasi, tetapi melengkapi dan menunjukkan inner beauty yang menggunakan. Sebuah baju dapat menyatu dengan seseorang, karena yang menggunakannya senang sehingga baju tersebut bisa terlihat bagus. Vera mengatakan, kadang ia merasa kebaya yang diproduksinya biasa saja. Namun, ketika sudah digunakan oleh customer, baju itu terlihat indah dan sempurna.
“Ketika itu, berarti baju sudah menyatu dengan penggunanya,” terang dia. Vera juga sering memberikan pelayanan dan membantu customer mengenakan kebaya rancangannya ketika acara sedang berlangsung. Ada rasa kepuasaan jika Vera bisa melihat mereka menggunakan kebaya hasil kerjanya ketika acara tiba.
“Seperti menikmati hasil kerja saya. Melihat customer puas, kemudian pengantin tersenyum dan keluarga juga senang melihat pakaian yang digunakan sang pengantin,” ujarnya. Bahkan, jauh sebelum kebaya selesai diproduksi, tepatnya ketika proses pencarian bahan untuk kebaya, Vera kerap terjun langsung memilih bahan mana yang bisa digunakan bersama customer.
“Kalau punya waktu, saya suka cari bahan-bahan seharian. Ke toko kain bisa seharian, dari buka sampai tutup. Belanja bahan dan janjian dengan customer bertemu di toko kain tersebut,” jelasnya. Customer Vera pun termasuk pelanggan lama dan tahunan. Rumah Vera Kebaya memang tidak buka setiap hari. Semua customer yang bertemu sudah membuat janji sebelumnya dengan Vera. Saat ini kebaya hasil rancangan Vera mulai populer di instagram. Ia mengaku sangat terbantu dengan media sosial itu.
“Mulai dari follower hanya satu, kemudian banyak yang memberikan likepada gambar-gambar kebaya saya. Jadi, rasanya senang,” ungkapnya. Bagi Vera, bergelut di dunia fashion terutama kebaya tidak pernah menjadi beban. Vera menjalaninya dengan senang hati. Banyak dukungan yang datang untuknya, dari ibu, keluarga, suami, dan teman-teman. “Termasuk suami, karena saya bisa belajar dari dia. Saya bisa sharing dan banyak tanya ke dia. Suami saya memberikan saran kepada saya soal inspirasi. Saya diajak menonton seni pertunjukan seperti teater, pameran lukisan, konser musik, dan sebagainya,” ujarnya.
Vera berpendapat, pertunjukan seni bukan hanya menjadi media refreshing. Namun, bisa juga memberikan inspirasi dalam membuat karya, contohnya kebaya. “Jadi, membuat kebaya tidak norak dan sembarangan. Saya ingin membuat yang sederhana tetapi indah. Inspirasi itu bisa didapat setelah menonton pertunjukan,” ungkapnya. Namun, terkadang Vera juga bisa down.
“Saya berpikir, apa saya sudah pantas membuat show dan saya tidak pede. Tetapi, ketika stres, saya lihat anak dan suami, kemudian asisten saya. Baru saya semangat lagi,” terangnya. Bukan hanya itu, ibu juga menjadi sosok yang sangat berperan dalam karier Vera. Sebab, sang ibulah yang awalnya mengenalkan Vera pada dunia fashion.
“Dulu yang menjahit bajubaju saya adalah ibu saya. Dari situ saya banyak belajar,” tutur wanita berdarah Jawa ini. Kini Vera telah menjelma menjadi desainer kebaya yang laris di media sosial. Bahkan, tidak semua pesanan customer bisa diterima. Menurut Vera, ia tidak berani mengambil pekerjaan kalau memang tidak mampu.
“ Sebab, bukan saya saja yang mengerjakannya. Jadi terpikir juga bagaimana kerja karyawan. Tidak boleh terburu-buru, butuh waktu sekitar tiga bulan untuk mengerjakan sebuah kebaya,” pungkasnya.
Dina angelina
(ars)