Besok, Pembayaran Parkir dengan Koin Tak Berlaku
A
A
A
JAKARTA - Mulai besok pembayaran parkir di Jalan Agus Salim (Jalan Sabang), Jakarta Pusat harus menggunakan kartu elektronik. Pengguna parkir tidak lagi boleh membayar menggunakan koin.
Kepala Unit Pengelola Teknis (UPT) Perparkiran Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Sunardi Sinaga mengatakan, masa uji coba pembayaran elektronik di terminal parkir elektronik (TPE) Jalan Sabang berakhir hari ini. Sejak diterapkan pada Kamis (29/1) hingga kemarin, Sunardi melihat penggunaan kartu elektronik meningkat. Meski demikian, penggunaan koin masih banyak digunakan.
”Dari pendapatan TPE Rp10 juta per hari, sekitar 60% atau Rp6 juta berasal dari pembayaran elektronik. Sisanya sebesar Rp4 juta masih memakai koin. Artinya ada perkembangan penggunaan pembayaran elektronik,” kata Sunardi Sinaga saat dihubungi kemarin. Dengan pembayaran elektronik, Sunardi yakin tidak ada lagi kebocoran pendapatan parkir lantaran langsung masuk bank.
Namun, dia baru dapat memastikan berapa peningkatan pendapatan dari pembayaran elektroniktersebutjikasisteminiberjalan sepekan tanpa dicampuri dengan pembayaran koin. Setelah di Jalan Sabang, UPT Perparkiran menempatkan 100 mesin parkir elektronik di Jalan Boulevard, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Di titik ini langsung diterapkan pembayaran secara elektronik. Dia mengaku sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan aparat setempat.
Koordinasi dilakukan, lanjut Sunardi, karena pihaknya telah mendapatkan ancaman dari oknum masyarakat yang terancam kehilangan mata pencaharian sebagai juru parkir jika sistem parkir elektronik diterapkan. ”Setelah di Jalan Boulevard, kami akan pasang di Jalan Falatehan. Kemudian lanjut ke masing-masing titik perwakilan di lima wilayah hingga target 2-3 tahun mendatang 400 titik parkir on street memakai sistem parkir elektronik,” sebutnya.
Gofarudin, 45, seorang juru parkir di Jalan Sabang, menuturkan, mayoritas pengguna parkir enggan menggunakan kartu pembayaran elektronik. Mereka enggan membeli kartu perdana yang besarannya mencapai Rp40.000. Bahkan tak jarang dari pengguna parkir yang memilih untuk membayar juru parkirnya saja. ”Iya banyak yang enggak mau pakai kartu. Alasannya mereka bukan orang Jakarta dan setahun sekali ke sini. Ngapain cuma lima menit meski beli kartu Rp40.000,” ungkapnya.
Pria yang bekerja sebagai juru parkir sejak 10 tahun lalu itu mengungkapkan, sejak enam hari berlakunya pembayaran elektronik, para pengguna masih banyak yang memilih koin. Perbandingannya sekitar 40 untuk pembayaran elektronik dan 60 untuk koin. Hal yang sama diakui sales promotion girl (SPG), Sabnah, 25. Selama menjual kartu pembayaran elektronik, dia kerap dicaci maki pengguna kendaraan.
Mereka rata-rata beralasan bukan warga Jakarta. Di sisi lain, juru parkir malah menawarkan koin ketika dia sedang mencoba menjual kartu pembayaran elektronik tersebut. ”Saya disuruh jual 36 kartu tidak pernah habis. Juru parkirnya juga kadang-kadang malah menawarkan koin, bukan membantu sosialisasi,” ungkap Sabnah yang bekerja bersama empat kawannya. Pemilik Toyota Avanza, Andri, 43, juga memilih untuk membayar mesin parkir dengan koin.
Dia juga mengaku tidak lama menggunakan tempat parkir di Jalan Sabang. ”Sudahlah mbak, orang masih ada koin di juru parkir kok maksa banget saya untuk beli kartu,” ungkap Andri ketika menolak tawaran SPG untuk membeli kartu elektronik.
Bima setiyadi
Kepala Unit Pengelola Teknis (UPT) Perparkiran Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Sunardi Sinaga mengatakan, masa uji coba pembayaran elektronik di terminal parkir elektronik (TPE) Jalan Sabang berakhir hari ini. Sejak diterapkan pada Kamis (29/1) hingga kemarin, Sunardi melihat penggunaan kartu elektronik meningkat. Meski demikian, penggunaan koin masih banyak digunakan.
”Dari pendapatan TPE Rp10 juta per hari, sekitar 60% atau Rp6 juta berasal dari pembayaran elektronik. Sisanya sebesar Rp4 juta masih memakai koin. Artinya ada perkembangan penggunaan pembayaran elektronik,” kata Sunardi Sinaga saat dihubungi kemarin. Dengan pembayaran elektronik, Sunardi yakin tidak ada lagi kebocoran pendapatan parkir lantaran langsung masuk bank.
Namun, dia baru dapat memastikan berapa peningkatan pendapatan dari pembayaran elektroniktersebutjikasisteminiberjalan sepekan tanpa dicampuri dengan pembayaran koin. Setelah di Jalan Sabang, UPT Perparkiran menempatkan 100 mesin parkir elektronik di Jalan Boulevard, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Di titik ini langsung diterapkan pembayaran secara elektronik. Dia mengaku sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan aparat setempat.
Koordinasi dilakukan, lanjut Sunardi, karena pihaknya telah mendapatkan ancaman dari oknum masyarakat yang terancam kehilangan mata pencaharian sebagai juru parkir jika sistem parkir elektronik diterapkan. ”Setelah di Jalan Boulevard, kami akan pasang di Jalan Falatehan. Kemudian lanjut ke masing-masing titik perwakilan di lima wilayah hingga target 2-3 tahun mendatang 400 titik parkir on street memakai sistem parkir elektronik,” sebutnya.
Gofarudin, 45, seorang juru parkir di Jalan Sabang, menuturkan, mayoritas pengguna parkir enggan menggunakan kartu pembayaran elektronik. Mereka enggan membeli kartu perdana yang besarannya mencapai Rp40.000. Bahkan tak jarang dari pengguna parkir yang memilih untuk membayar juru parkirnya saja. ”Iya banyak yang enggak mau pakai kartu. Alasannya mereka bukan orang Jakarta dan setahun sekali ke sini. Ngapain cuma lima menit meski beli kartu Rp40.000,” ungkapnya.
Pria yang bekerja sebagai juru parkir sejak 10 tahun lalu itu mengungkapkan, sejak enam hari berlakunya pembayaran elektronik, para pengguna masih banyak yang memilih koin. Perbandingannya sekitar 40 untuk pembayaran elektronik dan 60 untuk koin. Hal yang sama diakui sales promotion girl (SPG), Sabnah, 25. Selama menjual kartu pembayaran elektronik, dia kerap dicaci maki pengguna kendaraan.
Mereka rata-rata beralasan bukan warga Jakarta. Di sisi lain, juru parkir malah menawarkan koin ketika dia sedang mencoba menjual kartu pembayaran elektronik tersebut. ”Saya disuruh jual 36 kartu tidak pernah habis. Juru parkirnya juga kadang-kadang malah menawarkan koin, bukan membantu sosialisasi,” ungkap Sabnah yang bekerja bersama empat kawannya. Pemilik Toyota Avanza, Andri, 43, juga memilih untuk membayar mesin parkir dengan koin.
Dia juga mengaku tidak lama menggunakan tempat parkir di Jalan Sabang. ”Sudahlah mbak, orang masih ada koin di juru parkir kok maksa banget saya untuk beli kartu,” ungkap Andri ketika menolak tawaran SPG untuk membeli kartu elektronik.
Bima setiyadi
(ars)