Investasi Human Capital Melalui Reformasi Pendidikan
A
A
A
Muhammad Hamzah
Mahasiswa Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati. Institut Teknologi Bandung
Berdasarkan data Proyeksi Penduduk Indonesia 2010- 2035 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020- 2030 akan mencapai 70%.
Serapan tenaga kerja dan kebutuhan akan aktor ekonomi juga semakin meningkat. Kualitas sumber daya manusia (human capital) menjadi sebuah faktor krusial dalam menghadapi gelombang ekonomi bebas ASEAN Economic Community (AEC) pada 2015 ini. Tanpa sumber daya manusia yang baik, jumlah manusia yang banyak tersebut hanya akan menjadi buih di tengah lautan. Warga negara asing akan mendapatkan keuntungan dari ketidaksiapan SDM bangsa ini.
Sektor pendidikan memegang peranan penting dalam menyiapkan benih-benih unggul yang siap menjadi aktor ekonomi di masa mendatang. Ilmu pengetahuan dan keterampilan merupakan dua modal penting untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja (labor productivity). Upaya dalam meningkatkan kualitas manusia di Indonesia telah banyak dijalankan baik oleh pemerintah ataupun institusi pendidikan.
Pemerintah membedah kurikulum sedemikian rupa untuk mengintegrasikan aspek pengetahuan, keterampilan, dan perilaku. Akan tetapi, ketidaktepatan guru dalam penerapan kurikulum dan terlalu tingginya standar pelajaran hanya akan menghasilkan suasana yang jumud dan pasif dalam kegiatan belajar-mengajar (KBM).
Tantangan terbesar yang harus dihadapi oleh lembaga pendidikan di Indonesia adalah bagaimana membentuk paradigma siswa menjadi manusia yang produktif. Untuk menjawab tantangan tersebut diperlukan reformasi sistem pendidikan melalu KBM yang fokus dalam mempersiapkan bekal kepada siswa atas apa yang mereka butuhkan, bukan hanya menyampaikan apa yang ada sekarang.
Kondisi sistem pendidikan sekarang sesuai dengan perkataan Bill Gates, ”melatih tenaga kerja besok dengan sekolah hari ini adalah seperti mengajarkan anakanak tentang komputer yang dipakai 50 tahun yang lalu.” KBM berperan penting dalam upaya mereformasi sistem pendidikan.
Bukan hanya mental pasif seorang kutu buku yang diperlukan untuk menghadapi arus ekonomi dengan target konsumen 600 juta orang, namun juga mental seorang pelaku ekonomi yang proaktif serta memiliki jiwa kompetisi dan kreativitas yang tinggi. Siswa tidak hanya diharapkan dapat memecahkan masalah seorang diri, namun juga mengembangkan keterampilan interpersonal melalui forum diskusi yang berlangsung di dalam KBM.
Diskusi yang baik akan mengeluarkan segala macam potensi yang dimiliki oleh seorang siswa. Dari sana seorang guru bisa tahu pola pendidikan yang tepat untuk siswanya. Siswa juga harus memiliki jiwa kompetitif. Sertakan siswa dalam berbagai kegiatan perlombaan. Lomba akan mengasah ketajaman berpikir, kreativitas, dan merangsang siswa untuk melakukan upaya meningkatkan kapasitas diri melalui persaingan yang sehat.
Dari perlombaan, siswa belajar menghargai karya orang lain dan bila menang siswa belajar untuk tetap rendah hati. Siswa dapat pula menemukan bidang keahliannya ketika mengikuti lomba, sehingga membantu dalam merancang visi dan misi hidup ke depannya. Usaha peningkatan labor productivity melalui pembekalan kebutuhan siswa sejak dini akan bersumbangsih terhadap investasi human capital Indonesia di masa mendatang.
Fenomena bonus demografis dapat menjadi peluang ataupun bencana, tergantung bagaimana kita mendidik para pelaku utamanya.
Mahasiswa Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati. Institut Teknologi Bandung
Berdasarkan data Proyeksi Penduduk Indonesia 2010- 2035 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020- 2030 akan mencapai 70%.
Serapan tenaga kerja dan kebutuhan akan aktor ekonomi juga semakin meningkat. Kualitas sumber daya manusia (human capital) menjadi sebuah faktor krusial dalam menghadapi gelombang ekonomi bebas ASEAN Economic Community (AEC) pada 2015 ini. Tanpa sumber daya manusia yang baik, jumlah manusia yang banyak tersebut hanya akan menjadi buih di tengah lautan. Warga negara asing akan mendapatkan keuntungan dari ketidaksiapan SDM bangsa ini.
Sektor pendidikan memegang peranan penting dalam menyiapkan benih-benih unggul yang siap menjadi aktor ekonomi di masa mendatang. Ilmu pengetahuan dan keterampilan merupakan dua modal penting untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja (labor productivity). Upaya dalam meningkatkan kualitas manusia di Indonesia telah banyak dijalankan baik oleh pemerintah ataupun institusi pendidikan.
Pemerintah membedah kurikulum sedemikian rupa untuk mengintegrasikan aspek pengetahuan, keterampilan, dan perilaku. Akan tetapi, ketidaktepatan guru dalam penerapan kurikulum dan terlalu tingginya standar pelajaran hanya akan menghasilkan suasana yang jumud dan pasif dalam kegiatan belajar-mengajar (KBM).
Tantangan terbesar yang harus dihadapi oleh lembaga pendidikan di Indonesia adalah bagaimana membentuk paradigma siswa menjadi manusia yang produktif. Untuk menjawab tantangan tersebut diperlukan reformasi sistem pendidikan melalu KBM yang fokus dalam mempersiapkan bekal kepada siswa atas apa yang mereka butuhkan, bukan hanya menyampaikan apa yang ada sekarang.
Kondisi sistem pendidikan sekarang sesuai dengan perkataan Bill Gates, ”melatih tenaga kerja besok dengan sekolah hari ini adalah seperti mengajarkan anakanak tentang komputer yang dipakai 50 tahun yang lalu.” KBM berperan penting dalam upaya mereformasi sistem pendidikan.
Bukan hanya mental pasif seorang kutu buku yang diperlukan untuk menghadapi arus ekonomi dengan target konsumen 600 juta orang, namun juga mental seorang pelaku ekonomi yang proaktif serta memiliki jiwa kompetisi dan kreativitas yang tinggi. Siswa tidak hanya diharapkan dapat memecahkan masalah seorang diri, namun juga mengembangkan keterampilan interpersonal melalui forum diskusi yang berlangsung di dalam KBM.
Diskusi yang baik akan mengeluarkan segala macam potensi yang dimiliki oleh seorang siswa. Dari sana seorang guru bisa tahu pola pendidikan yang tepat untuk siswanya. Siswa juga harus memiliki jiwa kompetitif. Sertakan siswa dalam berbagai kegiatan perlombaan. Lomba akan mengasah ketajaman berpikir, kreativitas, dan merangsang siswa untuk melakukan upaya meningkatkan kapasitas diri melalui persaingan yang sehat.
Dari perlombaan, siswa belajar menghargai karya orang lain dan bila menang siswa belajar untuk tetap rendah hati. Siswa dapat pula menemukan bidang keahliannya ketika mengikuti lomba, sehingga membantu dalam merancang visi dan misi hidup ke depannya. Usaha peningkatan labor productivity melalui pembekalan kebutuhan siswa sejak dini akan bersumbangsih terhadap investasi human capital Indonesia di masa mendatang.
Fenomena bonus demografis dapat menjadi peluang ataupun bencana, tergantung bagaimana kita mendidik para pelaku utamanya.
(ars)