10.000 Calon Guru Ikuti Pelatihan Profesi
A
A
A
JAKARTA - Lembaga pendidik tenaga kependidikan (LPTK/kampus) yang ditugaskan untuk memberikan pelatihan kepada para calon guru diwajibkan memiliki asrama.
Rencananya ada 10.000 guru yang ikut Program Pendidikan Profesi Guru Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (PPG-SM3T) yang akan mengikuti training. Direktur Pendidik Tenaga Kependidikan (PTK) Ditjen Pendidikan Tinggi Kemenristek-Dikti Supriadi Rustad mengatakan, mahasiswa yang menjadi calon guru memang metode belajarnya berbeda dengan mahasiswa biasa.
Mereka harus diasramakan biar terkendali kontrol dan mutunya. Sayangnya, tidak banyak LPTK yang membangun asrama dan hanya membangun fasilitas pendidikan saja. LPTK-LPTK yang tidak berasrama inilah yang akan menjadi fokus pengawasan kementerian. “Prioritas untuk mendirikan LPTK itu ya asrama. Sayangnya banyak dari LPTK yang tidak memprogramkan,” katanya di sela ujian tulis PPG-SM3T di UNJ kemarin. Supriadi menjelaskan, sampai saat ini ada 421 LPTK dan yang ditugaskan untuk membuka program PPG hanya ada 17 LPTK.
Hal ini disebabkan tidak banyak LPTK yang membuka asrama di kampusnya. Padahal, usulan kampus untuk membuka program PPG adalah hanya infrastruktur asrama. Dia menyatakan LPTK mesti dibenahi karena pemerintah ingin menambah jumlah guru yang ikut PPG dari 3.000 guru menjadi 10.000 guru.
Dia menjelaskan, untuk menguliahkan 3.000 guru SM3T per tahunnya dibutuhkan Rp340 miliar di mana per guru akan menerima biaya hidup Rp2,5 juta per bulan. Cakupan wilayah guru SM3T ini adalah di NTT, Papua, Papua Barat, Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Nias, Maluku dan Sulawesi Utara.
Supriadi menjelaskan, rencananya pada 2015 ini pemerintah akan menetapkan guru yang akan menjadi CPNS harus menjalani syarat mengikuti PPG SM3T ini dulu. Program ini merupakan salah satu program Maju Bersama Bangsa yang tujuannya untuk mempercepat kemajuan pembangunan pendidikan di daerah terpencil dan tertinggal. “Program PPG SM3T yang sudah kita rintis selama tiga tahun akan kita bakukan. Pada 2016 nanti, kita harapkan guru pemerintah ialah lulusan program tersebut,” ujarnya.
Rektor Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) Suyatno menjelaskan, kampusnya yang mempunyai fakultas keguruan dan ilmu pendidikan sudah memiliki asrama dengan kapasitas 400 orang di Pasar Rebo, Jakarta Timur. Dia memang menyambut baik desakan pemerintah agar LPTK harus memiliki asrama untuk menyelenggarakan PPG, sebab dengan PPG maka pendidikan karakter guru akan semakin mendalam disertai dengan pengendalian emosi dan juga pengaruh lingkungan yang tidak baik.
“Memang untuk menghasilkan guru yang bagus itu harus diasramakan. Asrama menjadi bagian penting untuk meluluskan guru yang berkualitas,” ujarnya. Sementara itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengklaim pendidikan profesi guru (PPG) akan lebih baik daripada sertifikasi. Dengan intensitas dan pelatihan berbeda, guru diharapkan tidak hanya naik kesejahteraannya, tetapi juga mutunya.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMP dan PMP) Kemendikbud Syawal Gultom mengatakan, pola PPG memang lebih komprehensif daripada sertifikasi guru. Jika sertifikasi guru hanya berlangsung sembilan hari di lembaga pendidik tenaga kependidikan (LPTK/kampus), PPG akan berlangsung selama 18 hari.
Jenis kegiatannya juga berbeda yakni selain pelatihan di kampus, PPG mewajibkan guru untuk mempraktikkan pelajaran yang diberikan di sekolahnya masing-masing. Pada saat praktik inilah, mereka diuji kelayakannya oleh pengawas kampus. Harapan Syawal memang sangat beralasan mengingat anggaran tunjangan profesi guru setiap tahunnya selalu bertambah. Misalnya pada 2013 lalu, anggaran tunjangan profesi Rp43,1 triliun, lalu 2014 menjadi Rp60,5 triliun, sementara pada 2015 ini naik menjadi Rp80 triliun.
Neneng zubaidah
Rencananya ada 10.000 guru yang ikut Program Pendidikan Profesi Guru Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (PPG-SM3T) yang akan mengikuti training. Direktur Pendidik Tenaga Kependidikan (PTK) Ditjen Pendidikan Tinggi Kemenristek-Dikti Supriadi Rustad mengatakan, mahasiswa yang menjadi calon guru memang metode belajarnya berbeda dengan mahasiswa biasa.
Mereka harus diasramakan biar terkendali kontrol dan mutunya. Sayangnya, tidak banyak LPTK yang membangun asrama dan hanya membangun fasilitas pendidikan saja. LPTK-LPTK yang tidak berasrama inilah yang akan menjadi fokus pengawasan kementerian. “Prioritas untuk mendirikan LPTK itu ya asrama. Sayangnya banyak dari LPTK yang tidak memprogramkan,” katanya di sela ujian tulis PPG-SM3T di UNJ kemarin. Supriadi menjelaskan, sampai saat ini ada 421 LPTK dan yang ditugaskan untuk membuka program PPG hanya ada 17 LPTK.
Hal ini disebabkan tidak banyak LPTK yang membuka asrama di kampusnya. Padahal, usulan kampus untuk membuka program PPG adalah hanya infrastruktur asrama. Dia menyatakan LPTK mesti dibenahi karena pemerintah ingin menambah jumlah guru yang ikut PPG dari 3.000 guru menjadi 10.000 guru.
Dia menjelaskan, untuk menguliahkan 3.000 guru SM3T per tahunnya dibutuhkan Rp340 miliar di mana per guru akan menerima biaya hidup Rp2,5 juta per bulan. Cakupan wilayah guru SM3T ini adalah di NTT, Papua, Papua Barat, Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Nias, Maluku dan Sulawesi Utara.
Supriadi menjelaskan, rencananya pada 2015 ini pemerintah akan menetapkan guru yang akan menjadi CPNS harus menjalani syarat mengikuti PPG SM3T ini dulu. Program ini merupakan salah satu program Maju Bersama Bangsa yang tujuannya untuk mempercepat kemajuan pembangunan pendidikan di daerah terpencil dan tertinggal. “Program PPG SM3T yang sudah kita rintis selama tiga tahun akan kita bakukan. Pada 2016 nanti, kita harapkan guru pemerintah ialah lulusan program tersebut,” ujarnya.
Rektor Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) Suyatno menjelaskan, kampusnya yang mempunyai fakultas keguruan dan ilmu pendidikan sudah memiliki asrama dengan kapasitas 400 orang di Pasar Rebo, Jakarta Timur. Dia memang menyambut baik desakan pemerintah agar LPTK harus memiliki asrama untuk menyelenggarakan PPG, sebab dengan PPG maka pendidikan karakter guru akan semakin mendalam disertai dengan pengendalian emosi dan juga pengaruh lingkungan yang tidak baik.
“Memang untuk menghasilkan guru yang bagus itu harus diasramakan. Asrama menjadi bagian penting untuk meluluskan guru yang berkualitas,” ujarnya. Sementara itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengklaim pendidikan profesi guru (PPG) akan lebih baik daripada sertifikasi. Dengan intensitas dan pelatihan berbeda, guru diharapkan tidak hanya naik kesejahteraannya, tetapi juga mutunya.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMP dan PMP) Kemendikbud Syawal Gultom mengatakan, pola PPG memang lebih komprehensif daripada sertifikasi guru. Jika sertifikasi guru hanya berlangsung sembilan hari di lembaga pendidik tenaga kependidikan (LPTK/kampus), PPG akan berlangsung selama 18 hari.
Jenis kegiatannya juga berbeda yakni selain pelatihan di kampus, PPG mewajibkan guru untuk mempraktikkan pelajaran yang diberikan di sekolahnya masing-masing. Pada saat praktik inilah, mereka diuji kelayakannya oleh pengawas kampus. Harapan Syawal memang sangat beralasan mengingat anggaran tunjangan profesi guru setiap tahunnya selalu bertambah. Misalnya pada 2013 lalu, anggaran tunjangan profesi Rp43,1 triliun, lalu 2014 menjadi Rp60,5 triliun, sementara pada 2015 ini naik menjadi Rp80 triliun.
Neneng zubaidah
(ftr)