Ancaman Banjir Masih Membayangi Banten
A
A
A
SERANG - Selama periode Desember 2014 hingga Januari ini enam wilayah di Banten telah dilanda banjir. Enam wilayah tersebut yakni Kota Cilegon, Kota Serang, Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, dan Kota Tangerang.
Potensi banjir masih akan terjadi mengingat puncak musim hujan diprediksi pada Februari mendatang. Dari data yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten, di Kota Cilegon banjir melanda Kecamatan Jombang, Ciwandan, Pulomerak, Cibeber, dan Purwakarta. Di Kabupaten Serang meliputi Kecamatan Mancak, Pamarayan, Cikande, Kibin, Anyer, Cinangka, Jawilan, Pontang, Tunjung Teja, dan Padarincang.
Sedangkan di Kabupaten Pandeglang banjir terjadi di Kecamatan Patia, Sukaresmi, Munjul, Picung, Pagelaran, Bojong, Sobang, Angsana, dan Labuan. Tanah longsor juga terjadi di Kecamatan Patia. Di Kabupaten Lebak banjir terdapat di Kecamatan Banjarasari, Sobang, Rangkasbitung, Kalanganyar, Cimarga, Gunung Kenacana, dan Wanasalam. Di Kota Serang banjir terjadi di Kecamatan Cimuncang dan Kota Tangerang di Priuk, Ciledug, dan Karang Tengah.
Kepala BPBD Banten Komari mengatakan, selain intensitas curah hujan meningkat, banjir juga akibat tanggul sungai rusak, normalisasi sungai belum tuntas, drainase buruk, sampah yang menumpuk, dan sempadan sungai yang dijadikan permukiman. ”Namun yang pasti, ini akibat meluapnya sungai-sungai di beberapa wilayah,” kata dia kemarin.
Akibat banjir dan tanah longsor, lanjut Komari, masyarakat telah mengajukan permohonan bantuan bahan bangunan kepada BPBD Banten untuk pemulihan sarana dan prasarana umum serta kondisi sosial ekonomi. ”Realisasi pemberian bantuan menunggu pencairan APBD Banten 2015 yang selanjutnya dilakukan penilaian kerusakan dan kerugian,” ungkapnya.
Tahun ini BPBD dan pihak terkait lain telah menyiapkan upaya penanggulangan bencana salah satunya meningkatkan kemampuan relawan dan masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana. Caranya melalui program Desa Tangguh dan pembentukan satuan tugas bencana di kecamatan kabupaten/kota se-Banten.
Upaya lain yang akan dilakukan yaitu berkoordinasi dengan dinas dan instansi terkait normalisasi sungai, perbaikan drainase perkotaan, pengerukan aliran sungai dan pembuatan tanggul, konservasi daerah resapan air berupa penanaman pohon, penerbitan izin mendirikan bangunan (IMB), serta penerbitan izin usaha pertambangan dan pabrik.
”Kita juga telah menyiapkan peta daerah rawan bencana dan penerapan teknologi informasi dalam peringatan dini bencana,” sebutnya. Sebelumnya Pemprov Banten menetapkan status siaga darurat bencana banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung.
Status tersebut sesuai SK Plt Gubernur Banten Nomor 360-/kep.567-huk/2014. Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Serang Tri Cahyo mengatakan, puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada Februari sehingga wilayah Banten masih berpotensi banjir. ”Meski curah hujan tidak begitu besar, selalu saja ada wilayah yang terkena banjir. Untuk itu, masyarakat harus waspada,” ungkapnya.
Pada Maret akan terjadi musim pancaroba dari hujan ke kemarau. Saat itu diprediksi terjadi hujan yang tidak merata, namun sangat ekstrem.
Teguh mahardika
Potensi banjir masih akan terjadi mengingat puncak musim hujan diprediksi pada Februari mendatang. Dari data yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten, di Kota Cilegon banjir melanda Kecamatan Jombang, Ciwandan, Pulomerak, Cibeber, dan Purwakarta. Di Kabupaten Serang meliputi Kecamatan Mancak, Pamarayan, Cikande, Kibin, Anyer, Cinangka, Jawilan, Pontang, Tunjung Teja, dan Padarincang.
Sedangkan di Kabupaten Pandeglang banjir terjadi di Kecamatan Patia, Sukaresmi, Munjul, Picung, Pagelaran, Bojong, Sobang, Angsana, dan Labuan. Tanah longsor juga terjadi di Kecamatan Patia. Di Kabupaten Lebak banjir terdapat di Kecamatan Banjarasari, Sobang, Rangkasbitung, Kalanganyar, Cimarga, Gunung Kenacana, dan Wanasalam. Di Kota Serang banjir terjadi di Kecamatan Cimuncang dan Kota Tangerang di Priuk, Ciledug, dan Karang Tengah.
Kepala BPBD Banten Komari mengatakan, selain intensitas curah hujan meningkat, banjir juga akibat tanggul sungai rusak, normalisasi sungai belum tuntas, drainase buruk, sampah yang menumpuk, dan sempadan sungai yang dijadikan permukiman. ”Namun yang pasti, ini akibat meluapnya sungai-sungai di beberapa wilayah,” kata dia kemarin.
Akibat banjir dan tanah longsor, lanjut Komari, masyarakat telah mengajukan permohonan bantuan bahan bangunan kepada BPBD Banten untuk pemulihan sarana dan prasarana umum serta kondisi sosial ekonomi. ”Realisasi pemberian bantuan menunggu pencairan APBD Banten 2015 yang selanjutnya dilakukan penilaian kerusakan dan kerugian,” ungkapnya.
Tahun ini BPBD dan pihak terkait lain telah menyiapkan upaya penanggulangan bencana salah satunya meningkatkan kemampuan relawan dan masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana. Caranya melalui program Desa Tangguh dan pembentukan satuan tugas bencana di kecamatan kabupaten/kota se-Banten.
Upaya lain yang akan dilakukan yaitu berkoordinasi dengan dinas dan instansi terkait normalisasi sungai, perbaikan drainase perkotaan, pengerukan aliran sungai dan pembuatan tanggul, konservasi daerah resapan air berupa penanaman pohon, penerbitan izin mendirikan bangunan (IMB), serta penerbitan izin usaha pertambangan dan pabrik.
”Kita juga telah menyiapkan peta daerah rawan bencana dan penerapan teknologi informasi dalam peringatan dini bencana,” sebutnya. Sebelumnya Pemprov Banten menetapkan status siaga darurat bencana banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung.
Status tersebut sesuai SK Plt Gubernur Banten Nomor 360-/kep.567-huk/2014. Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Serang Tri Cahyo mengatakan, puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada Februari sehingga wilayah Banten masih berpotensi banjir. ”Meski curah hujan tidak begitu besar, selalu saja ada wilayah yang terkena banjir. Untuk itu, masyarakat harus waspada,” ungkapnya.
Pada Maret akan terjadi musim pancaroba dari hujan ke kemarau. Saat itu diprediksi terjadi hujan yang tidak merata, namun sangat ekstrem.
Teguh mahardika
(ars)