Adnan Tak Bisa Tutupi Kekhawatiran Diciduk Seperti BW
A
A
A
DEPOK - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dijuluki sebagai lembaga super body. Namun Wakil Ketua KPK Adnan Pandu Praja tetap manusia biasa yang mengaku khawatir terhadap efek ketegangan antara KPK-Polri.
Berkaca dari penangkapan rekannya sesama pemimpin KPK Bambang Widjojanto (BW), Adnan juga ada perasaan takut. Apalagi penangkapan BW di Jalan Tugu Raya depan Komplek Timah, Cimanggis pada Jumat 23 Januari 2015 lalu sempat mencekam dengan 20 lebih polisi bersenjata.
Adnan menuturkan, ada imbauan untuk berhati–hati dari pihak keluarga. Sambil bercanda, Adnan khawatir akan ditangkap polisi usai salat subuh.
“Saya juga takut, rumah saya kan depannya masjid. Takut saya, takut diciduk (habis dari masjid). hahaha. Lah kok saya jadi merasa begini sekali, saya kan petinggi negara. Apa begini negara memperlakukan petingginya,” tukasnya di kediamannya di Perumahan Mutiara Depok Blok B9, Sukmajaya, Depok, Minggu (25/1/2015).
Namun untuk pengamanan, Adnan memaparkan tak ada penambahan personel ajudan atau satpam di rumahnya. Hanya ada dua satpam pengawalan dari KPK dan sejumlah penjaga rumah.
“Biasa saja. Enggak perlu, itu ada satpam dari KPK dua orang. Biasa saja lah, namanya manusia kalau nanti nasib saya harus meringkuk ya meringkuk saja, biasa saja,” katanya.
Ketegangan antara KPK-Polri yang berlangsung sekira dua pekan terakhir menurutnya menjadi kenangan menjelang masa berakhirnya tugas dirinya dan pimpinan KPK 11 bulan kedepan. Adnan juga tidak pernah menerima terror selama ini.
“Enggak ada teror, landai saja. Cuma kok pas mau pensiun jadi begini. Mungkin juga enggak seru kalau bertahun-tahun di KPK enggak pernah mengalami yang begini. Yah jadi pukulan kecil, kenang-kenangan menjelang akhir (pensiun) lah,” tuturnya.
Berkaca dari penangkapan rekannya sesama pemimpin KPK Bambang Widjojanto (BW), Adnan juga ada perasaan takut. Apalagi penangkapan BW di Jalan Tugu Raya depan Komplek Timah, Cimanggis pada Jumat 23 Januari 2015 lalu sempat mencekam dengan 20 lebih polisi bersenjata.
Adnan menuturkan, ada imbauan untuk berhati–hati dari pihak keluarga. Sambil bercanda, Adnan khawatir akan ditangkap polisi usai salat subuh.
“Saya juga takut, rumah saya kan depannya masjid. Takut saya, takut diciduk (habis dari masjid). hahaha. Lah kok saya jadi merasa begini sekali, saya kan petinggi negara. Apa begini negara memperlakukan petingginya,” tukasnya di kediamannya di Perumahan Mutiara Depok Blok B9, Sukmajaya, Depok, Minggu (25/1/2015).
Namun untuk pengamanan, Adnan memaparkan tak ada penambahan personel ajudan atau satpam di rumahnya. Hanya ada dua satpam pengawalan dari KPK dan sejumlah penjaga rumah.
“Biasa saja. Enggak perlu, itu ada satpam dari KPK dua orang. Biasa saja lah, namanya manusia kalau nanti nasib saya harus meringkuk ya meringkuk saja, biasa saja,” katanya.
Ketegangan antara KPK-Polri yang berlangsung sekira dua pekan terakhir menurutnya menjadi kenangan menjelang masa berakhirnya tugas dirinya dan pimpinan KPK 11 bulan kedepan. Adnan juga tidak pernah menerima terror selama ini.
“Enggak ada teror, landai saja. Cuma kok pas mau pensiun jadi begini. Mungkin juga enggak seru kalau bertahun-tahun di KPK enggak pernah mengalami yang begini. Yah jadi pukulan kecil, kenang-kenangan menjelang akhir (pensiun) lah,” tuturnya.
(kri)