Empat Tiang Listrik Roboh, Tiga Desa Gelap Gulita

Kamis, 22 Januari 2015 - 10:51 WIB
Empat Tiang Listrik...
Empat Tiang Listrik Roboh, Tiga Desa Gelap Gulita
A A A
MUARAENIM - Akibat robohnya empat tiang listrik milik PT PLN di Desa Tanjung Agung, Kecamatan Semende Darat Ulu (SDU), Kabupaten Muaraenim, Sumatera Selatan, ratusan rumah warga di tiga desa yakni Tanjung Agung, Datar Lebar, dan Cahaya Alam, gelap gulita.

Kejadian itu sudah berlangsung selama empat hari empat malam, dan hingga kemarin belum ada petugas PT PLN yang datang memperbaiki jaringan tersebut. Bahkan, bekas patahan tiang beton listrik itu masih berserakan di pinggir jalan. Kepala Desa Datar Lebar Edwar Sarpuni mengatakan, akibat tidak adanya jaringan listrik itu, warganya berusaha sendiri-sendiri membuat penerangan seperti menggunakan genset atau lampu minyak.

“Tiang listrik itu roboh tertimpa pohon yang ditebang warga. Sudah empat hari ini gelap gulita, karena tiang yang roboh belum juga diganti PLN,” jelasnya. Edwar sangat berharap pihak PLN segera memperbaiki kondisi tiang tersebut. Menurutnya, persoalan kerusakan itu diakibatkan adanya warga yang menebang pohon, itu masalah lain.

“Mengingat pentingnya keberadaan listrik, warga sangat berharap segera ada perbaikan. Bayangkan saja sudah empat hari listrik mati tidak ada kejelasan dan warga terus-menerus menanyakan itu kepada kami,” jelasnya. Manajer PLN Ranting Muaraenim Merlin Julius tidak menampik kondisi tersebut.

Menurut dia, lamanya waktu perbaikan karena saat ini tiang listrik tersebut sedang dalam pemesanan. Apalagi, jarak tempuh juga sangat jauh dan lama sehingga dia meminta warga untuk bersabar. “Memang begitulah kondisinya. Kami tidak bisa langsung mengganti jika ada yang patah karena harus dipesan dulu,” tegasnya. Tiang yang patah akibat tertimpa pohon tersebut memang empat buah.

Masing-masing dalam satu titik tiang terpasang ganda, sehingga tiang yang mengalami rusak atau patah sebanyak satu gawang jaringan kabel. Pihaknya sangat menyayangkan adanya warga yang gegabah menebang pohon tanpa koordinasi. Menurut Merlin, mestinya jika ada warga yang ingin menebang pohon di dekat tiang atau jaringan kabel listrik dapat menghubungi pihaknya agar dapat ditindaklanjuti, minimal mengarahkan saat proses penebangan.

“Itu akibatnya kalau gegabah dan tidak mau koordinasi, akhirnya menimbulkan masalah bagi banyak orang. Jelas, kami juga mengalami kerugian lebih kurang mencapai Rp150 juta akibat kejadian ini,” ujarnya. Pihaknya juga sudah melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisian. Pasalnya, kerusakan tersebut akibat ulah manusia, bukan alam, sehingga menimbulkan kerugian. “Kami sudah laporkan kepada pihak kepolisian, tapi kami belum mendapatkan konfirmasi lanjutan,” jelasnya.

Irhamudin sutan Parmato
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9450 seconds (0.1#10.140)