Tanggul Sorowajan Bantul Jebol

Selasa, 20 Januari 2015 - 14:05 WIB
Tanggul Sorowajan Bantul...
Tanggul Sorowajan Bantul Jebol
A A A
BANTUL - Dua rumah, enam kambing, dan tidak kurang lima ton ikan dari 21 kolam hanyut terbawa arus Sungai Gajahwong, setelah tanggul Sorowajan Baru, Kecamatan Banguntapan, Bantul, Yogyakarta, jebol, kemarin.

Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini, tetapi kerugian mencapai miliaran rupiah. Saat ini upaya yang dilakukan adalah membangun tanggul memakai bronjong. Tindakan darurat ini dipilih agar lahan pertanian dan kolam-kolam ikan milik warga yang biasa memanfaatkan aliran dari tanggul tersebut tetapbisamendapatkanair.

Apalagi, akibat jebolnya tanggul di kawasan Sorowajan ini, aliran air irigasi persawahan di sekitar Banguntapan terputus. Kepala Desa Banguntapan Putut Damarjati mengatakan, akibat tanggul jebol tersebut, aliran air di saluran irigasi sepanjang 5 kilometer menjadi terhenti. Padahal, di kawasan itu setidaknya ada 70 kolam dan 30 hektare lahan pertanian yang bergantung pada aliran tanggul tersebut. Dia khawatir jika tanggul tidak segera diperbaiki maka petani dan pembudi daya ikan tidak bisa beraktivitas lagi.

“Kalau sekarang kan musim hujan, jadi tidak terlalu bermasalah bagi petani. Tapi dengan pemilik kolam, tentu ada imbasnya,” ungkapnya. Komisi C DPRD DIY Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral (DPUP-ESDM) serta Balai Besar Wilayah Serayu-Opak (BBWSO) Yogyakarta kemarin langsung mengunjungi lokasi kejadian. Untuk penanganan sementara akan dibangun bronjong di pinggir sungai agar luapan air tidak meluas ke permukiman warga.

Kepala BBWSO Yogyakarta Agus Suprapto mengungkapkan belum mengetahui secara pasti penyebab jebolnya tanggul. “Dugaan penyebab belum tahu persis. Tapi yang jelas, hujan besar telah menyebabkan banjir, apalagi bangunan (tanggul) juga sudah tua,” katanya. Menurut dia, penanganan terdekat yang bisa dilakukan adalah membentengi bantaran sungai dengan bronjong.

“Langkah terdekat mungkin dipasangi bronjong agar luapan air tidak meluas,” imbuhnya. Sekretaris Komisi C DPRD DIY Agus Subagyo mengatakan, langkah paling mendesak adalah menutup aliran sungai yang melewati tanggul tersebut. “Agar arus sungai lurus lagi, tidak menyebar ke mana-mana,” katanya.

Menurut dia, karena kejadian itu masuk bencana kategori alam, ada anggaran dari Pemda DIY untuk penanganan bencana berupa pos tidak terduga (PTT). Setidaknya, kalaupun tidak langsung permanen, bisa semipermanen dulu. Agus juga meminta Pemda DIY juga memperhatikan korban dalam kejadian ini. Terutama warga yang terkena dampak ini harus diperhatikan, seperti ada rumah yang hancur, ternak yang hanyut, kolam ikan yang harus diperbaiki.

“Karena semua itu sudah menjadi sumber penghasilanmerekasehari- hari. Jadi, Pemda DIY harus memperhatikan mereka,” paparnya. Pemkab Bantul sendiri belum akan melakukan relokasi terhadap dua warga yang terdampak jebolnya tanggul Sungai Gajah Wong, Dusun Sorowajan Baru, Desa Banguntapan, Kecamatan Banguntapan itu. Pasalnya, kedua rumah itu tinggal di wilayah terlarang, yaitu di bantaran sungai dan di tanah wedi kengser (tanah negara).

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul Dwi Daryanto membenarkan bahwa dua warga, Hidayat dan Sahono, tinggal di tanah negara dan letaknya membuat aliran sungai berbelok. Jika terus dibiarkan tinggal di rumah mereka saat ini, pihaknya khawatir bencana rusaknya rumah mereka akibat terjangan air sungai setelah tanggul jebol akan terulang. “Kami belum tahu akan relokasi apa tidak,” ujarnya.

Dua warga yang tinggal di bantaran tersebut sebenarnya sudah tahu risiko tinggal di kawasan tersebut, karena salah satunya justru merupakan juru pengawas tanggul yang jebol. Dwi mengungkapkan kemungkinan untuk melaksanakan relokasi bisa saja dilakukan, tetapi pihaknya masih harus berkoordinasi dengan institusi lain. Untuk sementara, BPBD telah mengirim bantuan konsumsi dan alat tidur untuk mereka.

Bupati Bantul Sri Suryawidati menambahkan, dia sudah mendapat laporan dan sudah mengunjungi kawasan bencana tanggul yang jebol tersebut. Untuk perbaikan, pihaknya masih berkoordinasi dengan provinsi dan BBWS Serayu-Opak. Pasalnya, mereka yang memiliki dana lebih besar dibandingkan dana dari daerah sehingga penanganannya bisa lebih cepat. “Sebenarnya ada dana tak terduga sekitar Rp3 miliar untuk bencana, tetapi jumlah itu terlalu kecil untuk membangun tanggul,” paparnya.

Sebelumnya, talud di Perumahan Azzahra Garden yang terletak di Pandes II Wonokromo, Kecamatan Pleret, Bantul, juga ambrol. Pemicunya juga karena hujan deras serta banjir yang melintasi anak Sungai Code. Pihak pengembang sementara ini baru melakukan penanganan membersihkan puing-puing talud yang ada di dasar sungai.

Longsor Gunungkidul

Sementara itu, hujan deras menyebabkan tanah longsor di Gunungkidul, Yogyakarta. Kali ini, tanah ambrol nyaris memutus akses jalan desa yang menghubungkan Desa Hargomyulyo dan desa Mertelu, Kecamatan Gedangsari. Informasi yang berhasil dihimpun KORAN SINDO menyebutkan, peristiwa ini berawal saat hujan deras yang mengguyur wilayah Gedangsari pada Minggu (18/1) lalu.

Sejak siang hari, hujan tidak kunjung reda hingga sore hari. Tak pelak, sekitar pukul 17.00 WIB, sebuah tebing talud dengan ketinggian 7 meter dan panjang 25 meter longsor, sehingga memutus akses jalan yang di Dusun Jatirejo.

Ridwan anshori/Erfanto linangkung/Suharjono
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1050 seconds (0.1#10.140)