Sepatu Penghasil Daya Solusi Kebutuhan Manusia Modern
A
A
A
Beberapa orang hobi berjalan kaki dengan memakai sepatu untuk sekadar mencari angin atau berolahraga. Dengan perkembangan teknologi, mereka kini bisa tahu seberapa jauh sudah berjalan dan dari arah mana mereka datang.
Asalkan, mereka memakai sepatu pintar yang dirancang khusus para periset asal Jerman. Sepatu ini memiliki banyak keunggulan. Selain nyaman dan ringan, semua perangkat canggih yang dipasang di dalam tumit sepatu itu juga tidak memerlukan baterai sebagai sumber daya. Pengembang sudah memasang teknologi penghasil daya. Pengguna hanya perlu berjalan untuk mengumpulkan daya itu.
Teknologi tersebut dibuat untuk membantu kinerja perangkat sensor yang juga dipasang di dalam sepatu. Menurut Klevis Ylli, salah satu perancang dari pusat riset HSG-IMIT, ada dua perangkat dalam sepatu buatan mereka tersebut. Perangkat pertama, kata Ylii, didesain untuk menghasilkan daya saat pengguna memijakkan kaki. Mereka menyebutnya shock harvester.
Sementara perangkat kedua menghasilkan daya saat pengguna mengayunkan kaki. Mereka menyebutnya swing harvester. Jadi, setiap langkah secara konsisten akan menghasilkan daya. “Kami juga tentunya mencoba untuk memberikan daya terhadap pemancar nirkabel dan sensor sederhana,” kata Ylli, dikutipBBC. “Salah satu aplikasi yang kami pasang adalah navigasi. Maksud saya, Anda bisa tahu berapa percepatan kaki Anda. Sensor tersebut kami pasang satu set dengan yang lain,” sambungnya.
Dari sensor itu, tambah Ylli, pengguna bisa menghitung seberapa jauh jarak yang sudah mereka tempuh dan ke mana mereka pergi hanya dengan tambahan sebuah perangkat genggam. Fungsi ini berguna bagi mereka yang ingin memasuki wilayah baru. Mereka bisa pulang menggunakan jalur yang sama dengan yang mereka lalui sebelumnya.
Daya yang dihasilkan tentu bukan hanya untuk menghidupkan sensor, tapi juga untuk membantu ihwal sederhana seperti penguncian kaki di dalam sepatu. Teknologi ini patut diapresiasi karena ada orang yang kesulitan memakai sepatu bertali. Lansia misalnya. Dengan sepatu ini, perjalanan mereka akan menjadi lebih praktis.
Perangkat yang dipasang di dalam sepatu, kata Ylli, akan langsung merespons sesaat setelah kaki pengguna masuk ke dalam sepatu. Bagian lidah sepatu itu akan mengunci. Begitupun sebaliknya. Bagian lidah akan terbuka saat pengguna ingin melepaskan sepatu. Namun, mekanisme otomatis itu memerlukan daya.
Meski canggih, semua teknologi itu tidak akan bisa terpakai tanpa ada daya. Artinya, pengguna harus berjalan lagi jika habis. Daya yang dihasilkan juga masih relatif kecil yakni 4 milliWatt (mW). Beberapa periset juga pernah membuat sepatu yang menghasilkan daya 250 mW. Namun, sepatu itu terlalu besar dan berat.
Muh shamil
Asalkan, mereka memakai sepatu pintar yang dirancang khusus para periset asal Jerman. Sepatu ini memiliki banyak keunggulan. Selain nyaman dan ringan, semua perangkat canggih yang dipasang di dalam tumit sepatu itu juga tidak memerlukan baterai sebagai sumber daya. Pengembang sudah memasang teknologi penghasil daya. Pengguna hanya perlu berjalan untuk mengumpulkan daya itu.
Teknologi tersebut dibuat untuk membantu kinerja perangkat sensor yang juga dipasang di dalam sepatu. Menurut Klevis Ylli, salah satu perancang dari pusat riset HSG-IMIT, ada dua perangkat dalam sepatu buatan mereka tersebut. Perangkat pertama, kata Ylii, didesain untuk menghasilkan daya saat pengguna memijakkan kaki. Mereka menyebutnya shock harvester.
Sementara perangkat kedua menghasilkan daya saat pengguna mengayunkan kaki. Mereka menyebutnya swing harvester. Jadi, setiap langkah secara konsisten akan menghasilkan daya. “Kami juga tentunya mencoba untuk memberikan daya terhadap pemancar nirkabel dan sensor sederhana,” kata Ylli, dikutipBBC. “Salah satu aplikasi yang kami pasang adalah navigasi. Maksud saya, Anda bisa tahu berapa percepatan kaki Anda. Sensor tersebut kami pasang satu set dengan yang lain,” sambungnya.
Dari sensor itu, tambah Ylli, pengguna bisa menghitung seberapa jauh jarak yang sudah mereka tempuh dan ke mana mereka pergi hanya dengan tambahan sebuah perangkat genggam. Fungsi ini berguna bagi mereka yang ingin memasuki wilayah baru. Mereka bisa pulang menggunakan jalur yang sama dengan yang mereka lalui sebelumnya.
Daya yang dihasilkan tentu bukan hanya untuk menghidupkan sensor, tapi juga untuk membantu ihwal sederhana seperti penguncian kaki di dalam sepatu. Teknologi ini patut diapresiasi karena ada orang yang kesulitan memakai sepatu bertali. Lansia misalnya. Dengan sepatu ini, perjalanan mereka akan menjadi lebih praktis.
Perangkat yang dipasang di dalam sepatu, kata Ylli, akan langsung merespons sesaat setelah kaki pengguna masuk ke dalam sepatu. Bagian lidah sepatu itu akan mengunci. Begitupun sebaliknya. Bagian lidah akan terbuka saat pengguna ingin melepaskan sepatu. Namun, mekanisme otomatis itu memerlukan daya.
Meski canggih, semua teknologi itu tidak akan bisa terpakai tanpa ada daya. Artinya, pengguna harus berjalan lagi jika habis. Daya yang dihasilkan juga masih relatif kecil yakni 4 milliWatt (mW). Beberapa periset juga pernah membuat sepatu yang menghasilkan daya 250 mW. Namun, sepatu itu terlalu besar dan berat.
Muh shamil
(bbg)