Tim SAR Masih Cari Rekaman Pilot
A
A
A
JAKARTA - Upaya tim SAR untuk mencari black box atau kotak hitam pesawat AirAsia QZ 8501 membuahkan hasil. Kemarin mereka berhasil menemukan flight data recorder (FDR), salah satu dari dua bagian yang disebut sebagai kotak hitam.
Dengan penemuan tersebut, diharapkan penyebab jatuhnya pesawat pada akhir Desember tahun lalu itu bisa terungkap. Penemuan komponen penting tersebut disampaikan Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Frans Henry Bambang Soelistyo di Kantor Basarnas, Kemayoran, Jakarta Pusat pukul 09.30 WIB kemarin.
Menurut dia, FDR ditemukan tim penyelam TNI Angkatan Laut yang terdiri atas Kapten Syaiful, Pelda Bambang, Serda Rajab, dan Kopda Edi Susilo pada pukul 07.11 WIB. FDR ditemukan di area prioritas II pada koordinat 03 derajat 37” 21 S dan 109 derajat 42’ 42” T dengan kedalaman 30-35 meter.
”Pagi saya mendapat laporan resmi dari Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) bahwa pada pukul 07.11 WIB berhasil diangkat bagian dari black box yang disebut dengan FDR,” tutur Soelistyo. Dia menjelaskan, keyakinan FDR itu milik AirAsia QZ8501 berasal dari Part Number PN-2100-4043-02 serta Serial Number SN-000556583FDR yang sesuai dengan data pesawat.
Hal inilah yang kemudian membuat temuan besar tersebut tidak terbantahkan lagi. ”FDR ditemukan di bawah puing-puing sayap pesawat. Informasi ini sekaligus menggugurkan kabar bahwa FDR terhimpit di badan pesawat. Kalau itu terhimpit di badan pesawat, nanti kita menebak bahwa badan pesawat sudah ketemu,” katanya.
Soelistyo lantas memastikan tim SAR akan kembali menyelam untuk mencari bagian kotak hitam yang lain yang disebut cockpit voice recorder (CVR) atau rekaman percakapan pilot di area pencarian I sampai IV dan area prioritas tambahan II di perairan Selat Karimata. “Yang masih diupayakan dicari adalah CVR dan tentu saja korban pesawat AirAsia QZ8501,” katanya.
FDR kemarin sempat ditunjukkan Panglima TNI Jenderal Moeldoko bersama Ketua KNKT Tatang Kurniadi kepada wartawandiposkoutamapencarian AirAsia QZ8501. Moeldoko bersyukur tidak ada hambatan apa pun untuk mengangkat FDR, termasuk kendala gelombang dan cuaca buruk yang selama ini menjadi persoalan utama.
Moeldoko pun menginstruksikan prajuritnya untuk tidak berpuas diri dan terus melakukan pencarian, dalam hal ini CVR, badan pesawat, dan tentu saja korban. Untuk CVR dia mengingatkan tim SAR gabungan hanya punya batas waktu 15 hari untuk menemukannya mengingat baterai benda tersebut hanya bertahan 30 hari. “Sebelum waktu itu habis harus ketemu. Ada 81 penyelam siap turun, saya yakin tidak lama lagi apa yang kita harapkan dapat ditemukan,” ujarnya.
Tatang Kurniadi menandaskan bahwa FDR sudah “aman” diterima KNKT dan segera dibawa ke Jakarta dengan pesawat TNI AU serta mendapat pengawalan ke Kantor KNKT di Jakarta Pusat. Menurut dia FDR telah diterima dalam kondisi baik, tetapi hasilnya akan sangat tergantung pada modul memori yang ada di dalamnya. Dia memastikan FDR akan dibuka di Indonesia.
Menurut dia, FDR akan dibuka jika sudah adasaksi accredited representative dari Airbus Prancis, Singapura, dan negara lain yang terkait dengan pesawat dan korban, juga dari Mabes TNI dan Kementerian Perhubungan.
Sebelumnya Tatang mengatakan ada empat negara yang terlibat dalam pencarian hingga investigasi kotak hitam, di antaranya negara yang mendesain pesawat, negara asal manufaktur, yang teregister, operator, negara tempat terjadi kecelakaan, dan negara yang ada korban.
Mengenai kapan penyebab kecelakaan bisa terungkap, Tatang mengatakan butuh waktu lama untuk dapat membaca dan menganalisis isi kotak hitam sehingga dapat diketahui pasti penyebab jatuhnya pesawat AirAsia.
”Hanya butuh waktu dua hingga tiga hari untuk men-download isi FDR. Namun proses membaca isi FDR tersebut akan lama karena harus mengumpulkan investigator dari beberapa negara yang berkaitan dengan pesawat dan korban serta menganalisis satu per satu data,” jelasnya.
Untuk diketahui, pencarian FDR dilakukan setelah Kapal Baruna Jaya I milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berhasil merekam sinyal akustik berbunyi “ping “ yang diduga berasal dari kotak hitam AirAsia QZ 8501 pada frekuensi 37,5 kilohertz (khz). Posisi pantulan “ping “ datang dari arah 52,1 derajat, jarak 77,7 meter, dan kedalaman 35 meter di Selat Karimata.
Berdasarkan temuan itu, Basarnas mengerahkan tiga kapal untuk memastikan keberadaan kotak hitam dengan tim penyelam KN Jadayat, dibantu Baruna Jaya. Pencarian kemarin diuntungkan cuaca yang bersahabat. Kepala Subbidang Cuaca Ekstrem Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Muhammad Fadli mengatakan cuaca cukup cerah dari pagi hingga menjelang sore dengan ketinggian gelombang laut yang tidak cukup tinggi sehingga tidak menghambat pencarian korban.
Intensitas curah hujan dari siang menjelang sore adalah hujan ringan hingga sedang di area pencarian dan sekitarnya. Namun BMKG juga mengingatkan tim SAR gabungan untuk mewaspadai kondisi cuaca pada sore menjelang malam hari karena gelombang laut cukup tinggi sekitar 2-3 meter.
Operasi Segera Berakhir
Basarnas mengisyaratkan pesan bahwa operasi pencarian dan evakuasi pesawat AirAsia segera berakhir. Salah satu indikasinya adalah pengurangan jumlah armada asing yang membantu pencarian serta kebijakan-kebijakan lain yang mulai dilakukan untuk mengefektifkan kegiatan.
“Ritme operasi sudah pada posisi slow down. Kebijakan-kebijakan kita sudah lakukan dan kekuatan tambahan dari negara lain sudah kita kurangi. Dan pada saatnya kita harus memastikan kapan operasi ini akan ditutup,” ujar Soelistyo. Rencananya pada hari ini (Selasa) dia akan berangkat ke Surabaya menemui keluarga korban. Di situ dia akan menjelaskan bagaimana upaya yang telah dilakukan Basarnas harus diimbangi dengan realitas yang terjadi di lapangan.
“Mereka akan saya jelaskan antara harapan dengan kenyataan. Itu adalah flow dari operasi yang memang sudah kita siapkan,” tuturnya. Meski begitu Soelistyo memastikan penutupan operasi ini tidak serta-merta menghentikan proses pencarian dan evakuasi karena Basarnas secara tegas masih akan melanjutkan proses tersebut dengan lingkup kegiatan harian yang dimilikinya. “Kegiatan harian itu yang akan kita manfaatkan untuk melakukan pencarian-pencarian. Jadi bukan lagi operasi dalam bentuk joint operation,” tandasnya.
Dia pun menjamin dengan peralatan dan perlengkapan yang ada, Basarnas masih dapat melanjutkan operasi tersebut dengan tujuan bisa mendapatkan korban atau jenazah yang tertinggal.
“Kalau dengan area seperti itu kita yakin masih bisa meng-cover. Tentu nanti untuk melengkapi (kekurangan) itu kita di-cover dan di-support oleh kelompok-kelompok masyarakat pencinta kegiatan kemanusiaan,” ucapnya.
Dian Ramdhani/ Sucipto/ant
Dengan penemuan tersebut, diharapkan penyebab jatuhnya pesawat pada akhir Desember tahun lalu itu bisa terungkap. Penemuan komponen penting tersebut disampaikan Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Frans Henry Bambang Soelistyo di Kantor Basarnas, Kemayoran, Jakarta Pusat pukul 09.30 WIB kemarin.
Menurut dia, FDR ditemukan tim penyelam TNI Angkatan Laut yang terdiri atas Kapten Syaiful, Pelda Bambang, Serda Rajab, dan Kopda Edi Susilo pada pukul 07.11 WIB. FDR ditemukan di area prioritas II pada koordinat 03 derajat 37” 21 S dan 109 derajat 42’ 42” T dengan kedalaman 30-35 meter.
”Pagi saya mendapat laporan resmi dari Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) bahwa pada pukul 07.11 WIB berhasil diangkat bagian dari black box yang disebut dengan FDR,” tutur Soelistyo. Dia menjelaskan, keyakinan FDR itu milik AirAsia QZ8501 berasal dari Part Number PN-2100-4043-02 serta Serial Number SN-000556583FDR yang sesuai dengan data pesawat.
Hal inilah yang kemudian membuat temuan besar tersebut tidak terbantahkan lagi. ”FDR ditemukan di bawah puing-puing sayap pesawat. Informasi ini sekaligus menggugurkan kabar bahwa FDR terhimpit di badan pesawat. Kalau itu terhimpit di badan pesawat, nanti kita menebak bahwa badan pesawat sudah ketemu,” katanya.
Soelistyo lantas memastikan tim SAR akan kembali menyelam untuk mencari bagian kotak hitam yang lain yang disebut cockpit voice recorder (CVR) atau rekaman percakapan pilot di area pencarian I sampai IV dan area prioritas tambahan II di perairan Selat Karimata. “Yang masih diupayakan dicari adalah CVR dan tentu saja korban pesawat AirAsia QZ8501,” katanya.
FDR kemarin sempat ditunjukkan Panglima TNI Jenderal Moeldoko bersama Ketua KNKT Tatang Kurniadi kepada wartawandiposkoutamapencarian AirAsia QZ8501. Moeldoko bersyukur tidak ada hambatan apa pun untuk mengangkat FDR, termasuk kendala gelombang dan cuaca buruk yang selama ini menjadi persoalan utama.
Moeldoko pun menginstruksikan prajuritnya untuk tidak berpuas diri dan terus melakukan pencarian, dalam hal ini CVR, badan pesawat, dan tentu saja korban. Untuk CVR dia mengingatkan tim SAR gabungan hanya punya batas waktu 15 hari untuk menemukannya mengingat baterai benda tersebut hanya bertahan 30 hari. “Sebelum waktu itu habis harus ketemu. Ada 81 penyelam siap turun, saya yakin tidak lama lagi apa yang kita harapkan dapat ditemukan,” ujarnya.
Tatang Kurniadi menandaskan bahwa FDR sudah “aman” diterima KNKT dan segera dibawa ke Jakarta dengan pesawat TNI AU serta mendapat pengawalan ke Kantor KNKT di Jakarta Pusat. Menurut dia FDR telah diterima dalam kondisi baik, tetapi hasilnya akan sangat tergantung pada modul memori yang ada di dalamnya. Dia memastikan FDR akan dibuka di Indonesia.
Menurut dia, FDR akan dibuka jika sudah adasaksi accredited representative dari Airbus Prancis, Singapura, dan negara lain yang terkait dengan pesawat dan korban, juga dari Mabes TNI dan Kementerian Perhubungan.
Sebelumnya Tatang mengatakan ada empat negara yang terlibat dalam pencarian hingga investigasi kotak hitam, di antaranya negara yang mendesain pesawat, negara asal manufaktur, yang teregister, operator, negara tempat terjadi kecelakaan, dan negara yang ada korban.
Mengenai kapan penyebab kecelakaan bisa terungkap, Tatang mengatakan butuh waktu lama untuk dapat membaca dan menganalisis isi kotak hitam sehingga dapat diketahui pasti penyebab jatuhnya pesawat AirAsia.
”Hanya butuh waktu dua hingga tiga hari untuk men-download isi FDR. Namun proses membaca isi FDR tersebut akan lama karena harus mengumpulkan investigator dari beberapa negara yang berkaitan dengan pesawat dan korban serta menganalisis satu per satu data,” jelasnya.
Untuk diketahui, pencarian FDR dilakukan setelah Kapal Baruna Jaya I milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berhasil merekam sinyal akustik berbunyi “ping “ yang diduga berasal dari kotak hitam AirAsia QZ 8501 pada frekuensi 37,5 kilohertz (khz). Posisi pantulan “ping “ datang dari arah 52,1 derajat, jarak 77,7 meter, dan kedalaman 35 meter di Selat Karimata.
Berdasarkan temuan itu, Basarnas mengerahkan tiga kapal untuk memastikan keberadaan kotak hitam dengan tim penyelam KN Jadayat, dibantu Baruna Jaya. Pencarian kemarin diuntungkan cuaca yang bersahabat. Kepala Subbidang Cuaca Ekstrem Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Muhammad Fadli mengatakan cuaca cukup cerah dari pagi hingga menjelang sore dengan ketinggian gelombang laut yang tidak cukup tinggi sehingga tidak menghambat pencarian korban.
Intensitas curah hujan dari siang menjelang sore adalah hujan ringan hingga sedang di area pencarian dan sekitarnya. Namun BMKG juga mengingatkan tim SAR gabungan untuk mewaspadai kondisi cuaca pada sore menjelang malam hari karena gelombang laut cukup tinggi sekitar 2-3 meter.
Operasi Segera Berakhir
Basarnas mengisyaratkan pesan bahwa operasi pencarian dan evakuasi pesawat AirAsia segera berakhir. Salah satu indikasinya adalah pengurangan jumlah armada asing yang membantu pencarian serta kebijakan-kebijakan lain yang mulai dilakukan untuk mengefektifkan kegiatan.
“Ritme operasi sudah pada posisi slow down. Kebijakan-kebijakan kita sudah lakukan dan kekuatan tambahan dari negara lain sudah kita kurangi. Dan pada saatnya kita harus memastikan kapan operasi ini akan ditutup,” ujar Soelistyo. Rencananya pada hari ini (Selasa) dia akan berangkat ke Surabaya menemui keluarga korban. Di situ dia akan menjelaskan bagaimana upaya yang telah dilakukan Basarnas harus diimbangi dengan realitas yang terjadi di lapangan.
“Mereka akan saya jelaskan antara harapan dengan kenyataan. Itu adalah flow dari operasi yang memang sudah kita siapkan,” tuturnya. Meski begitu Soelistyo memastikan penutupan operasi ini tidak serta-merta menghentikan proses pencarian dan evakuasi karena Basarnas secara tegas masih akan melanjutkan proses tersebut dengan lingkup kegiatan harian yang dimilikinya. “Kegiatan harian itu yang akan kita manfaatkan untuk melakukan pencarian-pencarian. Jadi bukan lagi operasi dalam bentuk joint operation,” tandasnya.
Dia pun menjamin dengan peralatan dan perlengkapan yang ada, Basarnas masih dapat melanjutkan operasi tersebut dengan tujuan bisa mendapatkan korban atau jenazah yang tertinggal.
“Kalau dengan area seperti itu kita yakin masih bisa meng-cover. Tentu nanti untuk melengkapi (kekurangan) itu kita di-cover dan di-support oleh kelompok-kelompok masyarakat pencinta kegiatan kemanusiaan,” ucapnya.
Dian Ramdhani/ Sucipto/ant
(ars)