Mengincar Reksa Dana Terbaik
A
A
A
Salah satu investasi yang dianggap menarik tahun ini adalah yang terkait dengan pasar modal. Di pasar modal ada beberapa jenis instrumen investasi yang bisa dijadikan alternatif dalam berinvestasi yakni saham, reksa dana, dan obligasi baik SUN ataupun korporasi.
Namun, dari ketiga instrumen investasi tersebut, reksa dana dianggap sebagai alternatif paling tepat saat ini. Reksa dana merupakan kumpulan berbagai instrumen investasi yang ada di pasar modal dan pasar uang. Karena merupakan wadah dari instrumen investasi, maka portofolio investasi reksa dana terdiri atas saham, campuran, pendapatan tetap danpasar uang.
Sesuai portofolio tersebut, maka potensi keuntungan akan sesuai dengan portofolionya. Dengan prediksi kondisi nasional secara umum, khususnya ekonomi yang cenderung membaik pada tahun ini, maka tak heran apabila reksa dana saham dianggap sebagai pilihan terbaik dari portofolio reksa dana lainnya.
Reksa dana saham terdiri atas berbagai jenis saham yang memilikikinerja fundamental baik serta masuk dalam daftarLQ45yangdikeluarkanBursaEfek Indonesia. Semua itu digabung menjadi satu wadahbernama reksa dana. Dengan asumsi kondisi ekonomi pada tahun ini jauh lebih baik dari tahun lalu, maka pendapatan dan laba bersih berbagai perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia diprediksi akan positif pula.
Harga saham berbagai perusahaan tersebut diperkirakan melambung tinggi dan memberikan efek positif bagi pertumbuhan indeksharga saham gabungan (IHSG). Dampaknya juga akan dirasakan oleh pemilik instrumen investasi reksa dana saham. Besar kemungkinan investasinya juga akan melonjak naik.
Sebagian saham yang berada di dalam keranjang investasi memiliki pertumbuhan yang jauh lebih tinggi walaupun adajuga yang lebih rendah daripada IHSG. Dengan begitu, bukan tidak mungkin apabila pertumbuhan keuntungan yang ditawarkan pada reksa dana saham per tahunnya bisa jauh lebih tinggi dari kinerja IHSG. Contoh paling nyata terjadi pada 2014 lalu.
Saat itu IHSG hanya tumbuh 22,29% namun berdasarkan data Infovesta, kinerja rata-rata reksa dana saham denominasi rupiah tumbuh 27,86%. ”Itulah sebabnya berinvestasi di reksa dana saham bisa menjadi pilihan utama. Potensi kenaikannya bisa mencapai 40%,” sebut analis reksa dana dari PT Infovesta Utama, Praska Putrantyo.
Patut dijadikan catatan adalah adanya istilah low risk low return dan high risk high returndalam berinvestasi. Istilah tersebut menjadi pedoman investor dalam berinvestasi. Khususnya ketika menghadapi situasi ekonomi yang tidak menentu seperti tahun lalu. Jadi, wajar saja apabila pada 2014 lebih banyak investor yang mengalokasikan dananya di reksa dana dengan portofolio ”cari aman”.
Hal itu tampak dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Per 30 Desember 2013, dana kelolaan reksa dana yang masuk dalam kategori low risksebesar Rp79,83 triliun dan di akhir 2014 naik sebesar 31,63% menjadi Rp104,82 triliun. Sementara, dana kelolaan reksa dana saham kategori high riskper 30 Desember 2014 sebesar Rp99,64 triliun.
Capaian tersebut hanya naik 24,23% dari dana kelolaan per akhir 2013 sebesar Rp80,25 triliun. Perinciannya, per 30 Desember 2013, reksa dana dengan portofolio fixed income memiliki nilai aktiva bersih (NAB) sebesar Rp37,33 triliun, pasar uang Rp11,23 triliun dan terproteksi Rp31,27 triliun. Sedangkan NAB portofolio saham Rp80,25 triliun.
Adapun, per 30 Desember 2014 NAB portofolio fixed incomemenjadi Rp43,28 triliun, pasar uang Rp20,48 triliun dan proteksi Rp41,06 triliun. Sedangkan NAB reksa dana saham menjadi Rp99,64 triliun.Menurut Direktur Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Putut Endro Andanawarih, pasca berakhirnya hiruk-pikuk pemilu dan lebih longgarnya anggaran pemerintah setelah menaikkan harga BBM, idealnya investor lebih memilih instrumen investasi yang lebih berisiko yakni reksa dana saham.
Tentunya dengan catatan dana yang diinvestasikan akan dipergunakan dalam jangka waktu menengah dan panjang. Secara teoretis, berinvestasi di reksa dana saham akan memberikan keuntungan yang lebih baik dibandingkan dengan reksa dana jenis lainnya. Apalagi, berinvestasi di reksa dana relatif lebih aman karena dilakukan oleh manajer investasi berpengalaman.
Selain itu, berinvestasi di reksa dana saham tidak membutuhkan dana besar seperti ketika berinvestasi di saham. Sejumlah perusahaan manajer investasi bahkan telah merilis berbagai produk yang relatif murah bagi masyarakat yang hendak berinvestasi di reksa dana saham.
Demi meningkatkan unit reksa dana saham, sekarang dapat dilakukan dengan nilai minimal Rp100.000. Dengan potensi keuntungan jangka panjang yang sangat menggiurkan, berinvestasi di reksa dana saham bisa menjadi pilihan paling menarik tahun ini.
Agar prediksi pertumbuhan dan keuntungan yang diperoleh sesuai sepertiyang diharapkan, investor harus tetap berhati-hati dalam memilih manajer investasi. Di antaranya, dengan melihat NAB, nilai aset yang dimiliki, dan track record selamamengelola saham atau reksa dana. ”Semua itu tergantung manajer investasi membaca pergerakan saham,” kata pengurus Asosiasi Pengelola Reksadana Indonesia (APRDI) Prihatmo Hari Mulyanto.
Ilham safutra/Hermansah
Namun, dari ketiga instrumen investasi tersebut, reksa dana dianggap sebagai alternatif paling tepat saat ini. Reksa dana merupakan kumpulan berbagai instrumen investasi yang ada di pasar modal dan pasar uang. Karena merupakan wadah dari instrumen investasi, maka portofolio investasi reksa dana terdiri atas saham, campuran, pendapatan tetap danpasar uang.
Sesuai portofolio tersebut, maka potensi keuntungan akan sesuai dengan portofolionya. Dengan prediksi kondisi nasional secara umum, khususnya ekonomi yang cenderung membaik pada tahun ini, maka tak heran apabila reksa dana saham dianggap sebagai pilihan terbaik dari portofolio reksa dana lainnya.
Reksa dana saham terdiri atas berbagai jenis saham yang memilikikinerja fundamental baik serta masuk dalam daftarLQ45yangdikeluarkanBursaEfek Indonesia. Semua itu digabung menjadi satu wadahbernama reksa dana. Dengan asumsi kondisi ekonomi pada tahun ini jauh lebih baik dari tahun lalu, maka pendapatan dan laba bersih berbagai perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia diprediksi akan positif pula.
Harga saham berbagai perusahaan tersebut diperkirakan melambung tinggi dan memberikan efek positif bagi pertumbuhan indeksharga saham gabungan (IHSG). Dampaknya juga akan dirasakan oleh pemilik instrumen investasi reksa dana saham. Besar kemungkinan investasinya juga akan melonjak naik.
Sebagian saham yang berada di dalam keranjang investasi memiliki pertumbuhan yang jauh lebih tinggi walaupun adajuga yang lebih rendah daripada IHSG. Dengan begitu, bukan tidak mungkin apabila pertumbuhan keuntungan yang ditawarkan pada reksa dana saham per tahunnya bisa jauh lebih tinggi dari kinerja IHSG. Contoh paling nyata terjadi pada 2014 lalu.
Saat itu IHSG hanya tumbuh 22,29% namun berdasarkan data Infovesta, kinerja rata-rata reksa dana saham denominasi rupiah tumbuh 27,86%. ”Itulah sebabnya berinvestasi di reksa dana saham bisa menjadi pilihan utama. Potensi kenaikannya bisa mencapai 40%,” sebut analis reksa dana dari PT Infovesta Utama, Praska Putrantyo.
Patut dijadikan catatan adalah adanya istilah low risk low return dan high risk high returndalam berinvestasi. Istilah tersebut menjadi pedoman investor dalam berinvestasi. Khususnya ketika menghadapi situasi ekonomi yang tidak menentu seperti tahun lalu. Jadi, wajar saja apabila pada 2014 lebih banyak investor yang mengalokasikan dananya di reksa dana dengan portofolio ”cari aman”.
Hal itu tampak dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Per 30 Desember 2013, dana kelolaan reksa dana yang masuk dalam kategori low risksebesar Rp79,83 triliun dan di akhir 2014 naik sebesar 31,63% menjadi Rp104,82 triliun. Sementara, dana kelolaan reksa dana saham kategori high riskper 30 Desember 2014 sebesar Rp99,64 triliun.
Capaian tersebut hanya naik 24,23% dari dana kelolaan per akhir 2013 sebesar Rp80,25 triliun. Perinciannya, per 30 Desember 2013, reksa dana dengan portofolio fixed income memiliki nilai aktiva bersih (NAB) sebesar Rp37,33 triliun, pasar uang Rp11,23 triliun dan terproteksi Rp31,27 triliun. Sedangkan NAB portofolio saham Rp80,25 triliun.
Adapun, per 30 Desember 2014 NAB portofolio fixed incomemenjadi Rp43,28 triliun, pasar uang Rp20,48 triliun dan proteksi Rp41,06 triliun. Sedangkan NAB reksa dana saham menjadi Rp99,64 triliun.Menurut Direktur Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Putut Endro Andanawarih, pasca berakhirnya hiruk-pikuk pemilu dan lebih longgarnya anggaran pemerintah setelah menaikkan harga BBM, idealnya investor lebih memilih instrumen investasi yang lebih berisiko yakni reksa dana saham.
Tentunya dengan catatan dana yang diinvestasikan akan dipergunakan dalam jangka waktu menengah dan panjang. Secara teoretis, berinvestasi di reksa dana saham akan memberikan keuntungan yang lebih baik dibandingkan dengan reksa dana jenis lainnya. Apalagi, berinvestasi di reksa dana relatif lebih aman karena dilakukan oleh manajer investasi berpengalaman.
Selain itu, berinvestasi di reksa dana saham tidak membutuhkan dana besar seperti ketika berinvestasi di saham. Sejumlah perusahaan manajer investasi bahkan telah merilis berbagai produk yang relatif murah bagi masyarakat yang hendak berinvestasi di reksa dana saham.
Demi meningkatkan unit reksa dana saham, sekarang dapat dilakukan dengan nilai minimal Rp100.000. Dengan potensi keuntungan jangka panjang yang sangat menggiurkan, berinvestasi di reksa dana saham bisa menjadi pilihan paling menarik tahun ini.
Agar prediksi pertumbuhan dan keuntungan yang diperoleh sesuai sepertiyang diharapkan, investor harus tetap berhati-hati dalam memilih manajer investasi. Di antaranya, dengan melihat NAB, nilai aset yang dimiliki, dan track record selamamengelola saham atau reksa dana. ”Semua itu tergantung manajer investasi membaca pergerakan saham,” kata pengurus Asosiasi Pengelola Reksadana Indonesia (APRDI) Prihatmo Hari Mulyanto.
Ilham safutra/Hermansah
(bbg)