Masyarakat Fashionable dan Sejahtera dari Mode

Minggu, 11 Januari 2015 - 13:56 WIB
Masyarakat Fashionable...
Masyarakat Fashionable dan Sejahtera dari Mode
A A A
Ketua Umum Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Taruna K Kusmayadi sepakat bahwa dengan segala potensinya, memang sudah waktunya Jakarta diperhitungkan sebagai kota mode dunia.

“Semua pusat bisnis dan budaya yang beragam terdapat di Ibu Kota. Banyak orang kreatif unjuk karya-karya terbaik mereka di Jakarta,” katanya. Mengenai Bali yang sudah beberapatahunmasuk Top50Global Fashion Capital, Taruna memandang bahwa hal itu disebabkan Pulau Dewata telah menjadi destinasi liburan utama internasional.

“Banyaknya tempat wisata di Bali sangat mendukung promosi dan penjualan produk-produk fashion. Terlihat dari banyaknya toko dan butik busana di sana,” jelasnya. Selain adanya pusat bisnis, lanjut Taruna, yang juga penting adalah gaya hidup masyarakatnya yang fashionable. Gaya hidup ini menjadi pemicu sebuah kota sering diperbincangkan atau diekspos sebagai kota mode.

Indikator kota mode dunia pun dapat dilihat dari masyarakat kotayang sejahtera karena industri fashion yang ada. Di kota itu pun bermukim desainer dan komunitas-komunitas mode kualitas dunia. Infrastruktur tak kalah penting. Fasilitas perhotelan dan transportasi juga mendukung perkembangan industri fashion.

“Jadi infrastruktur harus diperhatikan. Promosi dan sosialisasi juga hal penting untuk selalu mengingatkan bahwa produk lokal itu kualitasnya tak kalah bagus sehingga masyarakat tidak hanya menjadi konsumen barang luar negeri,” terangnya. Taruna berharap pemerintah memberi perhatian lebih besar untuk mendukung kemajuan industri fashion di Indonesia.

Salah satunya menghubungkan berbagai pihak terkait seperti pabrik tekstil, desainer, dan industri garmen. “Sebab yang masih menjadi kendala adalah sulitnya menyinergikan berbagai pihak untuk mendorong tumbuhnya industri fashion ini,” ujar perancang busana lulusan Jurusan Fashion Design Fashion Institute of Technology, New York, Amerika Serikat ini.

Hal lain yang mendukung sebuah kota menjadi kota mode dunia adalah agenda-agenda fashion yang berkelanjutan. Fashion merupakan salah satu subsektor ekonomi kreatif dalam hal penyerapan tenaga kerja. Sementara itu ekonomi kreatif adalah sektor keempat terbesar dari 10 sektor ekonomi nasional.

Wakil Ketua Komite III Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Fahira Idris mengungkapkan, menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, pihaknya mengusulkan RUU Ekonomi Kreatif ke DPR untuk menjadi prioritas pembahasan. “UU tentang Ekonomi Kreatif menjadi sangat penting setelah dikeluarkannya ekonomi kreatif dari kementerian,” ujarnya.

Menurut dia, kontribusi ekonomi kreatif sangat signifikan bagi perekonomian. Pada 2013 saja ekonomi kreatif menyumbang 7,05% terhadap PDB Indonesia. Belum lagi sumbangannya untuk penyerapan tenaga kerja sebesar 11.872.428 orang atau 10,72% dari total penyerapan tenaga kerja sebesar 110,8 juta orang.

Dina angelina
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7452 seconds (0.1#10.140)