ESQ Gelar Training Gratis untuk Para Pilot
A
A
A
JAKARTA - Peristiwa di dunia penerbangan yang sedang berduka turut dirasakan oleh ESQ 165 sebagai lembaga training pembangunan karakter terbesar di Tanah Air. Kepedulian atas ini diwujudkan oleh ESQ dengan berinisiatif untuk memberikan training ESQ gratis bagi para seluruh pilot dan kopilot seluruh maskapai penerbangan di Indonesia.
“Tujuannya, demi keselamatan penumpang pilot harus mumpuni. Tidak hanya secara intelektual, namun juga mumpuni secara emosional. Mampu tenang saat krisis dan tidak panik. Intelektual tidak bekerja saat seperti itu (darurat). Juga harus mumpuni secara spiritual.
Jika secara spiritual mumpuni, hati nuraninya akan bekerja secara tulus,” kata founder ESQ 165 yang juga pakar pembangunan karakter Ary Ginanjar Agustian di Menara 165, Jakarta Selatan, kemarin Memaknai terbang dengan membawa nyawa manusia, lanjut dia, juga membutuhkan pilot yang bertakwa.
Dengan nilai emosional dan spiritual itu, pilot terhindar dari narkotika dan ihwal yang dilarang agama. Tidak tanggung-tanggung, ESQ akan memberikan training kelas eksekutif sebanyak empat tingkat secara gratis bagi para pilot dan kopilot dari seluruh maskapai di Indonesia. Mereka cukup mendaftarkan diri ke customer service ESQ 165 dengan menunjukkan bukti kartu anggota atau pilot.
Training kelas eksekutif tersebut dibuka secara gratis mulai 9 Januari hingga 9 April 2015 dan tidak terbatas untuk jumlah pesertanya. “Ini pernah kami lakukan pada 2002 hingga 2004 kepada para pilot Garuda Indonesia. Meskipun masih banyak pilot junior yang belum ikut dan dari maskapai selain Garuda.
Kapten pilot Abdul Rozaq dan kapten pilot Setiya Budi yang merupakan pilot senior Garuda adalah alumni ESQ,” ungkap Ary. ESQ, tambah Ary, menanggapi dan merasakan kepedihan terhadap peristiwa-peristiwa di dunia penerbangan. Menurut Ary, perubahan mindset kepada para pilot dan peningkatan kompetensi juga dibutuhkan. Pilot kapten Garuda Abdul Rozaq yang merupakan alumnus ESQ 165 mengamini apa yang disampaikan Ary.
Menurut pengakuan Rozaq, di atas atau di udara saat terbang, manusia sudah tidak punya kekuatan apa-apa lagi. “Spiritualitas tinggilah yang harus dimiliki. Jadi kalau ada apa-apa, ya kita minta (berdoa) kepada Tuhan. Jadi ESQ mengingatkan bahwa spiritual itu penting. Saya beberapa kali mengikuti training ESQ,” papar kapten pilot yang pernah mendaratkan pesawatnya dengan selamat di Sungai Bengawan Solo itu.
Rozaq juga mengungkapkan bahwa pengalaman berharga pernah dia dapatkan saat menerbangkan pesawat dari Padang ke Jakarta dengan flight number GA 165 sekitar 2009. Saat itu kebetulan Ary Ginanjar Agustian menjadi penumpang dari pesawat yang dipilotinya. Karena saat itu regulasi belum melarang mengajak penumpang ke kokpit dengan kondisi khusus, Rozaq mengajak Ary ke kokpit untuk sekadar merasakan berada di kokpit saat terbang.
“Saat itulah kebetulan pesawat mengalami kebocoran di sistem hidrolik. Fungsi sistem ini untuk mengatur roda, kemudi, dan instrumen-instrumen lainnya. Tadinya saya tidak ingin bercerita ke Pa Ary. Tapi, melihat saat saya gelisah, Pak Ary menanyakan. Akhirnya saya jujur katakan bahwa pelumas di sistem hidrolik mengalami kebocoran dan berbahaya untuk pendaratan.
Saya mengajak Pak Ary untuk berdoa semoga tidak habis,” papar pria 58 tahun dengan lima putra tersebut. Pilot yang masih aktif di Garuda tersebut kemudian mulai menghitung waktu dan tingkat kebocoran. Dia mengaku memperhatikan tingkat kebocoran saat terbang semakin jelas.
Dari 100% perlahan-lahan hingga ke 65%. Kemudian, kata Rozaq, kebocoran berhenti dengan posisi 65% tersisa dan tidak bocor lagi hingga pesawat mendarat. “Anehnya, saat pesawat sudah berhenti di darat, kondisi sistem hidrolik kembali ke 100%. Sisi spiritual begitu penting ,” pungkas Rozaq.
Imas Damayanti
“Tujuannya, demi keselamatan penumpang pilot harus mumpuni. Tidak hanya secara intelektual, namun juga mumpuni secara emosional. Mampu tenang saat krisis dan tidak panik. Intelektual tidak bekerja saat seperti itu (darurat). Juga harus mumpuni secara spiritual.
Jika secara spiritual mumpuni, hati nuraninya akan bekerja secara tulus,” kata founder ESQ 165 yang juga pakar pembangunan karakter Ary Ginanjar Agustian di Menara 165, Jakarta Selatan, kemarin Memaknai terbang dengan membawa nyawa manusia, lanjut dia, juga membutuhkan pilot yang bertakwa.
Dengan nilai emosional dan spiritual itu, pilot terhindar dari narkotika dan ihwal yang dilarang agama. Tidak tanggung-tanggung, ESQ akan memberikan training kelas eksekutif sebanyak empat tingkat secara gratis bagi para pilot dan kopilot dari seluruh maskapai di Indonesia. Mereka cukup mendaftarkan diri ke customer service ESQ 165 dengan menunjukkan bukti kartu anggota atau pilot.
Training kelas eksekutif tersebut dibuka secara gratis mulai 9 Januari hingga 9 April 2015 dan tidak terbatas untuk jumlah pesertanya. “Ini pernah kami lakukan pada 2002 hingga 2004 kepada para pilot Garuda Indonesia. Meskipun masih banyak pilot junior yang belum ikut dan dari maskapai selain Garuda.
Kapten pilot Abdul Rozaq dan kapten pilot Setiya Budi yang merupakan pilot senior Garuda adalah alumni ESQ,” ungkap Ary. ESQ, tambah Ary, menanggapi dan merasakan kepedihan terhadap peristiwa-peristiwa di dunia penerbangan. Menurut Ary, perubahan mindset kepada para pilot dan peningkatan kompetensi juga dibutuhkan. Pilot kapten Garuda Abdul Rozaq yang merupakan alumnus ESQ 165 mengamini apa yang disampaikan Ary.
Menurut pengakuan Rozaq, di atas atau di udara saat terbang, manusia sudah tidak punya kekuatan apa-apa lagi. “Spiritualitas tinggilah yang harus dimiliki. Jadi kalau ada apa-apa, ya kita minta (berdoa) kepada Tuhan. Jadi ESQ mengingatkan bahwa spiritual itu penting. Saya beberapa kali mengikuti training ESQ,” papar kapten pilot yang pernah mendaratkan pesawatnya dengan selamat di Sungai Bengawan Solo itu.
Rozaq juga mengungkapkan bahwa pengalaman berharga pernah dia dapatkan saat menerbangkan pesawat dari Padang ke Jakarta dengan flight number GA 165 sekitar 2009. Saat itu kebetulan Ary Ginanjar Agustian menjadi penumpang dari pesawat yang dipilotinya. Karena saat itu regulasi belum melarang mengajak penumpang ke kokpit dengan kondisi khusus, Rozaq mengajak Ary ke kokpit untuk sekadar merasakan berada di kokpit saat terbang.
“Saat itulah kebetulan pesawat mengalami kebocoran di sistem hidrolik. Fungsi sistem ini untuk mengatur roda, kemudi, dan instrumen-instrumen lainnya. Tadinya saya tidak ingin bercerita ke Pa Ary. Tapi, melihat saat saya gelisah, Pak Ary menanyakan. Akhirnya saya jujur katakan bahwa pelumas di sistem hidrolik mengalami kebocoran dan berbahaya untuk pendaratan.
Saya mengajak Pak Ary untuk berdoa semoga tidak habis,” papar pria 58 tahun dengan lima putra tersebut. Pilot yang masih aktif di Garuda tersebut kemudian mulai menghitung waktu dan tingkat kebocoran. Dia mengaku memperhatikan tingkat kebocoran saat terbang semakin jelas.
Dari 100% perlahan-lahan hingga ke 65%. Kemudian, kata Rozaq, kebocoran berhenti dengan posisi 65% tersisa dan tidak bocor lagi hingga pesawat mendarat. “Anehnya, saat pesawat sudah berhenti di darat, kondisi sistem hidrolik kembali ke 100%. Sisi spiritual begitu penting ,” pungkas Rozaq.
Imas Damayanti
(bbg)