Tarif Subway Termurah di Dunia Naik, Warga Beijing Beralih ke Bus

Kamis, 08 Januari 2015 - 11:57 WIB
Tarif Subway Termurah di Dunia Naik, Warga Beijing Beralih ke Bus
Tarif Subway Termurah di Dunia Naik, Warga Beijing Beralih ke Bus
A A A
Tarif kereta bawah tanah (subway ) termurah di dunia yang ada Beijing, China, segera naik mencapai dua kali lipat dari dua yuan menjadi empat yuan atau dari sekitar Rp4.000 menjadi Rp8.000. Kenaikan ini dirasa sangat memberatkan dan berpotensi membuat penumpang beralih ke moda transportasi bus.

Sebagai kota sibuk, transportasi Beijing juga menanggung beban cukup berat. Saban harinya, transportasi massal, seperti subway akan mengangkut jutaan penumpang. Pada jam sibuk, situasinya terkadang sampai tak terkendali. Di saat-saat seperti ini, kereta bawah tanah Beijing layaknya medan pertempuran.

Di stasiun tersibuk para petugas bahkan harus mendorong penumpang masuk ke dalam gerbong agar pintunya bisa tertutup. Warga di Beijing memang memilih subway sebagai andalan karena tarifnya bisa disebut sebagai yang termurah di dunia karena subsidi besar-besaran dari pemerintah.

Tak heran jika setiap harinya ada lebih dari delapan juta orang menggunakan alat transportasi ini, jumlah tersebut sama besarnya dengan penduduk kota New York. Di Beijing,subway pertama kali dibuka pada 1969 di bawah arahan pemimpin China Mao Zedong setelah kunjungannya ke Moskow.

Pada awalnya, subway dibangun sebagai proyek pertahanan sipil untuk mengevakuasi orang-orang ke beberapa daerah di China. Tapi ketika penduduk Beijing semakin membengkak, subway pun dialihkan menjadi alat transportasi. Rute subway di Beijing saat ini mencapai 465 km dan pada 2020 kemungkinan akan bertambah dua kali lipat menjadi 1.000 km.

Saat masih awal-awal, subway mungkin masih menjadi pilihan transportasi yang nyaman. Tetapi seiring dahsyatnya pertambahan penduduk, kualitas pelayanan subway pun menurun. Pemerintah harus memotong subsidi untuk mengurangi jumlah penumpang dan meningkatkan pelayanan.

Namun, reaksi negatif atas keputusan ini sudah mulai bermunculan bahkan sebelum keputusan tersebut resmi diberlakukan. Para penumpang yang notabene adalah kaum menengah ini merasa keberatan dengan kenaikan dua kali lipat sedangkan pelayanan subway dirasa masih kurang.

“Ketika harga naik, saya harus membayar 7 yuan bukan hanya 2 yuan. Saya bisa beralih menggunakan bus, namun subway adalah yang paling efisien. Tapi jika tarif subway naik, mungkin positifnya adalah gerbongnya tidak akan terlalu ramai,”ujar Li Yue, seorang pekerja kantoran di Beijing, dilansir BBC.

Yue adalah salah satu penumpang yang beruntung karena perusahaannya telah setuju untuk menambah biaya transportasi seiring dengan kenaikan tarif subway . Tapi bagi sebagian lain yang tidak memiliki bos pengertian, mereka akan mengalami peningkatan biaya hidup dan menciptakan tekanan sosial baru.

“Kereta bawah tanah adalah transportasi yang paling efektif bagi kami. Dengan kenaikan ini, saya rasa jalanan akan lebih macet karena banyak orang yang akan pindah menggunakan bus,” kata seorang salesman, Wang Di.

Dengan meningkatnya tarif, penumpang terpaksa memilih moda transportasi lainnya yakni bus yang memiliki harga lebih murah namun kurang nyaman, terutama karena jarak tempuhnya yang lebih lama dibanding subway. Masyarakat pinggiran yang tidak mampu tinggal di pusat kota adalah yang paling merasakan dampak dari kenaikan ini.

Rini agustina
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3395 seconds (0.1#10.140)