Demi Misi Kemanusiaan, Liburan Keluarga Dibatalkan

Minggu, 04 Januari 2015 - 14:37 WIB
Demi Misi Kemanusiaan, Liburan Keluarga Dibatalkan
Demi Misi Kemanusiaan, Liburan Keluarga Dibatalkan
A A A
Berkumpul bersama keluarga adalah dambaan setiap orang saat momentum perayaan hari raya. Namun, bagi anggota tim search and rescue (SAR) yang terlibat pencarian pesawat AirAsia QZ 8501 yang jatuh di Selat Karimata pada Minggu (28/12), harapan itu harus dipendam dan disimpan rapat demi menjalankan tugas negara.

Hal demikian antara lain dialami Komandan Detasemen 4 (Komando Pasukan Katak) Kopaska Koarmabar Kapten Laut (P) Edy Tirtayasa. Pria kelahiran Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang tergabung dalam tim rescueBadan SAR Nasional (Basarnas) ini harus melupakan momenmomen indah perayaan Natal dan Tahun Baru 2015.

Saat keluarganya berkumpul pada liburan akhir tahun, pria bertubuh gempal ini justru harus berada di tengah laut untuk memimpin Kopaska mencari dan mengevakuasi para penumpang korban AirAsia. Baginya, menjalankan misi kemanusiaan seperti itu sama sekali bukan beban, melainkan kebanggaan.

”Bagi Kopaska lebih sedih lagi kalau enggak bertugas. Ada kejadian yang menimpa saudara kita, masa kita cuma duduk nontonTV,” ujarnya kemarin.Rencananya, Edy akan merayakan Natal dan tahun baru di Mataram, NTB, bersama keluarganya. Namun, saat tugas memanggilnya, pria yang sudah hampir 21 tahun bergabung dalam pasukan elite TNI Angkatan Laut (AL) itu langsung berkemas.

Dia bahkan harus merelakan tiket pesawat untuk pulang kampung yang sudah dipesannya jauhjauh hari hangus tak terpakai. “Saya baru melaksanakan cuti sehari di rumah, tapi besoknya langsung berangkat bertugas. Padahal sudah beli tiket, rencana mau ke Mataram, kebetulan orang tua di Lombok. Ya, sudah, tiket hangus,” tuturnya.

Meski begitu, dia bersyukur istrinya Christina Sunaryanti, anaknya Debora Calamita Tirtayasa, dan ibunya memahami pekerjaannya. “Kalau istri dan anak sudah enggak kaget. Sudah risiko, namanya juga tugas negara ya dijalankan sebaik-baiknya. Bahkan dulu baru nikah empat hari istri sudah ditinggalkan. Bagi Kopaska hal seperti ini biasa,” ucapnya.Hal demikian pula yang ditanamkan kepada pasukannya.

Pengabdian bagi bangsa dan negara serta kemanusiaan merupakan yang utama. “Jangan menjadikan hari raya sebagai sesuatu yang wah. Jangan ngeluhhari raya harus begini, enggak ada itu. Saya enggak Natalan dan tahun baruan, tapi keluarga enggak ada yang keberatan,” tuturnya. Edy yang berasal dari keluarga tentara menamatkan pendidikan di SMAN 1 Mataram.

Setelah lulus sekolah, Edy sempat diterima di kampus elite dan ternama, Sekolah Tinggi Administrasi Negara (STAN) dan Universitas Brawijaya. Namun, karena keterbatasan biaya, Edy memutuskan untuk memilih sebagai tentara. Pada 1992, dia menjadi bintara dan sempat bekerja di kapal karena syarat untuk menjadi Kopaska seseorang harus bekerja selama 1,5–2 tahun di kapal. “Baru satu tahun bekerja saya daftar ke Kopaska dan akhirnya lulus,” tuturnya.

Sucipto
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 4.1243 seconds (0.1#10.140)