Bangkitkan Semangat Kompetisi Pelajar
A
A
A
Keberhasilan para pelajarIndonesia dalam International Junior Science Olympiad (IJSO) 2014 di Mendoza, Argentina, merupakan motivasi dan inspirasi berharga bagi para siswalainnya untuk mampu menorehkan prestasi.
Sebanyak 12 pelajar SMP kita bersaingdenganhampir200siswasebaya dari 32 negara dan berhasil memboyong 11 medali, 2 di antaranya medali emas. Selain itu, sudah tak terhitung pelajar kita baik dari tingkat SD, SMP, SMA maupun perguruan tinggi yang berprestasi di ajang kompetisi internasional dan mengharumkan nama bangsa.
Ketua delegasi pelajar Indonesia pada IJSO 2014 Budhy Kurniawan berharap berbagai prestasi para pelajar Indonesia dalam kompetisi dan olimpiade sains internasional bisa memacu potensi-potensi saintifik generasi muda agar semakin berkembang luas. “Ini bisa memotivasi para pelajar lainnya untuk menguasai dan mengembangkan sains. Tentu targetnya bukan sekadar prestasi dalam kompetisi, tapi juga target jauh ke depan demi dirinya dan bangsa,” kata akademisi UI ini.
Menurut Budhy, pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan guru, tapi juga orang tua. Dalam hal ini, orang tua dituntut sensitif untuk mengenali potensi anak-anak mereka dalam bidang pelajaran dan memberi stimulan dalam pengembangannya. Pada akhirnya, lanjut dia, tumbuhnya jiwa kompetisi yang sehat antarpelajar serta peningkatan kreativitas mereka secara alamiah bakal ikut mendukung peningkatan mutu pendidikan nasional di berbagai jenjang.
“Tentunya bukan hanya dari sisi prestasi, tapi juga mental. Para pelajar kita harus mendapat pembekalan mental yang bagus agar dapat mengendalikan dirinya dengan baik ketika menghadapi tekanan dan mampu cepat mencari jalan keluar kemudian menyelesaikan persoalannya,” papar Budhy.
Tataran mental ini, kata dia, tak hanya penting bagi pelajar saat menempuh pendidikan formal, tapi juga dalam setiap aspek kehidupan mereka. “Ada jiwa kompetitif yang menjadi bekal mereka menghadapi persaingan yang semakin ketat di semua bidang,” tandasnya. Sementara itu, Direktur Pembinaan SMP Direktorat Pendidikan Dasar (Dikdas) Kemendikbud Didik Suhardi mengatakan, Indonesia merupakan negara yang aktif mengikuti kompetisi IJSO. Bahkan Indonesia sempat menjadi tuan rumah.
“Pada 2004 berlangsung di Jakarta dan 2005 di Yogyakarta,” sebutnya. IJSO merupakan salah satu olimpiade sains kelas dunia. Kompetisi ini dirancang untuk pelajar SMP terbaik dari setiap negara yang berpartisipasi. Penyeleksiannya melalui Olimpiade Sains Nasional. Keikutsertaan Indonesia dalam olimpiade atau kompetisi sains, lanjut Didik, di antaranya memang untuk membangkitkan dan mengembangkan jiwa kompetisi pelajar agar mampu bersaing di tingkat internasional.
Penjenjangannya sudah ada mulai jenjang SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Mulai tingkat sekolah, daerah, nasional hingga internasional. “Meski tidak bisa langsung menjadi barometer atau indikator langsung tingkat mutu pendidikan suatu negara, hasil dan prestasinya dapat menjadikebanggaansuatubangsadanini penting sebagai faktor pendorong pengembangan selanjutnya,” kata Didik.
Selain itu, para siswa pemenang berkesempatan lebih lebar untuk mendapat tempat pendidikan yang lebih baik di jenjang berikutnya. Hal ini, kata dia, tentu akan berdampak positif bagi perkembangan keilmuan mereka di masa mendatang. “Sewaktu mereka kembali dari Argentina, kami meminta kepada kepala sekolah masing-masing supaya semua peserta mendapat perhatian lebih intensif agar mampu meningkatkan prestasinya,” ujar Didik. Dia mengatakan, pemerintah berharap para pemenang olimpiade ini dapat mengikuti olimpiade berikutnya di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Hermansah
Sebanyak 12 pelajar SMP kita bersaingdenganhampir200siswasebaya dari 32 negara dan berhasil memboyong 11 medali, 2 di antaranya medali emas. Selain itu, sudah tak terhitung pelajar kita baik dari tingkat SD, SMP, SMA maupun perguruan tinggi yang berprestasi di ajang kompetisi internasional dan mengharumkan nama bangsa.
Ketua delegasi pelajar Indonesia pada IJSO 2014 Budhy Kurniawan berharap berbagai prestasi para pelajar Indonesia dalam kompetisi dan olimpiade sains internasional bisa memacu potensi-potensi saintifik generasi muda agar semakin berkembang luas. “Ini bisa memotivasi para pelajar lainnya untuk menguasai dan mengembangkan sains. Tentu targetnya bukan sekadar prestasi dalam kompetisi, tapi juga target jauh ke depan demi dirinya dan bangsa,” kata akademisi UI ini.
Menurut Budhy, pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan guru, tapi juga orang tua. Dalam hal ini, orang tua dituntut sensitif untuk mengenali potensi anak-anak mereka dalam bidang pelajaran dan memberi stimulan dalam pengembangannya. Pada akhirnya, lanjut dia, tumbuhnya jiwa kompetisi yang sehat antarpelajar serta peningkatan kreativitas mereka secara alamiah bakal ikut mendukung peningkatan mutu pendidikan nasional di berbagai jenjang.
“Tentunya bukan hanya dari sisi prestasi, tapi juga mental. Para pelajar kita harus mendapat pembekalan mental yang bagus agar dapat mengendalikan dirinya dengan baik ketika menghadapi tekanan dan mampu cepat mencari jalan keluar kemudian menyelesaikan persoalannya,” papar Budhy.
Tataran mental ini, kata dia, tak hanya penting bagi pelajar saat menempuh pendidikan formal, tapi juga dalam setiap aspek kehidupan mereka. “Ada jiwa kompetitif yang menjadi bekal mereka menghadapi persaingan yang semakin ketat di semua bidang,” tandasnya. Sementara itu, Direktur Pembinaan SMP Direktorat Pendidikan Dasar (Dikdas) Kemendikbud Didik Suhardi mengatakan, Indonesia merupakan negara yang aktif mengikuti kompetisi IJSO. Bahkan Indonesia sempat menjadi tuan rumah.
“Pada 2004 berlangsung di Jakarta dan 2005 di Yogyakarta,” sebutnya. IJSO merupakan salah satu olimpiade sains kelas dunia. Kompetisi ini dirancang untuk pelajar SMP terbaik dari setiap negara yang berpartisipasi. Penyeleksiannya melalui Olimpiade Sains Nasional. Keikutsertaan Indonesia dalam olimpiade atau kompetisi sains, lanjut Didik, di antaranya memang untuk membangkitkan dan mengembangkan jiwa kompetisi pelajar agar mampu bersaing di tingkat internasional.
Penjenjangannya sudah ada mulai jenjang SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Mulai tingkat sekolah, daerah, nasional hingga internasional. “Meski tidak bisa langsung menjadi barometer atau indikator langsung tingkat mutu pendidikan suatu negara, hasil dan prestasinya dapat menjadikebanggaansuatubangsadanini penting sebagai faktor pendorong pengembangan selanjutnya,” kata Didik.
Selain itu, para siswa pemenang berkesempatan lebih lebar untuk mendapat tempat pendidikan yang lebih baik di jenjang berikutnya. Hal ini, kata dia, tentu akan berdampak positif bagi perkembangan keilmuan mereka di masa mendatang. “Sewaktu mereka kembali dari Argentina, kami meminta kepada kepala sekolah masing-masing supaya semua peserta mendapat perhatian lebih intensif agar mampu meningkatkan prestasinya,” ujar Didik. Dia mengatakan, pemerintah berharap para pemenang olimpiade ini dapat mengikuti olimpiade berikutnya di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Hermansah
(bbg)