Tim Forensik Kesulitan Identifikasi Awal

Jum'at, 02 Januari 2015 - 10:12 WIB
Tim Forensik Kesulitan Identifikasi Awal
Tim Forensik Kesulitan Identifikasi Awal
A A A
PANGKALAN BUN - Tim forensik harus bekerja keras untuk mengungkap identitas para jenazah korban AirAsia yang telah ditemukan. Kondisi jasad yang membusuk menjadi kesulitan dalam identifikasi awal.

Kapusdokkes Mabes Polri Brigjen Pol Arthur Tampi mengungkapkan, tim forensik mengalami kesulitan untuk melakukan identifikasi awal mengingat jenazah sudah lima hari berada di air laut. “Identifikasi visual sudah tidak mungkin lagi dilakukan, ini hari kelima, proses pembusukan lanjutan sudah terjadi dan sudah menghitam,” ujar dia di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, kemarin.

Untuk memudahkan tim forensik Polda Jatim melakukan identifikasi, kata Arthur, pihaknya berupaya memperlambat proses pembusukan dengan mengamankan organ-organ penting untuk identifikasi korban. Misalnya sidik jari yang diberi balsam dan bungkus plastik serta gigi yang dibersihkan kemudian diberi plastik agar lidah tidak mendorong gigi ke luar guna mempermudah proses pembuatan odontogram di Surabaya.

“Sebab kita tidak tahu proses transportasi kapan dikirim. Kalau tidak dijaga, sulit bagi dokter untuk mengidentifikasi,” imbuhnya. Arthur menyebutkan, ada tiga hal primer yang menjadi acuan secara internasional dalam proses identifikasi, yakni sidik jari, rekam gigi, dan Deoxyribonucleic acid (DNA). “Salah satu saja sudah positif, maka itu tidak terbantahkan identitas yang bersangkutan,” ujarnya.

Selain itu, ada juga identifikasi sekunder yang mencakup pakaian yang dikenakan, aksesori di tubuh maupun ciri-ciri utama korban. “Jam tangan apa, kemudian ada mungkin cincin, dompet atau kalung yang melekat. Ciri korban mungkin ada bekas operasi, bekas luka, tahi lalat, dan sebagainya. Dengan kondisi yang seperti ini sulit. Makanya kita harus mengejar yang primer tadi,” kata Arthur.

Arthur menambahkan, proses ident i f ikasi sangat penting, selain mengenai identitas sanak keluarga, juga untuk mengetahui penyebab kematian, apakah sebelum masuk atau sesudah jatuh ke laut. Kemudian apakah mengalami trauma, benturan, dan sebagainya. “Jadi kita menghambat proses pembusukan dengan melindungi organ-organ yang harus diperhatikan dalam proses identifikasi itu. Maksudnya kita lakukan pengemasan, melabeli, dan mengirim,” katanya.

Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI F Henry Bambang Soelistyo memperkirakan kondisi jenazah yang ditemukan nantinya kemungkinan sudah dalam keadaan tidak utuh. Potensi kerusakan jasad besar karena korban sudah lima hari berada di dalam air. Basarnas sebagaimana instruksi Presiden Joko Widodo akan melakukan proses evakuasi hingga waktu yang belum dibatasi.

“Tidak akan kita biarkan saudara-saudara kita ada di bawah (laut), sepanjang kita ketahui dan temukan lokasinya,” tegas Bambang Soelistyo saat menggelar konferensi pers di kantornya Jalan Angkasa Jakarta kemarin. Menurut Soelistyo saat ini diperkirakan bangkai pesawat berada di kedalaman 25-30 meter. Upaya untuk mengevakuasi jenazah dari dalam pesawat terkendala cuaca yang tidak bersahabat.

“Di dalam bangkai pesawat pun kalau kita ketahui dengan kedalaman 25 meter, itu akan kita lakukan upaya evakuasi, apa pun kondisinya,” tandas Soelistyo. Dia memastikan akan memperlakukan jenazah yang ditemukan dengan sebaik-baiknya. Hal ini juga untuk memudahkan proses identifikasi berikutnya. Hingga tadi malam, data dari lapangan melaporkan sudah ada delapan jenazah yang dikirim ke Surabaya dari lokasi pencarian.

Sebanyak 2 jenazah telah dikirim pada Rabu (31/12), sedangkan 6 lainnya kemarin. Dari 8jenazah, 1 di antaranya telah berhasil diidentifikasi, yakni Hayati Lutfiah Hamid, warga Sawotratap Sidoarjo, Jawa Timur. Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Anas Yusuf menyampaikan bahwa proses identifikasi yang dilakukan tim Disaster Victim Identification (DVI) sesuai dengan standar internasional berdasarkan “ISI PO Interpol”.

“Dengan demikian hasil dari identifikasi sangat akurat untuk penegakan hukum,” ujarnya kepada wartawan di Crisis Centre Mapolda Jawa Timur Jalan Ahmad Yani Surabaya. Dari sejumlah korban yang sekarang sudah di RS Bhayangkara, seorang korban berhasil diidentifikasi atas nama Hayati Lutfiah Hamid, warga Sawotratap Sidoarjo.

Perempuan berusia sekitar 40 tahunan tersebut teridentifikasi setelah tim DVI Polda Jatim memastikan sesuai dengan metode identifikasi primer maupun sekunder dengan pendukung lainnya. Kapolda menjelaskan, saat ini tim DVI yang diketuai Kombes Pol Budiono telah menyiapkan dua kegiatan identifikasi antemortem dan postmortem. Antemortem merupakan kegiatan profiling, yakni menyiapkan data orang seperti rekam medis, sidikjari, DNA, termasukciri-ciri fisik seperti tahi lalat, tato, dan tanda-tanda khusus di tubuh lainnya.

“Berikutnya semua data sekunder itu ditindaklanjuti di postmortem. Setelah teridentifikasi, pasti disampaikan,” tutur dia. Pihak keluarga memang belum diizinkan melihat jenazah korban yang telah diidentifikasi. Menurut Kapolda, pihaknya masih menunggu kesimpulan dari tim identifikasi. “Jika sudah ada kesimpulan, keluarga akan dipanggil untuk melihat jenazah,” kata Anas.

Sucipto/Dian ramdhani/Ant
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4370 seconds (0.1#10.140)