Tahun Kelam Penerbangan Malaysia

Selasa, 30 Desember 2014 - 09:20 WIB
Tahun Kelam Penerbangan...
Tahun Kelam Penerbangan Malaysia
A A A
KUALA LUMPUR - Bagi industri penerbangan Malaysia, 2014 merupakan tahun kelam. Tiga kecelakaan pesawat dialami maskapai penerbangan yang berbasis di Malaysia.

Diawali dengan hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 pada 8 Maret 2014 lalu ketika terbang dari Kuala Lumpur, Malaysia, menuju Beijing, China. Sampai saat ini hilangnya pesawat Boeing 777 ini masih misterius. Dari total 239 orang yang ada di dalamnya, tidak ada satu pun yang selamat.

Pesawat tersebut terakhir terdeteksi di sebelah barat Semenanjung Malaysia menuju Samudra Hindia. Berdasarkan pelacakan satelit Inmarsat, Inggris, para penyidik percaya MH370 jatuh di Samudra Hindia selatan, sebelah barat Australia. Tidak ada pecahan pesawat yang ditemukan.

Satelit itu hanya menunjuk lokasi terakhir pesawat, namun tidak menangkap objek atau puing pesawat. MH370 menjadi misteri penerbangan terbesar dalam sejarah dunia penerbangan modern. Belum hilang duka tragedi hilangnya pesawat MH370, empat bulan kemudian Pemerintah Malaysia kembali diguncang tragedi serupa, yakni jatuhnya pesawat Malaysia Airlines berkode penerbangan MH17.

Pesawat Boeing 777 tersebut jatuh berkeping- keping di kawasan timur Ukraina saat sedang terbang dari Amsterdam, Belanda, menuju Kuala Lumpur, Malaysia pada 17 Juli 2014. Penyelidik kecelakaan menyatakan pesawat itu dihantam objek dengan kekuatan tinggi.

Diduga objek yang menghantam tersebut adalah serangan misil pemberontak pro-Rusia. Sebanyak 298 penumpang dan awak pesawat tewas. Di antara korban tewas ada 12 warga negara Indonesia (WNI). Amerika Serikat (AS) dan Ukraina menuding MH17 ditembak misil anti-pesawat buatan Rusia yang ditembakkan pemberontak pro-Rusia. Rusia langsung membantah keterlibatan dalam penembakan itu.

Kejadian terbaru, pesawat AirAsia Indonesia dengan kode QZ8501 hilang dalam perjalanan dari Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, menuju Bandara Changi, Singapura, Minggu (28/12) lalu. Hingga kemarin belum diketahui nasib 162 penumpang dan awak kabin AirAsia tersebut. Keberadaan pesawat Airbus A320-200 tersebut masih dicari oleh berbagai tim dari Indonesia yang dibantu beberapa negara sahabat.

Indonesia AirAsia merupakan anak perusahaan AirAsia yang dikendalikan seorang pengusaha Malaysia, Tony Fernandes. AirAsia memiliki 49% saham Indonesia AirAsia. Sebelumnya, AirAsia belum pernah mengalami kecelakaan. “Ini benar-benar merupakan mimpi buruk yang paling buruk,” kata Tony Fernandes dalam akun Twitter -nya.

Dalam analisis Flight Safety Foundation yang berbasis di Alexandria, Virginia, Amerika Serikat (AS), maskapai penerbangan Malaysia dan anak perusahaannya terlibat dalam tiga kecelakaan paling mematikan sepanjang 2014. Dua kecelakaan di antaranya menimbulkan misteri karena belum diketahui puing-puing pesawatnya, dan satu kecelakaan dikarenakan tembakan rudal antipesawat.

Publik pun bertanya-tanya apakah ada keterkaitan antara kecelakaan MH370, MH17 dan QZ8501. “Saya tidak melihat adanya kesamaan,” kata John Cox, pakar keselamatan penerbangan dan mantan kapten US Airways yang menjadi CEO Safety Operating Systems, konsultan industri di Washington, dikutip New York Times.

Cox mengungkapkan, tiga kecelakaan itu benar-benar berbeda. Namun, Cox menyebutkan semua peristiwa itu melibatkan industri penerbangan dari satu negara. Ini merupakan suatu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tiga kecelakaan pesawat udara itu tak diprediksi sebelumnya karena maskapai penerbangan Malaysia masuk dalam kategori baik.

Pemerintah Malaysia juga berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan dan memperbaiki berbagai standar keselamatan penerbangan. “Tak dapat dipercaya,” kata Hishammuddin Hussein, Menteri Pertahanan Malaysia. Dia kerap tampil ke publik saat pencarian MH370 pada Maret silam. Bagi warga Malaysia, kecelakaan AirAsia menjadi tragedi yangklimakspada 2014.

“Kenapa negara ini begitu banyak mengalami kesulitan? Ini merupakan bencana yang menyakitkan tanpa peringatan. Apakah ini kutukan? Saya kira ini telah ditakdirkan,” kata Subramaniam Gurusamy, putra Puspanathan Subramaniam yang menjadi korban dalam kecelakaan MH370, dikutip AFP.

Di media sosial, warga Malaysia juga berspekulasi mengenai berbagai bencana itu. Ada yang bernada positif, ada pula negatif. “Ini merupakan waktu yang tepat bagi kita untuk bersatu dan berdoa,” tulis Adibah Noor diTwitter, “Tuhan mengirimkan kita begitu banyak tanda peringatan.”

Andika hendra m
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1064 seconds (0.1#10.140)