Akan Bergabung ISIS, Enam Warga Diamankan
A
A
A
JAKARTA - Polda Metro Jaya mengamankan enam orang asal Sulawesi di Bandara Soekarno-Hatta dini hari kemarin. Mereka ditangkap karena diduga akan berangkat ke Suriah untuk bergabung menjadi militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Pada hari yang sama, polisi juga mengamankan satu orang lain di kawasan Cibubur yang diduga sebagai promotor ISIS. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto mengungkapkan, saat ditangkap di bandara, keenamnya menggunakan paspor beridentitas palsu dan akan terbang menggunakan Qatar Airlines 959.
Masing-masing atas nama Muhammad Imran alias Abdul Jabbar Rauf Sutarman, Nurlaeli alias Ratna Pratiwi Sulaiman, Ainun Mardiyah alias Nabil Ayip Jabbar, Ashar alias Ashar Jamil Lahae, Muhammad Ashar Bahtiar, dan Ahmad Abdullah Halido Bunaha. “Namun mereka sudah check in dan lolos dari imigrasi, tinggal naik pesawat,” ujar Rikwanto kepada wartawan di Jakarta kemarin.
Selain 6 paspor, polisi juga mengamankan 1 laptop Acer, 5 ponsel, 3 buku tabungan, dan beberapa buku yang berkaitan dengan jihad dan daulah khilafah. Polisi juga menemukan sebuah korek api berbentuk pistol. Berdasar keterangan, keenam orang tersebut berasal dari Bulukumba, Makassar dan Palu.
Mereka sudah berniat bulat bergabung dengan ISIS dan tidak akan kembali lagi ke Tanah Air. Kasubdit Jatanras Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan menuturkan, demi mewujudkan tekadnya tersebut, mereka bahkan menjual rumahnya di kampung. “Mereka tidak membawa koper besar layaknya orang mau pergi jauh, tetapi hanya tas ransel kecil. Mereka bawa uang 9.000 dolar AS lebih untuk berangkat, menurut pengakuan mereka itu hasil jual rumah,” paparnya.
Dari penangkapan di bandara, polisi kemudian melakukan pengembangan dan kemudian menangkap seorang bernama Muhamad Amin alias Amin Mude, 40, di Perumahan Legenda Wisata Cibubur, Jawa Barat. Dalam kesehariannya, Amin bekerja di kawasan Cibubur. Saat diperiksa, Amin mengaku sebelumnya sudah memberangkatkan 10 orang untuk berjihad di Suriah.
Bahkan pengikut ISIS tersebut mengaku salah seorang yang dikirimnya pada 9 September lalu sudah tewas di Suriah. “Untuk sementara mereka belum ditetapkan sebagai tersangka, kita masih periksa mereka 1x24 jam. Namun kemungkinan mereka akan dijerat dengan Pasal 266 KUHP tentang pemalsuan dokumen dengan ancaman hukuman tujuh tahun penjara,” urai Rikwanto.
Dari Makassar dilaporkan, keenam orang yang diduga akan bergabung dengan ISIS itu diperkirakan pernah belajar di Pondok Pesantren (Ponpes) Madrasah Tahfizul Quran (MTQ) yang berada di Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar. Ustaz Muhammad Basri, pimpinan ponpes, mengaku mereka pernah memberi tahu akan pergi mencari ilmu.
Menurut Ustaz Basri, sebelum berangkat mereka juga mengatakan tidak ada lagi ulama di Indonesia yang mengajarkan ilmu dengan benar dan agamanya tidak benar. Mereka juga beralasan pergi untuk menenangkan jiwa karena di Indonesia tidak tenang, Polisi dan TNI kerap baku tembak.
“Saya sampaikan negeri ini bebas, komunis saja hidup, kafir bebas di mana-mana sehingga jika dia ke luar negeri, itu urusan dia,” ujarnya. Penangkapan enam orang yang diduga akan bergabung dengan ISIS itu harus diwaspadai. Pengamat terorisme Nasir Abbas mengatakan, paham ISIS memang belum populer di Indonesia dan kemungkinan hanya diminati kalangan terbatas. Namun ISIS menanamkan pengaruh lewat berbagai sumber informasi atau bacaan, baik buku maupun media internet.
”Laju informasi yang tak terbendung itulah yang menyebabkan paham ISIS berkembang,” kata mantan anggota Jamaah Islamiyah (JI) itu. Senada, Wakil ketua Komisi I Tantowi Yahya mengatakan, meski Indonesia bukan negara yang menjadi sasaran utama ISIS, kehadiran kelompok garis keras tersebut patut diwaspadai.
“Terutama menjelang momentum perayaan besar seperti tahun baru, pengamanan harus ditingkatkan. Mereka suka menebar teror dan melaksanakan aksi pada momentum tersebut,” ujar Tantowi. Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Hamidan menjelaskan, ISIS berangkat dari pemahamantentangnegara Islam (Islamic state) atau darul Islam yang salah.
Menurut dia, istilah darulIslam dalam Alquran sebenarnya bermakna “rumah damai” atau “negara damai”, bukan negara Islam seperti dimaksudkan kelompok ISIS. “Indonesia itu sudah darul Islam (Islamic state) secara maknawi karena Indonesia negara damai. Islam itu artinya damai,” urai Hamidan.
Khoirul muzaki/Helmi syarief/Andi ilham/Amien fauzi/Ant
Pada hari yang sama, polisi juga mengamankan satu orang lain di kawasan Cibubur yang diduga sebagai promotor ISIS. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto mengungkapkan, saat ditangkap di bandara, keenamnya menggunakan paspor beridentitas palsu dan akan terbang menggunakan Qatar Airlines 959.
Masing-masing atas nama Muhammad Imran alias Abdul Jabbar Rauf Sutarman, Nurlaeli alias Ratna Pratiwi Sulaiman, Ainun Mardiyah alias Nabil Ayip Jabbar, Ashar alias Ashar Jamil Lahae, Muhammad Ashar Bahtiar, dan Ahmad Abdullah Halido Bunaha. “Namun mereka sudah check in dan lolos dari imigrasi, tinggal naik pesawat,” ujar Rikwanto kepada wartawan di Jakarta kemarin.
Selain 6 paspor, polisi juga mengamankan 1 laptop Acer, 5 ponsel, 3 buku tabungan, dan beberapa buku yang berkaitan dengan jihad dan daulah khilafah. Polisi juga menemukan sebuah korek api berbentuk pistol. Berdasar keterangan, keenam orang tersebut berasal dari Bulukumba, Makassar dan Palu.
Mereka sudah berniat bulat bergabung dengan ISIS dan tidak akan kembali lagi ke Tanah Air. Kasubdit Jatanras Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan menuturkan, demi mewujudkan tekadnya tersebut, mereka bahkan menjual rumahnya di kampung. “Mereka tidak membawa koper besar layaknya orang mau pergi jauh, tetapi hanya tas ransel kecil. Mereka bawa uang 9.000 dolar AS lebih untuk berangkat, menurut pengakuan mereka itu hasil jual rumah,” paparnya.
Dari penangkapan di bandara, polisi kemudian melakukan pengembangan dan kemudian menangkap seorang bernama Muhamad Amin alias Amin Mude, 40, di Perumahan Legenda Wisata Cibubur, Jawa Barat. Dalam kesehariannya, Amin bekerja di kawasan Cibubur. Saat diperiksa, Amin mengaku sebelumnya sudah memberangkatkan 10 orang untuk berjihad di Suriah.
Bahkan pengikut ISIS tersebut mengaku salah seorang yang dikirimnya pada 9 September lalu sudah tewas di Suriah. “Untuk sementara mereka belum ditetapkan sebagai tersangka, kita masih periksa mereka 1x24 jam. Namun kemungkinan mereka akan dijerat dengan Pasal 266 KUHP tentang pemalsuan dokumen dengan ancaman hukuman tujuh tahun penjara,” urai Rikwanto.
Dari Makassar dilaporkan, keenam orang yang diduga akan bergabung dengan ISIS itu diperkirakan pernah belajar di Pondok Pesantren (Ponpes) Madrasah Tahfizul Quran (MTQ) yang berada di Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar. Ustaz Muhammad Basri, pimpinan ponpes, mengaku mereka pernah memberi tahu akan pergi mencari ilmu.
Menurut Ustaz Basri, sebelum berangkat mereka juga mengatakan tidak ada lagi ulama di Indonesia yang mengajarkan ilmu dengan benar dan agamanya tidak benar. Mereka juga beralasan pergi untuk menenangkan jiwa karena di Indonesia tidak tenang, Polisi dan TNI kerap baku tembak.
“Saya sampaikan negeri ini bebas, komunis saja hidup, kafir bebas di mana-mana sehingga jika dia ke luar negeri, itu urusan dia,” ujarnya. Penangkapan enam orang yang diduga akan bergabung dengan ISIS itu harus diwaspadai. Pengamat terorisme Nasir Abbas mengatakan, paham ISIS memang belum populer di Indonesia dan kemungkinan hanya diminati kalangan terbatas. Namun ISIS menanamkan pengaruh lewat berbagai sumber informasi atau bacaan, baik buku maupun media internet.
”Laju informasi yang tak terbendung itulah yang menyebabkan paham ISIS berkembang,” kata mantan anggota Jamaah Islamiyah (JI) itu. Senada, Wakil ketua Komisi I Tantowi Yahya mengatakan, meski Indonesia bukan negara yang menjadi sasaran utama ISIS, kehadiran kelompok garis keras tersebut patut diwaspadai.
“Terutama menjelang momentum perayaan besar seperti tahun baru, pengamanan harus ditingkatkan. Mereka suka menebar teror dan melaksanakan aksi pada momentum tersebut,” ujar Tantowi. Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Hamidan menjelaskan, ISIS berangkat dari pemahamantentangnegara Islam (Islamic state) atau darul Islam yang salah.
Menurut dia, istilah darulIslam dalam Alquran sebenarnya bermakna “rumah damai” atau “negara damai”, bukan negara Islam seperti dimaksudkan kelompok ISIS. “Indonesia itu sudah darul Islam (Islamic state) secara maknawi karena Indonesia negara damai. Islam itu artinya damai,” urai Hamidan.
Khoirul muzaki/Helmi syarief/Andi ilham/Amien fauzi/Ant
(bbg)