Dominasi Tokoh Lama Bukti Regenerasi Partai Berjalan Lambat
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah ketua umum partai politik (parpol) diperkirakan kembali akan terpilih secara aklamasi pada kongres atau musyawarah nasional (munas) yang akan diselenggarakan pada 2015.
Kondisi ini membuktikan sejak era reformasi hingga saat ini sistem penguatan partai tidak berjalan. Mereka yang diperkirakan kembali akan terpilih di antaranya Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai ketua umum Partai Demokrat, Wiranto sebagai ketua umum Partai Hanura.
Partai Golkar yang saat ini mengalami dualisme kepemimpinan juga dipastikan kembali akan dipimpin politisi senior, yakni antara Aburizal Bakrie dan Agung Laksono. Selain itu, Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa juga diperkirakan akan terpilih kembali sebagai ketua umum.
Bakal terpilihnya para politisi senior ini dinilai tidak hanya akan menghambat regenerasi di parpol, tetapi juga mengancam masa depan parpol bersangkutan, terutama menghadapi pemilu mendatang yang memiliki dinamika berbeda. Pengamat politik dari Universitas Mercu Buana, Jakarta Heri Budianto mengatakan, fenomena tersebut menunjukkan bahwa figur sentral itu memang masih sangat kuat dan menentukan maju mundurnya parpol.
Figur tersebut juga terbukti mampu menjaga soliditas parpol sehingga posisinya sulit tergantikan di partainya masing-masing. “Tetapi di satu sisi, itu menunjukkan belum berjalannya penguatan partai secara internal atau institusionalisasi partainya masih lemah,” ujarnya. Menurut Heri, kehadiran para politisi senior di panggung pimpinan partai bisa dilihat dari beberapa sisi.
Pertama, partaigagal membangun kaderisasi sehingga tokoh-tokoh lama masih mendominasi. Kedua , ada kekhawatiran parpol bahwa kaderisasi dapat mengganggu stabilitas dan kesolidan parpol. Ketiga, syahwat politik politisi senior masih tinggi walau untuk menjadi capres tokoh senior sadar, kans mereka sangat kecil.
“Fenomena lain yang patut disayangkan adalah fenomena aklamasi yang mengemuka. Fenomena aklamasi justru tidak mencerminkan proses demokrasi yang baik di tubuh parpol,” ungkapnya. Sebelumnya, DirekturLingkar Madani untuk Indonesia (Lima) Ray Rangkuti mengatakan bahwa figur lama yang bakal kembali jadi ketua umum parpol tersebut seharusnya mampu menangkap perubahan karakter masyarakat yang semakin dinamis, di antaranya media massa yang semakin kritis, masyarakat sipil yang kian kuat, dan pemilih baru yang tak memiliki afiliasi emosional terhadap partai pada 2019.
Selain itu, kenyataan bahwa pemilih yang akan menggunakan suaranya pada Pemilu Legislatif 2019 yang didominasi generasi muda hal yang tidak bisa diabaikan. “Mayoritas pemilih pada 2019 itu benar-benar pemilih baru. Bagaimana figur tua yang usianya 60-70 tahun itu bisa beradaptasi dengan anak muda yang punya tradisi politik berbeda dengan gaya baru,” ujarnya.
Pelaksana tugas (Plt) Sekjen DPP PDIP Hasto Krisyanto mengatakan, PDIP kembali akan memilih Megawati sebagai ketua umum karena sosoknya saat ini tidak tergantikan. Meski begitu, bukan berarti di PDIP tak terjadi regenerasi sebagaimana diasumsikan beberapa pengamat dan hasil survei. “Tidak ada persoalan di dalam regenerasi di partai.
Regenerasi itu juga tecermin di dalam penempatan anggota DPR dan juga organorgan pelaksana tugas partai di eksekutif,” kata Hasto kemarin. Sekretaris Fraksi Partai Demokrat Didik Mukriyanto mengatakan, SBY akan terpilih lagi sebagai ketua umum pada kongres III tahun depan.
Didik mengatakan, semuakaderpunya hak yang sama untuk dipilih sebagai ketua umum, namun dengan catatan dia harus mencerminkan dirinya sebagai kader yang visioner, bersih, cerdas, santun, punya rekam jejak yang baik, dicintai kader dan rakyat, serta mempunyai kapasitas dan kompetensi yang kuat.
Rahmat sahid/Khoirul muzakki
Kondisi ini membuktikan sejak era reformasi hingga saat ini sistem penguatan partai tidak berjalan. Mereka yang diperkirakan kembali akan terpilih di antaranya Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai ketua umum Partai Demokrat, Wiranto sebagai ketua umum Partai Hanura.
Partai Golkar yang saat ini mengalami dualisme kepemimpinan juga dipastikan kembali akan dipimpin politisi senior, yakni antara Aburizal Bakrie dan Agung Laksono. Selain itu, Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa juga diperkirakan akan terpilih kembali sebagai ketua umum.
Bakal terpilihnya para politisi senior ini dinilai tidak hanya akan menghambat regenerasi di parpol, tetapi juga mengancam masa depan parpol bersangkutan, terutama menghadapi pemilu mendatang yang memiliki dinamika berbeda. Pengamat politik dari Universitas Mercu Buana, Jakarta Heri Budianto mengatakan, fenomena tersebut menunjukkan bahwa figur sentral itu memang masih sangat kuat dan menentukan maju mundurnya parpol.
Figur tersebut juga terbukti mampu menjaga soliditas parpol sehingga posisinya sulit tergantikan di partainya masing-masing. “Tetapi di satu sisi, itu menunjukkan belum berjalannya penguatan partai secara internal atau institusionalisasi partainya masih lemah,” ujarnya. Menurut Heri, kehadiran para politisi senior di panggung pimpinan partai bisa dilihat dari beberapa sisi.
Pertama, partaigagal membangun kaderisasi sehingga tokoh-tokoh lama masih mendominasi. Kedua , ada kekhawatiran parpol bahwa kaderisasi dapat mengganggu stabilitas dan kesolidan parpol. Ketiga, syahwat politik politisi senior masih tinggi walau untuk menjadi capres tokoh senior sadar, kans mereka sangat kecil.
“Fenomena lain yang patut disayangkan adalah fenomena aklamasi yang mengemuka. Fenomena aklamasi justru tidak mencerminkan proses demokrasi yang baik di tubuh parpol,” ungkapnya. Sebelumnya, DirekturLingkar Madani untuk Indonesia (Lima) Ray Rangkuti mengatakan bahwa figur lama yang bakal kembali jadi ketua umum parpol tersebut seharusnya mampu menangkap perubahan karakter masyarakat yang semakin dinamis, di antaranya media massa yang semakin kritis, masyarakat sipil yang kian kuat, dan pemilih baru yang tak memiliki afiliasi emosional terhadap partai pada 2019.
Selain itu, kenyataan bahwa pemilih yang akan menggunakan suaranya pada Pemilu Legislatif 2019 yang didominasi generasi muda hal yang tidak bisa diabaikan. “Mayoritas pemilih pada 2019 itu benar-benar pemilih baru. Bagaimana figur tua yang usianya 60-70 tahun itu bisa beradaptasi dengan anak muda yang punya tradisi politik berbeda dengan gaya baru,” ujarnya.
Pelaksana tugas (Plt) Sekjen DPP PDIP Hasto Krisyanto mengatakan, PDIP kembali akan memilih Megawati sebagai ketua umum karena sosoknya saat ini tidak tergantikan. Meski begitu, bukan berarti di PDIP tak terjadi regenerasi sebagaimana diasumsikan beberapa pengamat dan hasil survei. “Tidak ada persoalan di dalam regenerasi di partai.
Regenerasi itu juga tecermin di dalam penempatan anggota DPR dan juga organorgan pelaksana tugas partai di eksekutif,” kata Hasto kemarin. Sekretaris Fraksi Partai Demokrat Didik Mukriyanto mengatakan, SBY akan terpilih lagi sebagai ketua umum pada kongres III tahun depan.
Didik mengatakan, semuakaderpunya hak yang sama untuk dipilih sebagai ketua umum, namun dengan catatan dia harus mencerminkan dirinya sebagai kader yang visioner, bersih, cerdas, santun, punya rekam jejak yang baik, dicintai kader dan rakyat, serta mempunyai kapasitas dan kompetensi yang kuat.
Rahmat sahid/Khoirul muzakki
(bbg)