Dirut Pindad Dukung Kemandirian Alutsista

Selasa, 23 Desember 2014 - 12:10 WIB
Dirut Pindad Dukung Kemandirian Alutsista
Dirut Pindad Dukung Kemandirian Alutsista
A A A
JAKARTA - Pemerintah menunjuk Silmy Karim sebagai direktur utama PT Pindad (Persero). Dia menggantikan Sudirman Said yang kini menjabat sebagai menteri energi dan sumber daya mineral (ESDM).

Pengangkatan itu disampaikan Deputi Bidang Usaha Industri Primer Kementerian BUMN Muhamad Zamkhani saat menyerahkan Surat Keputusan (SK) Menteri BUMN Nomor SK-270/MBU/12/2014 di Kantor Kementerian BUMN kemarin.

Kepada Silmy dan jajarannya, Kementerian BUMN meminta mereka bisa fokus dalam peningkatan kapasitas produksi dan pemenuhan kebutuhan alutsista TNI / Polri yang telah diamanatkan dalam Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.

Zamkhani meyakini, sosok profesional yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomi dan pertahanan bisa menjawab tantangan tersebut karena telah lama menggeluti kebijakan dan seluk beluk industri pertahanan di Indonesia. “Kini susunan dewan direksi telah lengkap.

Dengan demikian, Pak Silmy bisa kerja lebih keras dan solid untuk menjawab kebutuhan pasar alutsista domestik bagi TNI dan Polri,” kata Zamkhani. Silmy menyambut baik penunjukan dirinya sebagai direktur utama Pindad. Dia pun menegaskan kesiapannya memperkuat kemandirian industri pertahanan yang telah menjadi tugas pokok Pindad.

“Saya sedang pelajari dan kami yakin dengan dukungan pemegang saham dan para pemangku kepentingan lain dari Kementerian Pertahanan, Kementerian BUMN, TNI, dan Polri, Pindad mampu merancang program peningkatan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan pasar domestik,” ungkapnya.

Menurut dia, peningkatan kapasitas produksi sejalan dengan tekad manajemen untuk menjawab tantangan membangun kemandirian industri pertahanan. Dalam catatannya, manajemen Pindad akan fokus pada produksi peluru berbagai kaliber, termasuk kaliber besar seperti 20 mm dan 105 mm yang diperlukan TNI, juga kendaraan tempur yang telah dirintis dengan kehadiran panser Anoa, kendaraan taktis Komodo, hingga panser kanon 90 mm yang diberi nama Badak.

“Di persenjataan pun kami akan lebih mengasah kemampuan dengan melahirkan produk unggulan seperti yang telah dirintis rekan-rekan dengan kehadiran senapan serbu 7,62 mm hingga senapan penembak runduk (SPR2) yang mampu menjangkau sasaran efektif 2 kilometer dengan peluru 12,7mm,” tuturnya.

Selain peningkatan kapasitas produksi, strategi lain yang akan dipertajam adalah menggandeng mitra strategis dari mancanegara yang telah memiliki reputasi dan jaringan pemasaran alutsista global. Menurut Silmy, Pindad telah merintis berbagai program kemitraan strategis yang dapat membantu alih teknologi dan pembukaan pasar baru.

Dia mencontohkan, kerja sama dengan Rheinmetall Denel Munition (RDM) yang juga berinduk ke Rheinmetall di Jerman untuk membangun pabrik amunisi kaliber besar yang berlokasi di Turen, Malang, merupakan bagian dari upaya strategis untuk peningkatan kapasitas produksi dan penguasaan teknologi bagi para karyawan Pindad memenuhi kebutuhan domestik bagi TNI.

“Lebih dari itu, kami menekankan pula pada kerja sama ini mesti mencakup upaya memenuhi permintaan pasar amunisi kaliber besar di dunia yang merupakan bagian dari supply chain global yang harus kita kuasai kelak,” ucapnya. Sebelum di Pindad, Silmy memang dikenal aktif bicara di berbagai forum di dalam dan luar negeri sebagai pemerhati kebijakan dan isu-isu pertahanan.

Silmy telah mengikuti pendidikan pertahanan di berbagai institusi seperti NATO School di Jerman, Harvard University di Amerika Serikat, Naval Post Graduate School di Amerika Serikat, dan George C Marshall European Center for Security Studies di Jerman. Baru-baru ini Silmy juga telah melansir bukunya yang bertajuk Membangun Kemandirian Industri Pertahanan pada awalNovember silam di Kampus Universitas Paramadina, Jakarta.

Di mata Silmy industri pertahanan nasional mesti tumbuh sebagai salah satu tulang punggung ekonomi nasional. Silmy yakin betul Indonesia memiliki potensi besar untuk membangun kemandirian industri pertahanan nasionalnya.

“Jangan mau ketinggalan dari negara lain, kebangkitan dan pertumbuhan industri pertahanan cermin keberhasilan pembangunan teknologi, pemberdayaan sumber daya manusia sekaligus ketahanan nasional kita sebagai suatu bangsa,” ungkap Silmy Sementara itu, mantan dirut PT Pindad Sudirman Said menyambut gembira pengangkatan Silmy.

Dia menilai Silmy sebagai seorang profesional yang integritas dan komitmennya untuk pengembangan industri pertahanan tak perlu diragukan. “Dia memahami dengan sangat baik seluk beluk Pindad dan industri pertahanan karena salah satu arsitek dalam Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) yang dibentuk pemerintah sebagai tindak lanjut penerapan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan,” katanya.

Pengamat militer Susaningtyas Handayani Kertopati menilai, Silmy seorang akademisi yang diketahui sebagai fast learner dalam mengadopsi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta memiliki pandangan yang komprehensif dalam memprediksi industri strategis pertahanan nasional.

“Saya rasa yang bersangkutan paham bahwa Pindad tak boleh berdiam diri untuk menanti pesanan kebutuhan dalam negeri saja, tapi juga dia sudah belajar memeta pasar global,” ungkapnya katanya.

Susaningtyas kemudian memberi masukan, untuk meningkatkan kualitas produksi Pindad, dirut Pindad harus melakukan bench marking ke negara lain yang punya industri serupa seperti Korea dan India serta melakukan pembenahan sumber daya manusia (SDM) ke dalam serta meningkatkan kualitas research and development-nya.

Sucipto
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3892 seconds (0.1#10.140)