WNI Tewas di Jepang

Jum'at, 19 Desember 2014 - 12:49 WIB
WNI Tewas di Jepang
WNI Tewas di Jepang
A A A
JAKARTA - Nelayan magang asal Indonesia dan nakhoda asal Jepang tewas setelah kapal penangkap ikan yang mereka tumpangi bertabrakan dengan kapal pengangkut barang di Laut Seto Inland, Kure, Hiroshima, Jepang, kemarin.

Warga negara Indonesia (WNI) yang tewas dalam peristiwa itu bernama Nturul Zaman asal Tegal, Jawa Tengah. Dia magang bersama temannya, Ahmad Sariful Anam, yang asli warga Sumenep, Madura. Dua WNI itu mengikuti program magang di perusahaan penangkap ikan Yamana Suisan. Hanya ada tiga kru dalam kapal tersebut. Kecelakaan terjadi pada pukul 05.59 waktu setempat.

“Ahmad selamat. Kronologi kejadian sedang didalami penjaga pantai Jepang. Tim Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Osaka berada di lokasi untuk mengurus pemulangan jenazah,” kata Kasubdit Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (BHI) Muhamad Iqbal kepada KORAN SINDO. Penjaga pantai Jepang mengatakan, kapal tersebut bernama Shigeho-maru dan berbobot 20 ton.

Kapal itu oleng saat bertabrakan dengan kapal barang berbobot 635 ton. Semua kru kapal kecil tercebur ke laut. Tim penyelamat langsung melakukan penyelamatan. Namun, dua kru sudah tidak bernyawa. Kapten kapal yang meninggal bernama Tsutomu Nabara, 45.

Menurut laporan AFP , dua WNI tersebut menjalani magang melalui Industrial Trainee and Technical Internship Program (TTIP). Melalui program itu, puluhan ribu pendatang yang mayoritas terbang lintas batas dari China, Vietnam, dan Indonesia, magang di bidang tekstil, konstruksi, pertanian, dan manufaktur.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi juga sudah bertemu perwakilan perusahaan kapal Sajo Industries selaku pemilik Oryong 501 saat berkunjung ke Korea Selatan (Korsel) pada 11-12 Desember lalu. Oryong 501 tenggelam di Laut Bering pada 1 Desember dan menewaskan puluhan anak buah kapal (ABK). Sejauh ini ada 17 ABK WNI yang ditemukan, 14 tewas dan 3 selamat.

Sebanyak 18 ABK WNI masih dalam tahap pencarian dan penyelamatan. “Bu Retno juga menyinggung kejadian ini bersama Menlu Korsel sebelum bertemu Sajo Industries. Beliau menekankan berbagai hal,” kata Iqbal kepada wartawan di Kantor Kemenlu kemarin. Retno, kata Iqbal, mendukung kelanjutan proses pencarian dan penyelamatan yang sampai saat ini masih dilakukan.

Dia juga meminta agar ABK WNI yang ditemukan, baik hidup ataupun tewas, diberi perlakuan sebaik-baiknya. “Beliau juga mendorong proses pemulangan sesegera mungkin bagi ABK WNI yang meninggal,” kata dia. Menurut Iqbal, jenazah ABK WNI sedang berada di perjalanan dari lokasi menuju Busan, Korsel. Mereka dibawa pulang dengan menggunakan kapal penyelamat.

“Semula, kapal itu dijadwalkan akan tiba pada 20 Desember. Namun, karena kondisi pelayaran yang tidak kondusif, jadwalnya mundur menjadi 26 Desember,” tutur Iqbal. Selain itu, Retno juga ingin menjaga hak-hak yang perlu diterima ABK WNI. Dia menekankan betapa pentingnya memberikan kompensasi di luar hak asuransi yang sudah ada yang akan dibayarkan agen penyalur di Indonesia.

Semua keluarga korban akan mendapatkan hak asuransi seperti yang sudah dijanjikan. Sebelumnya Indonesia akan terlibat dalam proses identifikasi dan sudah membentuk Disaster Victim Identification (DVI) Polri dan dari Kemenlu. “Tapi, karena jadwal ketibaan kapal penyelamat di Busan terus berubah, tim yang sudah disiapkan dalam posisi stand by . Kapan pun dibutuhkan, mereka akan dikirimkan. Korsel juga sudah siap menyambut,” kata Iqbal.

Muh shamil
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0579 seconds (0.1#10.140)