Wujudkan Reforma Agraria
A
A
A
Dalam beberapa dekade terakhir, luas lahan pertanian di Indonesia terus menyusut. Laju degradasi lahan pertanian mencapai 113.000 hektar per tahun. Kondisi yang mengakibatkan upah harian petani tergolong paling rendah.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, per Oktober lalu, upah harian yang diterima petani rata-rata Rp42.000 per hari secara nasional. Kenyataan tersebut telah mengonfirmasi bahwa petani di Indonesia masih terjebak dalam kemiskinan akut. Selain itu, petani saat ini masih terkendala dalam beberapa hal.
Pertama, modal. Di negara tetangga, pertanian mendapatkan perhatian penuh pemerintah setempat. Kedua, ketersediaan bibit unggulan. Idealnya, untuk mencapai atau menghasilkan panen maksimal, maka ketersediaan bibit unggulan adalah syarat mutlak. Ketiga, infrastruktur. Pemerintah harus turun tangan membantu membenahi infrastruktur pertanian agar produksi pertanian meningkat.
Salah satu caranya dengan memecahkan masalah irigasi. Selama ini, banyak petani yang hanya mengandalkan air hujan. Akibatnya, panen dalam setahun hanya bisa dilakukan satu kali. Para petani rela berjemur di bawah panasnya terik matahari, berjuang untuk diri sendiri, keluarga, dan kepentingan rakyat Indonesia.
Tak akan ada alasan bagi pemerintah ke depan untuk menelantarkan nasib para petani Indonesia. Kita harus becermin pada Jepang. Petani dihormati sebagai sosok yang berharga bak pejabat. Semoga dengan adanya reforma agraria dapat meningkatkan derajat petani Indonesia. Reforma agraria sejatinya merupakan langkah konkret dan futuristik.
Melalui reforma agraria, ada jaminan kepastian penyediaan lahan untuk sektor pertanian. Lebih dari itu, reforma agraria juga dapat mengembalikan Indonesia menjadi “Macan Asia”. Jika tantangan sektor pertanian mampu diselesaikan, maka implikasinya adalah kemajuan ekonomi Indonesia tidak sekedar katakata yang mandeg dalam sebuah wacana saja. Hidup Petani Indonesia! Wallahu aWallahu alam bi al-Shawab.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, per Oktober lalu, upah harian yang diterima petani rata-rata Rp42.000 per hari secara nasional. Kenyataan tersebut telah mengonfirmasi bahwa petani di Indonesia masih terjebak dalam kemiskinan akut. Selain itu, petani saat ini masih terkendala dalam beberapa hal.
Pertama, modal. Di negara tetangga, pertanian mendapatkan perhatian penuh pemerintah setempat. Kedua, ketersediaan bibit unggulan. Idealnya, untuk mencapai atau menghasilkan panen maksimal, maka ketersediaan bibit unggulan adalah syarat mutlak. Ketiga, infrastruktur. Pemerintah harus turun tangan membantu membenahi infrastruktur pertanian agar produksi pertanian meningkat.
Salah satu caranya dengan memecahkan masalah irigasi. Selama ini, banyak petani yang hanya mengandalkan air hujan. Akibatnya, panen dalam setahun hanya bisa dilakukan satu kali. Para petani rela berjemur di bawah panasnya terik matahari, berjuang untuk diri sendiri, keluarga, dan kepentingan rakyat Indonesia.
Tak akan ada alasan bagi pemerintah ke depan untuk menelantarkan nasib para petani Indonesia. Kita harus becermin pada Jepang. Petani dihormati sebagai sosok yang berharga bak pejabat. Semoga dengan adanya reforma agraria dapat meningkatkan derajat petani Indonesia. Reforma agraria sejatinya merupakan langkah konkret dan futuristik.
Melalui reforma agraria, ada jaminan kepastian penyediaan lahan untuk sektor pertanian. Lebih dari itu, reforma agraria juga dapat mengembalikan Indonesia menjadi “Macan Asia”. Jika tantangan sektor pertanian mampu diselesaikan, maka implikasinya adalah kemajuan ekonomi Indonesia tidak sekedar katakata yang mandeg dalam sebuah wacana saja. Hidup Petani Indonesia! Wallahu aWallahu alam bi al-Shawab.
(bbg)