Antisipasi Bencana

Senin, 15 Desember 2014 - 10:31 WIB
Antisipasi Bencana
Antisipasi Bencana
A A A
Indonesia berduka. Bencana tanah longsor yang melanda Dusun Jemblung, Desa Sampang, Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah Jumat lalu (12/12) telah menewaskan puluhan orang di wilayah itu.

Hingga kemarin tim penyelamat gabungan TNI dan relawan masih berupaya keras mencari puluhan korban hilang yang diduga tertimbun longsoran tebing setinggi 100 meter itu. Bencana ini mengundang keprihatinan yang luas di kalangan masyarakat. Hujan yang mulai intens mengguyur lokasi-lokasi lain yang berada di daerah rawan longsor harus segera diantisipasi.

Menurut catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), musibah tanah longsor telah menyebabkan jumlah kematian korban paling besar dibandingkan bencana lain sepanjang tahun 2014. Kita pantas prihatin dengan banyaknya korban dalam musibah tanah longsor yang akan selalu berulang. Padahal BNPB telah memetakan secara jelas wilayah-wilayah mana yang rawan longsor dari tingkat provinsi hingga kabupaten/kota.

Data ini akan sangat bermanfaat untuk menyusun strategi meminimalkan jumlah korban hingga membangun early warning system di desa-desa terpencil yang posisinya di bawah gunung, perbukitan maupun dataran tinggi lain. BNBP juga memastikan kaitan erat curah hujan yang tinggi dengan longsor yang selalu berulang setiap tahun.

Ini menunjukkan bahwa longsor adalah kejadian yang terpola yang bisa dikenali masyarakat awam sekalipun. Misalnya longsor sering kali terjadi di bulan Desember maupun Januari ketika curah hujan yang mengguyur bumi Nusantara sedang tinggi-tingginya. Masalahnya adalah sejauh mana peringatan dini bencana longsor ini bisa disampaikan pemerintah maupun instansi terkait kepada masyarakat kita yang tinggal di desa-desa yang jauh.

Andaikan alarm peringatan dini itu bisa menyala sepanjang waktu, tentu warga yang sedang tertidur lelap bisa tahu lebih dini sehingga untuk sementara menghindari desa-desa mereka yang rawan longsor. Bencana memang bisa datang tiba-tiba tanpa permisi. Bagi tim relawan atau BNBP, catatan itu menjadi peta dalam menyusun pencegahan dan penyelamatan korban.

Penanganan bencana yang dilakukan pemerintah sering kali kurang cepat. Kendala infrastruktur sering menjadi penghalang untuk proses penyelamatan korban. Begitu pula halnya penyelamatan korban longsor di Banjarnegara yang akses masuk lokasinya jauh dari kota dan memerlukan peralatan khusus. Longsor Banjarnegara adalah peringatan akan ancaman serupa di daerah-daerah yang rawan longsor lainnya.

Januari adalah puncak musim hujan dengan curah hujan paling tinggi. Tentu ini tanda-tanda yang harus dipandang serius oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang wilayahnya masuk kategori rawan longsor. Sosialisasi yang intensif di wilayah-wilayah rawan longsor adalah keharusan dan mesti dilakukan secepatnya.

Kita berharap masyarakat yang tinggal di wilayah rawan longsor ekstrawaspada untuk mengantisipasi musim hujan. Ini langkah jangka pendek yang harus segera dilaksanakan. Adapun langkah jangka panjangnya, BNPB dan kementerian terkait bersama pemerintah daerah harus proaktif menyadarkan masyarakat untuk lebih mencintai lingkungan, tidak merusak ekosistem, menggunduli hutan, atau membuka lahan pertanian diwilayah hutan lindung dan sebagainya.

Longsor disebabkan ketidakmampuan tanah menahan air karena pohon-pohon di dalamnya sudah gundul. Langkah jangka panjang ini memerlukan komitmen, kesabaran, dan tentu saja dana yang sangat besar. Sistem peringatan dini akan bahaya longsor adalah hal yang bisa sangat membantu masyarakat seperti halnya sistem peringatan dini tsunami yang sudah dipasang di sejumlah laut kita.

Indonesia adalah daerah yang rawan longsor. Karena itu diperlukan upaya pencegahan dan antisipasi yang lebih intensif dan lintas sektoral untuk meminimalisasi jatuhnya korban jika terjadi bencana.
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6680 seconds (0.1#10.140)