Protes Menggetarkan dari Anak Muda

Minggu, 14 Desember 2014 - 11:28 WIB
Protes Menggetarkan...
Protes Menggetarkan dari Anak Muda
A A A
Jangan pernah remehkan remaja sebab suara dan aksi mereka bisa terdengar seantero dunia. Saat ini siapa yang tidak kenal dengan Malala Yousafzai, 17, remaja putri dari Pakistan.

Dua tahun setelah orang-orang bersenjata Taliban menembaknya di bagian kepala, remaja aktivis kemanusiaan ini menjadi penerima Nobel Perdamaian termuda. “Kami di sini untuk memberitahu anak-anak mana yang harus Anda bantu. Anda perlu membela hak-hak mereka, hak-hak Anda. Andalahyangdapatmengubahdunia,” ujar Malala saat konferensi pers di Institut Nobel, Oslo Norwegia (10/12).

Nama Malala mulai dikenal dunia sejak dua tahun lalu. Saat itu Malala yang masih berumur 15 tahun ditembak milisi Taliban saat berada di bus sekolah. Tembakan itu hampir membunuhnya. Beruntung sejumlah bantuan dari berbagai negara membantu dan membawanya ke Birmingham, Inggris, untuk menjalani operasi ekstensif. Sejak saat itu dia tinggal di Inggris bersama keluarganya dan melanjutkan pendidikan sebagaimana yang dia inginkan.

Pengalaman ini semakin meneguhkan tekad Malala untuk menjadi aktivis yang menyuarakan pentingnya pendidikan bagi semua orang, termasuk perempuan di mana pun mereka berada. Malala melalui organisasi yang didirikannya, Malala Fund, antara lain gencar mengampanyekan pentingnya pendidikan untuk anak-anak perempuan, membantu anak-anak pengungsi di Suriah, dan mendesak pembebasan sejumlah remaja putri Nigeria yang diculik oleh Boko Haram.

Protes keras lain juga terus dilakukan oleh Joshua Wong, 18. Berbeda dengan Malala, Wong melakukan protes keras atas sistem politik di Hong Kong. Meski bertubuh kurus dan tampak lugu, Wong adalah seorang demonstran pro demokrasi yang disegani. Dialah aktor utama setiap demonstrasi terjadi di Hong Kong dalam beberapa waktu terakhir. Wong menginginkan pemimpin Hong Kong dipilih secara demokratis, seperti janji China saat menerima Hong Kong kembali dari Inggris pada 1997 silam.

Namun janji itu tidak pernah terwujud. “Saya tidak berpikir pertempuran kami akan menjadi sangat panjang. Kalau Anda sudah berpikir bahwa perjuangan untuk sebuah demokrasi adalah panjang, berlarut-larut dan harus melalui langkah-langkah bertahap, maka Anda tidak akan pernah mendapatkannya,” ujar Wong sebagaimana pernah ditulis CNN, (21/9). Protes dalam bentuk lain dilakukan oleh Jazz Jennings, 14, yang memperjuangkan hak para transgender.

Jennings terlahir sebagai lak-laki, namun sejak usia lima tahun dia dan keluarga merasakan ada perbedaan dalam dirinya yang tidak dimiliki lakilaki. Itulah yang membuat dia memutuskan hidup sebagai perempuan sejak usia 5 tahun. “Saya punya perasaan dan pemikiran perempuan tapi memiliki tubuh laki-laki,” tulis Jazz dalam bukunya, I Am Jazz.

“Inilah yang disebut transgender. Saya terlahir seperti ini!” Para remaja berani di atas membuktikan bahwa usia tidak selalu menjadi faktor penting guna membentuk kepribadian yang dewasa, inovatif, dan progresif.

Islahuddin
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6169 seconds (0.1#10.140)