Pemerintah Luncurkan Pembangkit Listrik Tenaga Angin
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) meluncurkan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). Indonesia mengalami krisis keterbatasan fosil sehingga energi alternatif harus cepat dikembangkan.
National Project Director WhyPgen-BPPT Andika Prastawa mengatakan, hari ini BPPT meluncurkan PLTB bersama sejumlah mitra. BPPT berharap agenda ini dapat menjembatani pertemuan antara para pemangku kepentingan terkait sektor energi angin.
"Kegiatan ini diharapkan dapat menunjukkan potensi angin yang dapat dikembangkan, sekaligus kesiapan para investor, calon pengembang, turbine technology provider, off-taker dan pihak terkait lainnya," katanya Dalam acara Energy Partners Gathering Managing Energy for Better Future di kantor BPPT hari ini (6/12).
"Sehingga dapat mempercepat instrumen-instrumen yang dibutuhkan, khususnya dukungan dan kebijakan pemerintah, dalam menyongsong era baru pembangkitan listrik dari energi terbarukan dan terbukanya pasar untuk energi angin di Indonesia," sambungnya.
Studi WHyPGen mencatat adanya potensi pembangunan wind farm di 17 lokasi di Indonesia sebesar 960 MW. Dari situ dapat dihasilkan listrik 2.382 GWH, dengan perkiraan penghematan BBM sebesar 821.962.845 KLiter dan menekan emisi CO2 2.110.859 ton.
Dia menjelaskan, dalam 10 tahun terakhir ekonomi Indonesia tumbuh dengan laju rata-rata 6% per tahun, serta bertambahnya populasi penduduk sekitar 1,49% per tahun. Itu mendorong peningkatan kebutuhan energi rata-rata 6,2% per tahun.
Di sisi lain, keterbatasan sumber energi fosil (minyak, gas, dan batubara) memaksa Indonesia mengimpor minyak. Perpres Nomor 5 Tahun 2006 menyebutkan tentang pencanangan target untuk pengelolaan energi nasional.
Itu berupa penurunan elastisitas energi kurang dari satu dan pemanfaatan energi baru terbarukan sebesar 17% pada 2025. Salah satu energi baru dan terbarukan yang potensial di Indonesia adalah pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB).
Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2010 menyebutkan, energi angin di Indonesia berpotensi menghasilkan daya listrik sebesar 9,2 GW.
"Berdasarkan data Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), lebih dari 100 daerah di nusantara menyimpan potensi energi angin, dengan rata-rata kecepatan angin di Indonesia sebesar 5,5 meter per detik (m/s). Bahkan di beberapa lokasi kecepatan angin di atas 6 m/s. Ini merupakan sumber daya yang cukup untuk membangun PLTB," ungkapnya.
PLTB di Indonesia dapat mendukung meningkatkan kelistrikan nasional melalui menara-menara kincir angin (wind farm) dengan kapasitas di atas 10 MW yang terhubung dengan jaringan PLN. Beberapa lokasi potensial seperti pesisir selatan Pulau Jawa, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Sulawesi Utara, dapat membangkitkan listrik lebih dari 900 MW melalui PLTB.
Sedangkan PLTB di bawah 10 MW dapat mendukung ketersediaan listrik di pulau-pulau terdepan sekaligus daerah-daerah pesisir di Indonesia. Ini akan secara otomatis akan meningkatkan perkembangan daerah-daerah tertinggal, daerah pesisir dan pulau-pulau terdepan Indonesia.
Wind Hybrid Power Generation, Market Development Initiatives (WHyPGen-BPPT) adalah proyek nasional. Proyek ini berlangsung dalam kerja sama antara UNDP Indonesia dengan BPPT.
Tujuannya adalah untuk mendorong aplikasi komersialisasi pembangkit listrik tenaga hybrid di Indonesia, dengan mengandalkan angin sebagai basis utama sumber energi. Proyek yang didanai oleh GEF ini diharapkan memberi solusi bagi peningkatan rasio ketersediaan listrik nasional, sekaligus pengembangan energi ramah lingkungan.
National Project Director WhyPgen-BPPT Andika Prastawa mengatakan, hari ini BPPT meluncurkan PLTB bersama sejumlah mitra. BPPT berharap agenda ini dapat menjembatani pertemuan antara para pemangku kepentingan terkait sektor energi angin.
"Kegiatan ini diharapkan dapat menunjukkan potensi angin yang dapat dikembangkan, sekaligus kesiapan para investor, calon pengembang, turbine technology provider, off-taker dan pihak terkait lainnya," katanya Dalam acara Energy Partners Gathering Managing Energy for Better Future di kantor BPPT hari ini (6/12).
"Sehingga dapat mempercepat instrumen-instrumen yang dibutuhkan, khususnya dukungan dan kebijakan pemerintah, dalam menyongsong era baru pembangkitan listrik dari energi terbarukan dan terbukanya pasar untuk energi angin di Indonesia," sambungnya.
Studi WHyPGen mencatat adanya potensi pembangunan wind farm di 17 lokasi di Indonesia sebesar 960 MW. Dari situ dapat dihasilkan listrik 2.382 GWH, dengan perkiraan penghematan BBM sebesar 821.962.845 KLiter dan menekan emisi CO2 2.110.859 ton.
Dia menjelaskan, dalam 10 tahun terakhir ekonomi Indonesia tumbuh dengan laju rata-rata 6% per tahun, serta bertambahnya populasi penduduk sekitar 1,49% per tahun. Itu mendorong peningkatan kebutuhan energi rata-rata 6,2% per tahun.
Di sisi lain, keterbatasan sumber energi fosil (minyak, gas, dan batubara) memaksa Indonesia mengimpor minyak. Perpres Nomor 5 Tahun 2006 menyebutkan tentang pencanangan target untuk pengelolaan energi nasional.
Itu berupa penurunan elastisitas energi kurang dari satu dan pemanfaatan energi baru terbarukan sebesar 17% pada 2025. Salah satu energi baru dan terbarukan yang potensial di Indonesia adalah pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB).
Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2010 menyebutkan, energi angin di Indonesia berpotensi menghasilkan daya listrik sebesar 9,2 GW.
"Berdasarkan data Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), lebih dari 100 daerah di nusantara menyimpan potensi energi angin, dengan rata-rata kecepatan angin di Indonesia sebesar 5,5 meter per detik (m/s). Bahkan di beberapa lokasi kecepatan angin di atas 6 m/s. Ini merupakan sumber daya yang cukup untuk membangun PLTB," ungkapnya.
PLTB di Indonesia dapat mendukung meningkatkan kelistrikan nasional melalui menara-menara kincir angin (wind farm) dengan kapasitas di atas 10 MW yang terhubung dengan jaringan PLN. Beberapa lokasi potensial seperti pesisir selatan Pulau Jawa, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Sulawesi Utara, dapat membangkitkan listrik lebih dari 900 MW melalui PLTB.
Sedangkan PLTB di bawah 10 MW dapat mendukung ketersediaan listrik di pulau-pulau terdepan sekaligus daerah-daerah pesisir di Indonesia. Ini akan secara otomatis akan meningkatkan perkembangan daerah-daerah tertinggal, daerah pesisir dan pulau-pulau terdepan Indonesia.
Wind Hybrid Power Generation, Market Development Initiatives (WHyPGen-BPPT) adalah proyek nasional. Proyek ini berlangsung dalam kerja sama antara UNDP Indonesia dengan BPPT.
Tujuannya adalah untuk mendorong aplikasi komersialisasi pembangkit listrik tenaga hybrid di Indonesia, dengan mengandalkan angin sebagai basis utama sumber energi. Proyek yang didanai oleh GEF ini diharapkan memberi solusi bagi peningkatan rasio ketersediaan listrik nasional, sekaligus pengembangan energi ramah lingkungan.
(kri)