37 ABK Masih Hilang
A
A
A
SEOUL - Tim penyelamat kemarin menemukan empat lagi jenazah anak buah kapal (ABK) kapal Oryong 501 setelah tiga hari tenggelam di Laut Bering, Rusia. Para korban lain yang belum ditemukan diperkirakan sulit bertahan hidup karena perairan tersebut sangat dingin, di -4 derajat Celsius.
Apalagi, upaya pencarian korban kapal yang mengangkut 60 orang itu terkendala cuaca ekstrem. Selain suhu sangat dingin, di lokasi kecelakaan juga dilaporkan terdapat badai salju disertai kabut dan ombak yang tinggi hingga 5-6 meter.
Pemilik kapal Oryong 501, Sajo Industries, melaporkan, dengan penemuan empat jenazah kemarin, jumlah korban tewas menjadi 16 orang dan 37 orang masih hilang. Sebelumnya tujuh ABK yakni satu warga Rusia, tiga warga Filipina, dan tiga warga negara Indonesia (WNI) berhasil diselamatkan bersama satu warga Korsel dalam kondisi sekarat saat diselamatkan. Empat jenazah ABK ditemukan di sekitar lokasi tenggelamnya kapal penangkap ikan yang berusia 36 tahun itu.
”Saya akan memerintahkan operasi pencarian menyeluruh untuk mencari ABK yang hilang kalau cuaca kondusif,” tutur Pimpinan Sajo Industries, Yim Chae-ok, dikutip kantor berita Korsel, Yonhap . Yim menambahkan, delapan kapal ikut terlibat dalam operasi penyelamatan dan pencarian para korban kapal nahas itu. Sajo Industries yang berpusat di Pelabuhan Busan, Korsel, memprediksi proses pencarian lebih aktif dengan bantuan pesawat Pasukan Penjaga Pantai Amerika Serikat (AS) dan sebuah helikopter Rusia.
Penemuan empat jenazah tersebut juga dilaporkan kantor berita Rusia, Itar-Tass . Mereka melaporkan empat jenazah ABK kapal Oryong-501 telah berhasil ditemukan di Laut Bering. ”Dua jenazah (di antaranya) belum dapat diidentifikasi,” kata Artur Rets, kepala pusat penyelamatan maritim di Kota Petropavlovsk-Kamchatsky. Rabu (3/12) lalu 11 jenazah ABK telah ditemukan.
Kapal penangkap ikan Oryong 501 yang memiliki bobot 1.753 ton dan sedang menangkap ikan pollack tenggelam di bagian barat Laut Bering di dekat Rusia, Senin (1/12). Awak kapal tersebut berjumlah 60 orang dengan perincian 11 orang Korsel , 35 WNI, 13 warga Filipina, dan satu pemeriksa berkebangsaan Rusia. Sajo Industries telah mengetahui penyebab tenggelamnya kapal Oryong 501 di Laut Bering barat itu.
Berdasarkan rekaman komunikasi antara Oryong 501 dan kapal lain, keseimbangan kapal terganggu setelah banyak air yang membanjiri bagian dalam kapal buatan Spanyol pada 1978 itu. Kemudian laporan penyelidikan sementara menyebutkan cuaca buruk menjadi penyebab banyak air laut masuk ke dalam wilayah penyimpanan ikan.
Para ABK mengalami kesulitan ketika menguras air di dalam kapal sehingga mengakibatkan kapal tenggelam. Sementara itu, Menteri Maritim Korsel Lee Ju-young berjanji akan mengutamakan operasi penyelamatan. Dalam operasi pencarian dan penyelamatan, Pemerintah Korsel telah mengirimkan dua pesawat pemantau maritim dan kapal patroli berbobot 5.000 ton.
Kementerian Luar Negeri Korsel juga mengungkapkan, Seoul telah berdiskusi dengan AS, Rusia, dan Jepang untuk mengirimkan pesawat pemantau guna membantu proses pencarian dan penyelamatan. Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Michele Tene mengatakan, ada 12 korban baru yang ditemukan, sembilan di antaranya dilaporkan tewas, tiga sisanya selamat dan tengah menjalani perawatan.
Tene mengaku pihaknya belum bisa mengidentifikasi korban selamat maupun meninggal karena 12 korban belum bisa dievakuasi ke daratan. Tene mengatakan, pihaknya tidak bisa mengeluarkan komentar apa pun terkait identifikasi korban lantaran masih harus menunggu verifikasi. Dia mengaku tidak tahu pasti kapan kapal tim penyelamat menuju daratan. Tim evakuasi masih melakukan pencarian dan menunggu kemungkinan korban selamat lain ditemukan.
Karena itulah, pemulangan jenazah maupun korban selamat belum bisa dilakukan. ”Ketiga korban (WNI) selamat menjalani perawatan di dalam kapal tim evakuasi. Mereka baru akan dipulangkan ketika tim penyelamat memutuskan menghentikan pencarian,” kata Tene saat dihubungi KORAN SINDO tadi malam.
Belum Tahu Anaknya Lahir
Dari Slawi Jawa Tengah, kabar duka tenggelamnya kapal itu akhirnya sampai ke telinga Titin Arlina, 32, istri salah satu anak buah kapal (ABK) Oryong 501, Warno, 37, pada Rabu (3/12) siang sekitar pukul 14.00 WIB. “Saya ditelepon perusahaannya. Katanya, suami saya (Warno) dan Nur Kholis sudah ditemukan dalam kondisi tak bernyawa,” kata Titin saat ditemui di rumahnya di RT 18/RW 06 Desa Gumayun, Kecamatan Dukuhhwaru, Kabupaten Tegal, kemarin.
Warno bersama dua keponakannya, Nur Kholis, 23, dan Heru Setiawan, 23, sama-sama menjadi kru kapal penangkapan ikan milik Korea Selatan, Oryong 501 yang tenggelam di Laut Bering, Rusia, Senin (1/12). Ketiganya tinggal di Desa Gumayun, Kecamatan Dukuhwaru, namun berbeda RT/RW. “Mendengar kabar itu, saya kaget dan pikiran langsungkemana-mana. Saya tak percaya,” ujar Titin dengan suara bergetar.
Meski demikian, Titin masih memelihara harapan suaminya merupakan salah satu dari sejumlah korban yang berhasil diselamatkan. Harapan yang dia sadari belum tentu terwujud. “Firasat saya mengatakan suami saya masih hidup,” ujarnya. Warno pamit berangkat melaut dengan kapal Oryong pada pertengahan Juli lalu atau hari ke-10 puasa.
Saat ditinggal itu, Titin tengah mengandung anak kedua dengan usia kandungan lima bulan. Kini sang jabang bayi yang diberi nama Firza Teguh Arifin telah berusia satu bulan. “Lahir November. Dia (Warno) belum tahu kalau anaknya sudah lahir,” ujar Titin. Seperti harapannya akan keselamatan sang suami, Titin juga berharap putranya itu segera dapat bertemu dan ditimang sang ayah. Begitu juga sang kakak Nensy Nur Indriani yang masih berusia 8 tahun.
“Kami terus mengikuti berita dan menunggu kabar resmi dari pemerintah,” ujarnya. Menurut Titin, sebelum berangkat pada Juli itu, Warno sempat beberapa kali mengutarakan keinginannya pindah kerja ke kapal lain yang memiliki waktu bersandar lebih cepat daripada kapal Oryong 501 yang bersandar tiap enam bulan. Keikutsertaannya melaut di kapal Oryong diniatkan sebagai yang terakhir.
“Sebelum berangkat sudah bilang, ini rencana terakhir ikut kapal Oryong. Inginnya pindah kapal teri yang 11 hari sekali sandar. Lebih enak di kapal teri, teman-temannya juga banyak yang di kapal teri,” ungkapnya.
Titin menceritakan Warno bekerja menjadi ABK kapal penangkap ikan di Korea Selatan sejak 1999. Adapun bekerja di Kapal Oryong dijalani sejak 2013. Selama bekerja di kapal Oryong, Warno mendapatkan upah sebesar USD500 setiap bulan. Namun, upah itu diberikan secara bertahap, yakni setiap tiga bulan sekali.
Andika hendra m / Rini agustina/ Farid firdaus
Apalagi, upaya pencarian korban kapal yang mengangkut 60 orang itu terkendala cuaca ekstrem. Selain suhu sangat dingin, di lokasi kecelakaan juga dilaporkan terdapat badai salju disertai kabut dan ombak yang tinggi hingga 5-6 meter.
Pemilik kapal Oryong 501, Sajo Industries, melaporkan, dengan penemuan empat jenazah kemarin, jumlah korban tewas menjadi 16 orang dan 37 orang masih hilang. Sebelumnya tujuh ABK yakni satu warga Rusia, tiga warga Filipina, dan tiga warga negara Indonesia (WNI) berhasil diselamatkan bersama satu warga Korsel dalam kondisi sekarat saat diselamatkan. Empat jenazah ABK ditemukan di sekitar lokasi tenggelamnya kapal penangkap ikan yang berusia 36 tahun itu.
”Saya akan memerintahkan operasi pencarian menyeluruh untuk mencari ABK yang hilang kalau cuaca kondusif,” tutur Pimpinan Sajo Industries, Yim Chae-ok, dikutip kantor berita Korsel, Yonhap . Yim menambahkan, delapan kapal ikut terlibat dalam operasi penyelamatan dan pencarian para korban kapal nahas itu. Sajo Industries yang berpusat di Pelabuhan Busan, Korsel, memprediksi proses pencarian lebih aktif dengan bantuan pesawat Pasukan Penjaga Pantai Amerika Serikat (AS) dan sebuah helikopter Rusia.
Penemuan empat jenazah tersebut juga dilaporkan kantor berita Rusia, Itar-Tass . Mereka melaporkan empat jenazah ABK kapal Oryong-501 telah berhasil ditemukan di Laut Bering. ”Dua jenazah (di antaranya) belum dapat diidentifikasi,” kata Artur Rets, kepala pusat penyelamatan maritim di Kota Petropavlovsk-Kamchatsky. Rabu (3/12) lalu 11 jenazah ABK telah ditemukan.
Kapal penangkap ikan Oryong 501 yang memiliki bobot 1.753 ton dan sedang menangkap ikan pollack tenggelam di bagian barat Laut Bering di dekat Rusia, Senin (1/12). Awak kapal tersebut berjumlah 60 orang dengan perincian 11 orang Korsel , 35 WNI, 13 warga Filipina, dan satu pemeriksa berkebangsaan Rusia. Sajo Industries telah mengetahui penyebab tenggelamnya kapal Oryong 501 di Laut Bering barat itu.
Berdasarkan rekaman komunikasi antara Oryong 501 dan kapal lain, keseimbangan kapal terganggu setelah banyak air yang membanjiri bagian dalam kapal buatan Spanyol pada 1978 itu. Kemudian laporan penyelidikan sementara menyebutkan cuaca buruk menjadi penyebab banyak air laut masuk ke dalam wilayah penyimpanan ikan.
Para ABK mengalami kesulitan ketika menguras air di dalam kapal sehingga mengakibatkan kapal tenggelam. Sementara itu, Menteri Maritim Korsel Lee Ju-young berjanji akan mengutamakan operasi penyelamatan. Dalam operasi pencarian dan penyelamatan, Pemerintah Korsel telah mengirimkan dua pesawat pemantau maritim dan kapal patroli berbobot 5.000 ton.
Kementerian Luar Negeri Korsel juga mengungkapkan, Seoul telah berdiskusi dengan AS, Rusia, dan Jepang untuk mengirimkan pesawat pemantau guna membantu proses pencarian dan penyelamatan. Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Michele Tene mengatakan, ada 12 korban baru yang ditemukan, sembilan di antaranya dilaporkan tewas, tiga sisanya selamat dan tengah menjalani perawatan.
Tene mengaku pihaknya belum bisa mengidentifikasi korban selamat maupun meninggal karena 12 korban belum bisa dievakuasi ke daratan. Tene mengatakan, pihaknya tidak bisa mengeluarkan komentar apa pun terkait identifikasi korban lantaran masih harus menunggu verifikasi. Dia mengaku tidak tahu pasti kapan kapal tim penyelamat menuju daratan. Tim evakuasi masih melakukan pencarian dan menunggu kemungkinan korban selamat lain ditemukan.
Karena itulah, pemulangan jenazah maupun korban selamat belum bisa dilakukan. ”Ketiga korban (WNI) selamat menjalani perawatan di dalam kapal tim evakuasi. Mereka baru akan dipulangkan ketika tim penyelamat memutuskan menghentikan pencarian,” kata Tene saat dihubungi KORAN SINDO tadi malam.
Belum Tahu Anaknya Lahir
Dari Slawi Jawa Tengah, kabar duka tenggelamnya kapal itu akhirnya sampai ke telinga Titin Arlina, 32, istri salah satu anak buah kapal (ABK) Oryong 501, Warno, 37, pada Rabu (3/12) siang sekitar pukul 14.00 WIB. “Saya ditelepon perusahaannya. Katanya, suami saya (Warno) dan Nur Kholis sudah ditemukan dalam kondisi tak bernyawa,” kata Titin saat ditemui di rumahnya di RT 18/RW 06 Desa Gumayun, Kecamatan Dukuhhwaru, Kabupaten Tegal, kemarin.
Warno bersama dua keponakannya, Nur Kholis, 23, dan Heru Setiawan, 23, sama-sama menjadi kru kapal penangkapan ikan milik Korea Selatan, Oryong 501 yang tenggelam di Laut Bering, Rusia, Senin (1/12). Ketiganya tinggal di Desa Gumayun, Kecamatan Dukuhwaru, namun berbeda RT/RW. “Mendengar kabar itu, saya kaget dan pikiran langsungkemana-mana. Saya tak percaya,” ujar Titin dengan suara bergetar.
Meski demikian, Titin masih memelihara harapan suaminya merupakan salah satu dari sejumlah korban yang berhasil diselamatkan. Harapan yang dia sadari belum tentu terwujud. “Firasat saya mengatakan suami saya masih hidup,” ujarnya. Warno pamit berangkat melaut dengan kapal Oryong pada pertengahan Juli lalu atau hari ke-10 puasa.
Saat ditinggal itu, Titin tengah mengandung anak kedua dengan usia kandungan lima bulan. Kini sang jabang bayi yang diberi nama Firza Teguh Arifin telah berusia satu bulan. “Lahir November. Dia (Warno) belum tahu kalau anaknya sudah lahir,” ujar Titin. Seperti harapannya akan keselamatan sang suami, Titin juga berharap putranya itu segera dapat bertemu dan ditimang sang ayah. Begitu juga sang kakak Nensy Nur Indriani yang masih berusia 8 tahun.
“Kami terus mengikuti berita dan menunggu kabar resmi dari pemerintah,” ujarnya. Menurut Titin, sebelum berangkat pada Juli itu, Warno sempat beberapa kali mengutarakan keinginannya pindah kerja ke kapal lain yang memiliki waktu bersandar lebih cepat daripada kapal Oryong 501 yang bersandar tiap enam bulan. Keikutsertaannya melaut di kapal Oryong diniatkan sebagai yang terakhir.
“Sebelum berangkat sudah bilang, ini rencana terakhir ikut kapal Oryong. Inginnya pindah kapal teri yang 11 hari sekali sandar. Lebih enak di kapal teri, teman-temannya juga banyak yang di kapal teri,” ungkapnya.
Titin menceritakan Warno bekerja menjadi ABK kapal penangkap ikan di Korea Selatan sejak 1999. Adapun bekerja di Kapal Oryong dijalani sejak 2013. Selama bekerja di kapal Oryong, Warno mendapatkan upah sebesar USD500 setiap bulan. Namun, upah itu diberikan secara bertahap, yakni setiap tiga bulan sekali.
Andika hendra m / Rini agustina/ Farid firdaus
(ars)