Tuntutan Demokrasi Gagal, Joshua Wong Memilih Mogok Makan
A
A
A
HONG KONG - Sadar bahwa tuntutan demokrasi tak akan terpenuhi, pemimpin muda gerakan prodemokrasi Hong Kong, Joshua Wong, bersama dua rekannya melakukan aksi mogok makan.
Aksi diawali pada Senin (1/12) malam dan belum tahu sampai kapan. Mogok makan dilakukan Wong sebagai bentuk protes lanjutan terhadap pemerintah Hong Kong. “Tuntutan kami sederhana. Kami hanya meminta pemerintah untuk kembali menggelar dialog,” ujar aktivis berusia 18 tahun itu, dikutip Telegraph.
Sosok Wong disebut sebagian orang ditakuti China. Bagaimana tidak, meski masih remaja, dia memiliki kemampuan meyakinkan, memengaruhi, dan menyatukan remaja Hong Kong. Faktanya, dalam aksi demonstrasi tuntutan penerapan demokrasi kali ini, dia berhasil membawa sekitar 10.000 pelajar dari berbagai perguruan tinggi.
Majalah terkenal dunia, Time, bahkan menyebut Wong sebagai “wajah protes” di Hong Kong saat fotonya menjadi cover majalah tersebut pada Oktober. “Namun jika Hong Kong hanya bergantung pada saya, pergerakan demokrasi ini akan gagal,” katanya dalam wawancaranya kepada Time.
Keteguhan ini yang membuat aksi protes di Hong Kong berlangsung panjang. Wong dan kedua koleganya mengatakan akan tetap menggelar protes, meski dengan cara yang berbeda-beda. Menurut mereka, otoritas Hong Kong tuli dan tidak pernah berupaya mengindahkan tuntutan para pengunjuk rasa. Begitu pun saat mereka menggelar perundingan.
Alhasil, mereka memilih untuk mogok makan. Berbeda dengan trio aktivis, trio penemu organisasi Occupy Central sudah mengangkat bendera putih. Benny Tai, Chan KinMan, danChuYiuMingakan menyerahkan diri kepada polisi hari ini. Mereka juga meminta pengunjuk rasa prodemokrasi untuk mundur mengikuti instruksi Ketua Eksekutif Hong Kong Leung Chun Ying.
Muh shamil
Aksi diawali pada Senin (1/12) malam dan belum tahu sampai kapan. Mogok makan dilakukan Wong sebagai bentuk protes lanjutan terhadap pemerintah Hong Kong. “Tuntutan kami sederhana. Kami hanya meminta pemerintah untuk kembali menggelar dialog,” ujar aktivis berusia 18 tahun itu, dikutip Telegraph.
Sosok Wong disebut sebagian orang ditakuti China. Bagaimana tidak, meski masih remaja, dia memiliki kemampuan meyakinkan, memengaruhi, dan menyatukan remaja Hong Kong. Faktanya, dalam aksi demonstrasi tuntutan penerapan demokrasi kali ini, dia berhasil membawa sekitar 10.000 pelajar dari berbagai perguruan tinggi.
Majalah terkenal dunia, Time, bahkan menyebut Wong sebagai “wajah protes” di Hong Kong saat fotonya menjadi cover majalah tersebut pada Oktober. “Namun jika Hong Kong hanya bergantung pada saya, pergerakan demokrasi ini akan gagal,” katanya dalam wawancaranya kepada Time.
Keteguhan ini yang membuat aksi protes di Hong Kong berlangsung panjang. Wong dan kedua koleganya mengatakan akan tetap menggelar protes, meski dengan cara yang berbeda-beda. Menurut mereka, otoritas Hong Kong tuli dan tidak pernah berupaya mengindahkan tuntutan para pengunjuk rasa. Begitu pun saat mereka menggelar perundingan.
Alhasil, mereka memilih untuk mogok makan. Berbeda dengan trio aktivis, trio penemu organisasi Occupy Central sudah mengangkat bendera putih. Benny Tai, Chan KinMan, danChuYiuMingakan menyerahkan diri kepada polisi hari ini. Mereka juga meminta pengunjuk rasa prodemokrasi untuk mundur mengikuti instruksi Ketua Eksekutif Hong Kong Leung Chun Ying.
Muh shamil
(ars)