Siswa Aliyah Ciptakan Charger Ponsel Sepeda Pengganti Power Bank

Rabu, 26 November 2014 - 11:29 WIB
Siswa Aliyah Ciptakan...
Siswa Aliyah Ciptakan Charger Ponsel Sepeda Pengganti Power Bank
A A A
Peranti itu murah dan sederhana. Hanya berupa komponen elco, LED, dan dioda yang sudah usang. Itu pun dipungut dari rongsokan charger telepon seluler yang telah mati guna. Ditautkan oleh tetesan cairan timah yang terlumerkan hawa panas solder listrik, komponen penstabil dan penghantar arus (listrik) tersebut dirangkai menjadi satu kesatuan sistem kelistrikan.

Fawaid Santoso, 16, salah satu siswa jurusan IPA Madrasah Aliyah (setingkat SMA) Darul Huda, Desa Gambar, Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar, menghubungkan pengatur sumber energi tersebut dengan dinamo sepeda angin berkapasitas 12 volt. Dari gerak kepala dinamo yang tergesek oleh putaran roda sepeda angin, Fawaid menciptakan perangkat charge ponsel pengganti power bank (PB).

“Semua perantinya tidak ada yang mahal. Semuanya dari barang bekas yang sudah tidak terpakai. Tapi, setidaknya bisa membunuh fungsi power bank (PB) yang harganya lebih mahal,” tutur Fawaid kepada KORAN SINDO JATIM sembari tertawa. Harga komponen dioda baru di toko elektronik sekitar Rp3.000.

Begitu juga dengan elco dan LED yang memiliki fungsi indikator, hanya bertarif tidak lebih dari Rp5.000. Dari semua itu, yang paling mahal hanya dinamo sepeda. Duduk bersimpuh di lantai keramik aula sekolah, para siswa bergerombol mengerubuti rangkaian komponen listrik. Satu siswa memegang ponsel, sedangkan lainnya mengayuh pedal sepeda.

Sementara beberapa guru lelaki memberikan arahan. Suasananya riuh. Penuh canda dan tawa. Sepengetahuan Fawaid, dinamo baru dengan kapasitas simpan setrum (listrik) 12 volt dan daya keluar 2,5 volt seharga Rp25.000. Sementara di pasar loak, kata pelajar yang gemar mengotak-atik elektronika itu, cukup merogoh kocek Rp5.000.

“Secara keseluruhan tetap jauh lebih murah dibandingkan harga PB yang mencapai ratusan ribu,” tuturnya. Tidak hanya ponsel dengan model colokan konvensional (tunggal), Fawaid bersama empat rekanya juga mampu mengembangkan charger sepeda angin untuk USB smart phone BlackBerry, Android, dan I Phone.

Praktis, para siswa tidak lagi bergantung pada sumber listrik yang dialirkan dari stop kontak di dalam ruang kelas. Mereka juga tidak lagi menaruh harapan pada PB yang keawetannya kerap bertahan lama. Hanya cukup mengayuh pedal sepeda dari rumah. Listrik yang dipancarkan kumparan dinamo dan diolah dioda serta elco dalam waktu 15 menit langsung memenuhi daya ponsel.

“Jadi tidak terasa. Sampai sekolah daya ponsel sudah penuh sebab jarak tempuh antara rumah hingga sekolah sekitar 20 menit,” katanya. Gagasan mencipta charger ponsel energi dinamo sepeda angin itu berawal dari iseng dan keterbatasan. Karena tidak cukup memiliki dana untuk membeli PB, dan baterai ponselnya kerap ngedrop , muncullah ide charger energi dinamo sepeda.

“Sebelum ini saya sempat membuat untuk charger MP3. Konsepnya sama dan berhasil. Trial and error -nya dua hari. Dan kemudian langsung saya bawa presentasi di sekolah,” ungkap dia. Kepala Sekolah Yayasan Pendidikan Darul Huda Asyharul Muttaqin mengaku bangga dengan hasil temuan anak didiknya.

Sebagai tindak lanjut, lingkungan pendidikan yang memiliki jumlah anak didik 193 siswa aliyah, 305 tsanawiyah (setingkat SMP), dan 96 ibtidaiyah (setingkat SD), akan membimbing untuk dilakukan penyempurnaan. “Misalnya untuk rangkaiannya diperhalus lagi, termasuk ditambah tempat khusus HP,” sebutnya.

Solichan arif
Blitar
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0846 seconds (0.1#10.140)