Longsor di Kebumen, 1 Warga Tewas
A
A
A
KEBUMEN - Bencana tanah longsor melanda Kebumen, Jawa Tengah, Minggu (23/11) malam. Dari dua desa yang terkena musibah, satu orang tewas, sedikitnya tiga rumah warga rusak berat, dan akses jalan tertimbun longsoran tanah.
Korban tewas tersebut adalah Satiyem, 80. Nyawanya tak bisa diselamatkan saat longsor melanda kampungnya di Desa Krakal, KecamatanAlian, Kebumen. Humas Badan SAR Nasional (Basarnas) Semarang Aris Triyono mengatakan, korban longsor kini sudah dievakuasi. ”Korban sudah ditemukan dan dievakuasi kemarin pukul tiga sore,” ungkap Aris kepada KORAN SINDO kemarin.
Di sisi lain, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kebumen Muhyidin menyatakan, korban meninggal sudah tertimbun longsoran tanah sekitar 15 jam. Dia mengakui sedikit kesulitan untuk mengevakuasi korban karena wilayah Desa Krakal merupakan daerah rawan longsor.
Apalagi, akses jalan menuju Desa Krakal juga tertimbun tanah longsor. ”Setelah kami kerahkan dua alat berat, longsoran di jalan desa bisa disingkirkan dan evakuasi korban bisa berjalan. Tetapi, korban ditemukan sudah tidak bernyawa,” kata Muhyidin.
Selain di Desa Krakal, bencana tanah longsor juga menerjang sejumlah rumah di Desa Kalirancang, Alian. Sedikitnya 10 rumah warga rusak dalam kejadian tersebut. Pada waktu bersamaan tanah longsor juga menimbun akses jalan di Desa Kalijaya, kecamatan yang sama.
”Saat ini korban 10 keluarga tersebut harus diungsikan ke tempat saudaranya. BPBD telah mengirimkan bantuan berupa logistik kepada para korban bencana yang rumahnya rusak,” sebut Muhyidin.
Muhyidin menjelaskan, selain Krakal dan Kalirancang, ada sekitar 100 desa di 16 kecamatan di Kebumen yang rawan longsor. Karena itu, dia berharap para warga untuk tetap waspada dengan kemungkinan bencana longsor di daerahnya. Apalagi, belakangan ini curah hujan di Kebumen cukup tinggi.
”Kami juga berharap masing- masing perangkat desa dan warga terus bersiaga, terutama kalau hujan deras turun,” katanya. Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tapanuli Tengah (Tapteng)-Sibolga Marolop Rumahhorbo mengimbau masyarakat di Sibolga dan Kabupaten Tapteng untuk mewaspadai bahaya longsor dan banjir bandang yang bisa terjadi tiba-tiba. Dia menyampaikan kemungkinan itu mengingat musim penghujan yang akan terus berlangsung hingga awal Februari 2015 mendatang dengan intensitas tinggi.
”Mohon masyarakat Sibolga dan Tapteng untuk waspada akan bahaya bajir bandang dan longsor. Karena saat ini memasuki musim pancaroba, hujan akan terus melanda dengan intensitas terkadang tinggi hingga awal Februari 2015,” kata Marolop kemarin.
Pernyataan Kepala BMKG ini terkait banjir bandang dan longsor yang menerpa kawasan Desa Sibio-bio, Kecamatan Sibabangun, Kabupaten Tapteng, Sabtu (22/11). Banjir bandang dan longsor itu telah mengakibatkan empat orang meninggal dunia dan satu bayi belum ditemukan.
Imbauan ini juga disampaikan lantaran kontur tanah yang kering dan retak-retak setelah mengalami musim kemarau panjang dan tentunya dapat menjadi pemicu longsor dan banjir bandang. ”Beberapa bulan lalu kan tidak hujan sehingga tanah kering dan retak-retak. Kini musim penghujan dengan intensitas tinggi. Tanah kering tersebut berpotensi longsor dan bisa menyebabkan banjir bandang,” pungkasnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Tapteng Bonaparte Manurung juga mengkhawatirkan itu. Menurutnya, sebagaimana yang terjadi di lokasi bencana di Desa Sibio-bio, longsoran baru masih terlihat melanda kawasan tersebut.
Penyebab banjir bandang itu dipicu longsoran tanah yang mengakibatkan penyempitan aliran air Sungai Sosopan. ”Saat ini kami khawatir peristiwa itu bisa terjadi lagi, terutama menimpa petugas yang sedang melakukan proses evakuasi dan relokasi terhada plongsoran material tanah yang menutup akses jalan penghubung Desa Sibio-bio dengan Mombangboru. Hujan deras disertai longsor masih terus menerpa kawasanini,” ungkap Bonaparte.
Hal yang paling dikhawatirkan dan ditakutkan Kepala BPBD ini adalah kehidupan 700-an keluarga yang menghuni Desa Sibio-bio (220 keluarga) dan Desa Muara Sibuntuon (400 keluarga). Dia berharap peristiwa yang sama (longsor dan banjir bandang) tidak terjadi dan melanda kedua kawasan desa berpenghuni tersebut.
Kekhawatiran dan ketakutan Bonaparte itu tidak terlepas dari kondisi kedua desa yang masih terisolasi karena tertutup akses jalan. ”Akses jalan sampai saat ini belum dapat dibuka. Tapi, kami akan berupaya maksimal agar paling tidak jalan ini dapat dilalui kendaraan roda dua,” ungkapnya.
Eka setiawan/Muh slamet/Jonny simatupang
Korban tewas tersebut adalah Satiyem, 80. Nyawanya tak bisa diselamatkan saat longsor melanda kampungnya di Desa Krakal, KecamatanAlian, Kebumen. Humas Badan SAR Nasional (Basarnas) Semarang Aris Triyono mengatakan, korban longsor kini sudah dievakuasi. ”Korban sudah ditemukan dan dievakuasi kemarin pukul tiga sore,” ungkap Aris kepada KORAN SINDO kemarin.
Di sisi lain, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kebumen Muhyidin menyatakan, korban meninggal sudah tertimbun longsoran tanah sekitar 15 jam. Dia mengakui sedikit kesulitan untuk mengevakuasi korban karena wilayah Desa Krakal merupakan daerah rawan longsor.
Apalagi, akses jalan menuju Desa Krakal juga tertimbun tanah longsor. ”Setelah kami kerahkan dua alat berat, longsoran di jalan desa bisa disingkirkan dan evakuasi korban bisa berjalan. Tetapi, korban ditemukan sudah tidak bernyawa,” kata Muhyidin.
Selain di Desa Krakal, bencana tanah longsor juga menerjang sejumlah rumah di Desa Kalirancang, Alian. Sedikitnya 10 rumah warga rusak dalam kejadian tersebut. Pada waktu bersamaan tanah longsor juga menimbun akses jalan di Desa Kalijaya, kecamatan yang sama.
”Saat ini korban 10 keluarga tersebut harus diungsikan ke tempat saudaranya. BPBD telah mengirimkan bantuan berupa logistik kepada para korban bencana yang rumahnya rusak,” sebut Muhyidin.
Muhyidin menjelaskan, selain Krakal dan Kalirancang, ada sekitar 100 desa di 16 kecamatan di Kebumen yang rawan longsor. Karena itu, dia berharap para warga untuk tetap waspada dengan kemungkinan bencana longsor di daerahnya. Apalagi, belakangan ini curah hujan di Kebumen cukup tinggi.
”Kami juga berharap masing- masing perangkat desa dan warga terus bersiaga, terutama kalau hujan deras turun,” katanya. Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tapanuli Tengah (Tapteng)-Sibolga Marolop Rumahhorbo mengimbau masyarakat di Sibolga dan Kabupaten Tapteng untuk mewaspadai bahaya longsor dan banjir bandang yang bisa terjadi tiba-tiba. Dia menyampaikan kemungkinan itu mengingat musim penghujan yang akan terus berlangsung hingga awal Februari 2015 mendatang dengan intensitas tinggi.
”Mohon masyarakat Sibolga dan Tapteng untuk waspada akan bahaya bajir bandang dan longsor. Karena saat ini memasuki musim pancaroba, hujan akan terus melanda dengan intensitas terkadang tinggi hingga awal Februari 2015,” kata Marolop kemarin.
Pernyataan Kepala BMKG ini terkait banjir bandang dan longsor yang menerpa kawasan Desa Sibio-bio, Kecamatan Sibabangun, Kabupaten Tapteng, Sabtu (22/11). Banjir bandang dan longsor itu telah mengakibatkan empat orang meninggal dunia dan satu bayi belum ditemukan.
Imbauan ini juga disampaikan lantaran kontur tanah yang kering dan retak-retak setelah mengalami musim kemarau panjang dan tentunya dapat menjadi pemicu longsor dan banjir bandang. ”Beberapa bulan lalu kan tidak hujan sehingga tanah kering dan retak-retak. Kini musim penghujan dengan intensitas tinggi. Tanah kering tersebut berpotensi longsor dan bisa menyebabkan banjir bandang,” pungkasnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Tapteng Bonaparte Manurung juga mengkhawatirkan itu. Menurutnya, sebagaimana yang terjadi di lokasi bencana di Desa Sibio-bio, longsoran baru masih terlihat melanda kawasan tersebut.
Penyebab banjir bandang itu dipicu longsoran tanah yang mengakibatkan penyempitan aliran air Sungai Sosopan. ”Saat ini kami khawatir peristiwa itu bisa terjadi lagi, terutama menimpa petugas yang sedang melakukan proses evakuasi dan relokasi terhada plongsoran material tanah yang menutup akses jalan penghubung Desa Sibio-bio dengan Mombangboru. Hujan deras disertai longsor masih terus menerpa kawasanini,” ungkap Bonaparte.
Hal yang paling dikhawatirkan dan ditakutkan Kepala BPBD ini adalah kehidupan 700-an keluarga yang menghuni Desa Sibio-bio (220 keluarga) dan Desa Muara Sibuntuon (400 keluarga). Dia berharap peristiwa yang sama (longsor dan banjir bandang) tidak terjadi dan melanda kedua kawasan desa berpenghuni tersebut.
Kekhawatiran dan ketakutan Bonaparte itu tidak terlepas dari kondisi kedua desa yang masih terisolasi karena tertutup akses jalan. ”Akses jalan sampai saat ini belum dapat dibuka. Tapi, kami akan berupaya maksimal agar paling tidak jalan ini dapat dilalui kendaraan roda dua,” ungkapnya.
Eka setiawan/Muh slamet/Jonny simatupang
(bbg)