Konferensi Nasional Komunikasi Respons Politik Indonesia
A
A
A
LOMBOK - Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Amin mengatakan, Indonesia telah berhasil menjadi negara demokrasi, karena telah menyelesaikan pemilihan legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres) dengan sukses dan damai.
Hal itu dikatakan Amin saat membuka acara Konferensi Nasional Komunikasi bertajuk Masa Depan Komunikasi, Masa Depan Indonesia, di Rinjani Ballroom, Hotel Lombok Raya, Lombok, NTB.
“Melalui pileg terpilih 560 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai saluran aspirasi komunikasi politik bagi partai politik dan rakyat memilihnya," kata Amin lewat pers rilis kepada Sindonews, Rabu (19/11/2014).
"Hal ini dapat dilaksanakan karena adanya sosialisasi yang baik dengan campur tangan tata cara komunikasi," imbuhnya.
Ketua Panitia Endah Murwarni mengatakan, Konferensi Nasional Komunikasi ini diadakan oleh Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) yang ingin memberi ide serta pandangan guna membangun Indonesia lebih baik.
"Konferensi Nasional Komunikasi ini juga merupakan sumbangan insan komunikasi Indonesia
bagi masa depan Indonesia," ucapnya.
"Pemaparan 180 makalah yang dibahas dalam Konferensi Nasional Komunikasi mempunyai relevansi yang tinggi untuk diteruskan kepada pemerintah, berbagai pihak yang berwenang dan disebarluaskan kepada masyarakat," tambahnya.
Ketua Umum ISKI Pusat Yuliandre Darwis menambahkan, tata kelola komunikasi nasional juga harus menjadi prioritas pemerintahan baru. Menurutnya, pemerintah baru harus mampu mengelola harapan publik yang begitu tinggi dan menjaga modal sosial berbentuk publik riset.
"Optimalisasi akses informasi dari pemerintah untuk masyarakat, sosialisasi program jangka pendek, menengah dan panjang secara sistematis, kanal aduan, sinergi komunikasi antar lembaga pemerintah, komunikasi strategis terkait isu kontekstual yang muncul ndari kondisi yang membutuhkan respons cepat pemerintah," ungkapnya.
Diakuinya, ISKI akan terus bertekad memantau dan membantu mewujudkan itu dengan meningkatkan potensi ilmu komunikasi Indonesia yang makin khusus, antardisiplin, namun membumi dalam konteks kehidupan Pancasila.
Konferensi tersebut dihadiri sekitar 300 guru besar, dosen komunikasi, praktisi, serta para profesional komunikasi.
Hal itu dikatakan Amin saat membuka acara Konferensi Nasional Komunikasi bertajuk Masa Depan Komunikasi, Masa Depan Indonesia, di Rinjani Ballroom, Hotel Lombok Raya, Lombok, NTB.
“Melalui pileg terpilih 560 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai saluran aspirasi komunikasi politik bagi partai politik dan rakyat memilihnya," kata Amin lewat pers rilis kepada Sindonews, Rabu (19/11/2014).
"Hal ini dapat dilaksanakan karena adanya sosialisasi yang baik dengan campur tangan tata cara komunikasi," imbuhnya.
Ketua Panitia Endah Murwarni mengatakan, Konferensi Nasional Komunikasi ini diadakan oleh Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) yang ingin memberi ide serta pandangan guna membangun Indonesia lebih baik.
"Konferensi Nasional Komunikasi ini juga merupakan sumbangan insan komunikasi Indonesia
bagi masa depan Indonesia," ucapnya.
"Pemaparan 180 makalah yang dibahas dalam Konferensi Nasional Komunikasi mempunyai relevansi yang tinggi untuk diteruskan kepada pemerintah, berbagai pihak yang berwenang dan disebarluaskan kepada masyarakat," tambahnya.
Ketua Umum ISKI Pusat Yuliandre Darwis menambahkan, tata kelola komunikasi nasional juga harus menjadi prioritas pemerintahan baru. Menurutnya, pemerintah baru harus mampu mengelola harapan publik yang begitu tinggi dan menjaga modal sosial berbentuk publik riset.
"Optimalisasi akses informasi dari pemerintah untuk masyarakat, sosialisasi program jangka pendek, menengah dan panjang secara sistematis, kanal aduan, sinergi komunikasi antar lembaga pemerintah, komunikasi strategis terkait isu kontekstual yang muncul ndari kondisi yang membutuhkan respons cepat pemerintah," ungkapnya.
Diakuinya, ISKI akan terus bertekad memantau dan membantu mewujudkan itu dengan meningkatkan potensi ilmu komunikasi Indonesia yang makin khusus, antardisiplin, namun membumi dalam konteks kehidupan Pancasila.
Konferensi tersebut dihadiri sekitar 300 guru besar, dosen komunikasi, praktisi, serta para profesional komunikasi.
(maf)