Terlibat Tawuran, 20 Siswa Dikeluarkan

Sabtu, 15 November 2014 - 11:51 WIB
Terlibat Tawuran, 20 Siswa Dikeluarkan
Terlibat Tawuran, 20 Siswa Dikeluarkan
A A A
JAKARTA - Sebanyak 20 siswa SMAN 109 Jakarta dikeluarkan dari sekolah karena terlibat tawuran dengan siswa SMAN 60 Jakarta. Dalam tawuran tersebut, seorang siswa tewas.

Hukuman dilakukan karena mereka dianggap telah melakukan pelanggaran berat dengan terlibat tawuran. ”Lebih dahulu kita dipanggil ke Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk berkoordinasi bersama SMAN 60. Lalu dari data yang sudah terkumpul dalam rapat pleno Kamis (13/11), diputuskan 20 orang siswa kita keluarkan atau dikembalikan ke orang tua,” kata Plt Kepala SMAN 109 Jakarta Sugiono kemarin.

Menurut Sugiono, para siswa yang dikeluarkan sebelumnya sudah memiliki poin pelanggaran yang melewati batas. Menurut aturan, mereka memang harus dikembalikan ke orang tua. ”Ya, memang sebelumnya beberapa anak sudah memiliki poin pelanggaran lain. Jadi kalau ditambah dengan kasus kemarin (tawuran), menurut aturan harus begitu,” jelasnya.

Ke-20 siswa yang dikeluarkan tersebut tidak berada dalam satu angkatan. Delapan orang kelas XI, 10 orang kelas XII, dan 2 orang kelas X. ”Sudah ada beberapa siswa yang diperiksa Polsek Pasar Minggu. Mereka diperiksa di sekolah dan juga di polsek, bahkan ada yang sampai tengah malam,” terangnya.

Kasus ini bermula saat Andi Audi Pratama, 16, siswa kelas XI SMA 109 Jakarta, tewas di RS JMC, Jakarta Selatan, Sabtu (8/11) seusai dikeroyok belasan siswa SMA 60 Jakarta di sisi Jalan Raya Warung Buncit, tepatnya Simpang Pejaten Village, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, sehari sebelumnya.

Andi tewas dengan luka cukup parah di kepala dan beberapa luka lebam di tubuh. Awalnya pihak sekolah mengira korban meninggal akibat kecelakaan. ”Tapi setelah ditelusuri dan langsung ke rumahnya, ternyata meninggal akibat aksi yang tidak wajar,” ujarnya. Hingga berita ini diturunkan, pihak SMAN 60 Jakarta belum bersedia memberikan keterangan.

”Kepala sekolah dan wakil sedang ada rapat di dinas. Senin saja coba lagi,” kata salah satu staf yang enggan menyebutkan namanya. Di bagian lain, kemarin penyidik Polsek Pasar Minggu membongkar makam Andi Blok AA II TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan. Pembongkaran untuk keperluan autopsi sebagai langkah awal penyelidikan terkait kematian korban.

Dari pantauan lapangan, beberapa orang tim medis dari Rumah Sakit (RS) Polri membuka lapisan kain kafan berwarna putih yang membungkus Andi. Wakapolsek Pasar Minggu AKP Agus Prayitno yang memimpin penyelidikan tersebut meminta wartawan dan masyarakat tidak mendekat. Lebih dari dua jam tim forensik melakukan autopsi jenazah korban. Seusai diautopsi, jenazah kembali dikuburkan.

”Pembongkaran ini untuk kepentingan penyelidikan,” tuturnya. Ketua tim dokter forensik RS Polri, Arif, tidak mau mengungkapkan secara detail hasil autopsi. ”Mohon maaf kami tidak bisa kasih data karena sifatnya rahasia. Akan kami laporkan dulu untuk melengkapi berkas pemeriksaan.

Lagi pula kami tidak bisa buka karena dilarang kode etik forensik,” jelasnya. Pelaksana Tugas (Plt) Kapolsek Pasar Minggu Kompol I Ketut Sudarsana mengatakan, dari hasil autopsi, ada beberapa luka di bagian kepala dan tubuh. ”Luka bagian pipi kemungkinan kena benda tajam. Lalu ada luka di kaki dan luka lebam,” ungkapnya. Sampai saat ini sudah ada 12 saksi yang diperiksa terkait kasus ini.

Jangan Diintervensi

Duka mendalam dirasakan Erlita Hidayat, ibunda almarhum Andi Audi Pratama. Berkerudung hitam, raut mukanya terlihat sayu. Bekas tangis membayang jelas di dua kelopak matanya. Bersama suaminya, Andi Ardi Sukribaso, mereka kemarin bertemu Plt Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.

Basuki sengaja mengundang keduanya untuk mengetahui peristiwa tawuran pelajar tersebut. Erlita menuturkan, anaknya tidak pernah ingin berkelahi. Kejadian pada Jumat (7/ 11) malam itu pun bukan atas kemauannya. Pada malam itu anaknya dijemput kedua temannya yang masih berseragam sekolah. ”Padahal anak saya sudah di rumah, mau istirahat. Dia keluar tanpa seragam dan tak pamit orang tua,” katanya.

Erlita mengatakan, saat itu dirinya tak ada di rumah karena sedang menengok orang tuanya yang sakit, sementara suaminya sudah tidur. Erlita menduga anaknya dipaksa karena sering terjadi kawan-kawannya mengajak pergi dengan dalih solidaritas. Dia menegaskan, anaknya sangat tidak siap untuk berkelahi.

”Anak-anak kan suka tuh ngomong lo enggak ikut berarti enggak solid, enggak asyik, eh anak saya ditinggalkan saat kejadian,” katanya haru. Dia sangat menyesalkan peristiwa itu. Apalagi anaknya dibiarkan tergeletak begitu saja dengan luka menganga di sekujur tubuh. Kawan-kawannya yang mengajak berkelahi ternyata malah kabur. ”Mana yang namanya solid itu, solid kok ditinggalkan?” katanya.

Erlita mengaku sudah merelakan kepergian putranya. Meski demikian, dia meminta proses hukum tetap berjalan. Dia juga meminta tidak ada intervensi dalam kasus ini. Siapa pun yang berbuat harus bertanggung jawab. ”Termasuk kalau (pelaku) anak pejabat mana, pokoknya tidak peduli, (kalau) salah harus dipertanggungjawabkan,” katanya.

Tapi terpenting dari itu, dia berharap kasus-kasus tawuran pelajar bisa dihentikan. Sementara itu, informasi yang berkembang menyebutkan, tawuran antara SMAN 109 dengan SMAN 60 dipicu akun Twitter @JalurSMA. Akun itu berisi provokasi yang memancing para pelajar itu untuk berkelahi.

Awalnya akun itu berkicau tentang perkelahian yang dimenangi SMAN 60. Dari situ terjadi perang kicauan (tweet war) dan saling ejek. Ujung-ujungnya kelompok pelajar itu sepakat bertemu untuk tawuran. Ironisnya, ketika terjadi insiden di Warung Buncit yang menewaskan Andi Audi, akun provokatif itu malah memberitakan perkelahian itu dan mengucapkan selamat.

”#Lateinfo barusan pukul 11 malam di depan mall pejaten psycho vs sersan109 di menangkan oleh psycho...Congrats!!!,” tulis akun tersebut seusai kejadian pada 7 November. Polisi mengaku masih menyelidiki akun ini.

Helmi syarif/Sindonews.com
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7874 seconds (0.1#10.140)