Puluhan Penggali Kabel Keracunan Makanan
A
A
A
KEDIRI - Sedikitnya 27 orang penggali tanah untuk saluran kabel menderita keracunan makanan. Puluhan pekerja dari Purwodadi, Jawa Tengah (Jateng), ini menjalani perawatan di Puskesmas Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, setelah mengonsumsi makanan yang dibeli dari warung di sekitar lokasi penggalian.
Dokter umum di puskesmas itu, dr Imron menuturkan, para pasien dibawa ke rumah sakit pada siang hari. Kondisi mereka rata-rata mengalami dehidrasi sedang dan ringan. Mereka hingga saat ini masih mendapatkan perawatan. “Saat dibawa ke puskesmas, mereka mengalami dehidrasi dengan kondisi sedang dan ringan.
Tidak ada pasien yang syok dan saat ini masih tahap stabilisasi,” katanya dikonfirmasi terkait dengan kondisi pasien, kemarin. Ia mengatakan, kondisi para pasien saat ini sudah mulai ada yang membaik. Dalam tempo waktu antara 1-2 hari, dipastikan mereka sudah bisa pulang dari rumah sakit. Untuk sementara mereka dalam pengawasan tim medis puskesmas sampai kondisinya membaik.
Untuk saat ini pihaknya juga sudah koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri dan rencananya akan meneliti dengan mengambil sampel makanan yang diduga menyebabkan mereka keracunan. “Kami rawat dulu pasien dan nanti akan mengambil bahan yang dicurigai (penyebab keracunan massal),” ujarnya.
Puluhan orang yang bekerja di penggalian kabel di wilayah Desa/Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, mengalami keracunan setelah mengonsumsi makam malam pada Kamis (6/11). Mereka merasa mual, muntah, pusing, serta mengalami diare. Sunardi, salah seorang korban keracunan mengatakan, dia dengan rekan-rekannya makan sayur lodeh nangka muda serta lauk telur.
Sayur itu dibeli dari warung yang berjualan di dekat tempat tinggal mereka. Mereka makan malam bergantian ditempat itu secara bergerombol. Saat makan, sayur itu juga dirasa tidak ada yang aneh, seperti sudah basi ataupun rasa aneh lainnya. “Saya makan setelah magrib dan sekitar pukul 23.00 WIB baru terasa mulas, sering ke belakang. Tidak hanya saya, mayoritas teman juga mengalami hal sama,” katanya.
Sunardi, warga Grobokan, Purwodadi, Jateng, mengatakan, di tempat itu ada sekitar 63 rekannya yang sama-sama bekerja menggali tanah. Mereka mulai bekerja pada Minggu (2/11) dan tinggal bersama dalam satu tempat. Saat ini ia mengaku kondisinya masih lemas, tapi diare sudah berkurang. Ia berharap secepatnya segera pulih dan bisa menghubungi keluarga di rumah.
Telepon seluler yang ia punya tertinggal di tempat kontrakan sehingga belum bisa menghubungi keluarga. Sementara itu, Pasiman, rekan korban, mengaku kondisinya tidak terlalu parah sehingga tidak harus menjalani rawat inap. Ia merasa perutnya mulas, tapi tidak terlalu parah seperti rekan-rekannya. “Sebenarnya agak mulas, tapi sudah membaik sekarang,” katanya.
Solichan arief/ant
Dokter umum di puskesmas itu, dr Imron menuturkan, para pasien dibawa ke rumah sakit pada siang hari. Kondisi mereka rata-rata mengalami dehidrasi sedang dan ringan. Mereka hingga saat ini masih mendapatkan perawatan. “Saat dibawa ke puskesmas, mereka mengalami dehidrasi dengan kondisi sedang dan ringan.
Tidak ada pasien yang syok dan saat ini masih tahap stabilisasi,” katanya dikonfirmasi terkait dengan kondisi pasien, kemarin. Ia mengatakan, kondisi para pasien saat ini sudah mulai ada yang membaik. Dalam tempo waktu antara 1-2 hari, dipastikan mereka sudah bisa pulang dari rumah sakit. Untuk sementara mereka dalam pengawasan tim medis puskesmas sampai kondisinya membaik.
Untuk saat ini pihaknya juga sudah koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri dan rencananya akan meneliti dengan mengambil sampel makanan yang diduga menyebabkan mereka keracunan. “Kami rawat dulu pasien dan nanti akan mengambil bahan yang dicurigai (penyebab keracunan massal),” ujarnya.
Puluhan orang yang bekerja di penggalian kabel di wilayah Desa/Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, mengalami keracunan setelah mengonsumsi makam malam pada Kamis (6/11). Mereka merasa mual, muntah, pusing, serta mengalami diare. Sunardi, salah seorang korban keracunan mengatakan, dia dengan rekan-rekannya makan sayur lodeh nangka muda serta lauk telur.
Sayur itu dibeli dari warung yang berjualan di dekat tempat tinggal mereka. Mereka makan malam bergantian ditempat itu secara bergerombol. Saat makan, sayur itu juga dirasa tidak ada yang aneh, seperti sudah basi ataupun rasa aneh lainnya. “Saya makan setelah magrib dan sekitar pukul 23.00 WIB baru terasa mulas, sering ke belakang. Tidak hanya saya, mayoritas teman juga mengalami hal sama,” katanya.
Sunardi, warga Grobokan, Purwodadi, Jateng, mengatakan, di tempat itu ada sekitar 63 rekannya yang sama-sama bekerja menggali tanah. Mereka mulai bekerja pada Minggu (2/11) dan tinggal bersama dalam satu tempat. Saat ini ia mengaku kondisinya masih lemas, tapi diare sudah berkurang. Ia berharap secepatnya segera pulih dan bisa menghubungi keluarga di rumah.
Telepon seluler yang ia punya tertinggal di tempat kontrakan sehingga belum bisa menghubungi keluarga. Sementara itu, Pasiman, rekan korban, mengaku kondisinya tidak terlalu parah sehingga tidak harus menjalani rawat inap. Ia merasa perutnya mulas, tapi tidak terlalu parah seperti rekan-rekannya. “Sebenarnya agak mulas, tapi sudah membaik sekarang,” katanya.
Solichan arief/ant
(bbg)