Pekerja Seks di Hong Kong Mulai Khawatir Berada di Kota Teraman Asia

Kamis, 06 November 2014 - 17:37 WIB
Pekerja Seks di Hong...
Pekerja Seks di Hong Kong Mulai Khawatir Berada di Kota Teraman Asia
A A A
Pembunuhan dua warga Indonesia Sumarti Ningsih dan Seneng Mujiasih di Hong Kong menjadi alarm yang mengingatkan para perempuan untuk lebih berhatihati ketika bekerja.

Terbukti di salah satu kota teraman di Asia, perempuan pekerja masih rentan menjadi target kekerasan. Lantaran peristiwa tersebut, sejumlah tenaga kerja wanita yang kebetulan juga berprofesi sebagai pekerja seks komersial part time di Hong Kong mulai berhati-hati. Mereka mulai takut menjadi korban selanjutnya.

“Saya bisa mendapatkan lebih banyak uang di Hong Kong. Namun, setelah kasus pembunuhan ini, saya mulai takut. Mungkin saya akan kembali saja ke desa,” kata Noon, seorang PSK asal Thailand. Noon memilih mengambil sikap waspada daripada mati konyol di negeri orang meski gelimang harta bisa didapatkan secara gampang di wilayah bekas koloni Inggris tersebut.

Mudahnya mencari uang di Hong Kong sebagai PSK kerap menjadi salah satu alasan kenapa tenaga kerja wanita yang awalnya hanya menjadi seorang pembantu rumah tangga memilih menjadi wanita penghibur. Lebih-lebih hiburan malam Hong Kong memungkinkan hal tersebut. Ditambah Hong Kong adalah destinasi wisatawan dunia. Hong Kong menjadi pilihan para PSK untuk mengumpulkan uang lantaran tingkat keamanannya yang sangat tinggi serta bayaran yang menggiurkan.

Sebagian besar PSK yang hijrah ke Hong Kong dilatarbelakangi kesulitan ekonomi. Mereka rata-rata berasal dari Filipina, Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Dengan bekerja di Hong Kong, mereka berharap dapat menemukan kehidupan yang lebih baik. Angka kematian akibat pembunuhan yang begitu rendah juga menjadi daya tarik bagi PSK untuk datang ke Hong Kong.

Di sini sangat jarang terdengar ada kekerasan fisik yang dialami PSK, sedangkan jumlah kematian akibat pembunuhan juga terbilang minim. Tahun ini hanya ada 12 kasus pembunuhan. Para PSK bekerja di bawah seorang mucikari. Merekalah yang bertugas memantau anakanaknya bekerja dengan benar dan terhindar dari kekerasan fisik. Mereka pula orang yang menyediakan tempat tinggal bagi para PSK. Namun, setelah insiden pembunuhan Ningsih dan Mujiati, para PSK Hong Kong kini mulai cemas.

Mucikari terbukti tak lagi bisa melindungi mereka dari ancaman kekerasan dan pembunuhan. Sayangnya, sejumlah mucikari enggan dituding tak lagi bisa melindungi. Ningsih dan Mujiati ditengarai bukan PSK profesional yang bekerja di bawah mucikari. Ini bisa terjadi karena di distrik Wanchai banyak sekali dijumpai PSK ilegal yang biasa bekerja paruh waktu. Mereka membanjiri Lockhart Road berharap dapat berkencan dengan pria-pria Barat dengan berakhir menjadi sepasang kekasih.

Para perempuan seperti inilah yang paling rentan menjadi korban sebab mereka tidak memiliki mucikari yang bisa dimintai pertolongan. Mereka biasanya datang ke pub-pub untuk mencari pacar atau mencoba mengembangkan hubungan intim dengan orang asing. Kadang mereka mengambil uang dari kencannya, tapi kadang juga tidak.

Menurut Zi Teng Lee, seorang penduduk yang tinggal di sekitar distrik Wanchai, gerbang pertama seorang perempuan masuk dunia perdagangan seks adalah berkencan dengan turis atau bekerja di pub. Melalui gerbang inilah, para PSK part time bisa mendapatkan ribuan dolar Hong Kong dalam semalam.

Rini Agustina
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0729 seconds (0.1#10.140)