Kandidat MNCTV Pahlawan Tebarkan Semangat Bantu Sesama
A
A
A
JAKARTA - Konferensi Pers MNCTV Pahlawan untuk Indonesia 2014 digelar Selasa (4/11) di Hotel NEO, Jalan Wolter Monginsidi, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
10 kandidat MNCTV Pahlawan untuk Indonesia 2014 yang sudah melalui tahap penjurian akhir diperkenalkan langsung kepada media.
Sebelumnya, seluruh kandidat yang berasal dari berbagai daerah di seluruh penjuru Nusantara tersebut tiba di Jakarta pada Senin (3/11).
Hadir sebagai pembicara S.N Suwisma (Direktur Utama MNCTV), Kanti Mirdiati (Managing Director MNCTV), Ruby Panjaitan (Finance, Technology, and Legal Director MNCTV).
Para juri eksternal yaitu Imam Prasodjo (sosiolog), Marco Kusumawijaya (arsitek dan pengamat perkotaan), dan Anne Avantie (perancang busana dan aktivis sosial), serta juri kehormatan Prof. Achmad Syafi’i Ma’arif (cendekiawan).
Tak ketinggalan public figure yang menjadi Sahabat Pahlawan juga hadir dalam acara ini, di antaranya aktor kawakan Didi Petet dan atlet sepeda gunung Risa Suseanty.
Sahabat Pahlawan adalah tokoh publik yang terpilih untuk membacakan sekilas profil dan memanggil kandidat ke atas panggung pada Malam Penganugerahan MNCTV Pahlawan untuk Indonesia 2014 nanti.
Untuk itu, Sahabat Pahlawan tentu sedikit banyak telah mengenal dan mengetahui kiprah para kandidat MNCTV Pahlawan untuk Indonesia. Hadir pula Valentino Simanjuntak, yang akan menjadi pembawa acara Malam Penganugerahan MNCTV Pahlawan untuk Indonesia 2014.
Para juri mengaku sangat terharu mengikuti rangkaian demi rangkaian penjurian karena kisah kesepuluh kandidat sangat menyentuh hati. Pengorbanan, kegigihan, dan semangat para kandidat yang berasal dari beragam bidang berbeda tersebut bahkan sempat membuat suasana penjurian tahap akhir diwarnai isak tangis.
“Masih banyak yang melakukan kegiatan dengan sukarela, memberdayakan masyarakat sekitar. Kita harapkan hal ini terus bergulir dan kita harapkan generasi berikutnya melakukan kegiatan yang seperti itu.” ujar Ruby Panjaitan, Finance, Technology, and Legal Director MNCTV.
Juri kehormatan, Prof Achmad Syafi’i Ma’arif pun menambahkan, “Kalau bisa riwayat mereka juga ditulis dan diedarkan ke DPR supaya mereka paham kita punya potensi anak bangsa yang dengan segala keterbatasannya tapi berbuat yang luar biasa,” ungkapnya.
Sementara 10 kandidat MNCTV Pahlawan untuk Indonesia 2014 tanpa canggung mengutarakan sekilas kisah, niat mulia, dan impiannya di depan para juri dan awak media.
Achmad Nuril, kandidat asal Banten yang sudah 25 tahun bergelut di bidang ekonomi dan pengembangan masyarakat berbagi kisahnya yang tanpa mengenal lelah mendidik anak anak jalanan agar bisa berkarya dan memiliki penghasilan lewat produksi lukisan, kaos, dan logo.
Nuril juga menceritakan ia menganggap seluruh anak jalanan tersebut sebagai anak kandungnya sendiri. Tak heran, ia tak sungkan memandikan anak anak jalanan tersebut.
Kandidat lainnya, Ai Dewi yang sudah 22 tahun mengabdikan dirinya menjadi pengajar di Suku Baduy berbagi pengalaman saat ia harus menceburkan diri ke sungai karena ketakutan dikejar gerombolan anjing hutan saat hendak pergi mengajar. Saat itu, ia bahkan merasa ajalnya sudah dekat.
Lain lagi dengan Asia Pananrangi yang berasal dari Bone, Sulawesi Selatan.
Ia teguh menerjunkan diri ke sebuah desa yang ditinggali 440 warga berpenyakit kusta.
Dia gigih menyembuhkan para penderita kusta, karena ingin menghapus anggapan bahwa penyakit kusta adalah penyakit kutukan. Tak berhenti di situ, setelah sembuh, Asia juga memberikan pelatihan dan pendampingan dalam bentuk pendidikan dan kelompok usaha.
Perkenalan kandidat dilanjutkan dengan mengenalkan I Made Sumasa, yang sejak tahun 2009 mengumpulkan nelayan di pesisir Desa Tuban untuk berbudidaya tanpa merusak habitat alam. Hasilnya, daerah asalnya kini terkenal dengan kepiting bakau yang besar. Bahkan kepiting bakau itu juga diekspor ke luar negeri.
Sementara Martha Kewuan bercerita tentang kegiigihannya untuk memajukan perekonomian di daeahnya. Ia rela keluar dari pekerjaannya di pabrik tenun untuk membina kelompok tani dan mendirikan sekolah gratis. Untuk melakukan kegiatan sosialnya, setiap hari ia berjalan dari satu dusun ke dusun lainnya.
Keharuan bertambah saat Masnawan Siregar, mengisahkan tabungan hajinya yang ia kuras demi membangun sekolah. Tak berhenti di situ, rumahnya pun ia jual agar bisa membeli tanah untuk membangun sekolah.
Hasil kebun sayurnya juga ia relakan agar kegiatan sekolah terus berjalan. Ia tak mau generasi penerus memiliki nasib sama seperti dirinya yang tidak tamat SD.
Kandidat lainnya, T.O Suprapto menyatakan impiannya bahwa kelak generasi muda harus banyak yang bercita cita menjadi petani. Ia ingin membangun stigma bahwa petani juga merupakan pekerjaan yang terhormat. Tak hanya membangun pertanian terpadu, ia juga menyekolahkan remaja remaja berpotensi ke Fakultas Pertanian.
Rasino, kandidat MNCTV Pahlawan untuk Indonesia tak kalah mencuri perhatian. Ia yang tunanetra sejak lahir, tanpa canggung menceritakan bahwa pengalaman menjadi salah satu kandidat MNCTV Pahlawan untuk Indonesia adalah sekaligus mewujudkan impian ibunya yang ingin melihat anaknya bisa tampil di televisi.
Rasino yang tetap gigih melestarikan seni karawitan pada ribuan anak di Karanganyar, Solo, Jawa Tengah ini juga mengaku akan tetap mengajar sampai kapanpun.
Kekaguman pada para kandidat semakin bertambah, saat kandidat yang paling tua yaitu Untung Sutrisno bercerita tentang pengalamannya yang bisa menjadikan wilayah di Situbondo, Jawa Timur yang semula selalu banjir menjadi tidak banjir lagi.
Tak hanya itu, kandidat berusia 63 tahun ini juga selalu berusaha menciptakan kerukunan dan keharmonisan hidup dengan memersatukan seluruh unsur agama lewat beragam kegiatan. Rasa bangga juga tercipta saat Ziaul Haq Nawawi berbicara. Kandidat asal Selayar, Sulawesi Selatan ini merupakan lulusan Universitas Hasanuddin.
Namun pendidikan tinggi yang dimilikinya tak lantas membuatnya lupa untuk mengabdikan diri bagi masyarakat. Ia mendedikasikan diri untuk memajukan ekonomi warga pesisir lewat beragam kelompok usaha binaannya.
Pada intinya, 10 kandidat MNCTV Pahlawan untuk Indonesia 2014 memperlihatkan kepekaan dan keihlasan mereka untuk membantu sesama. Di tengah keterbatasan yang mereka miliki, mereka mampu berbuat, bahkan tanpa mengharap bantuan apapun dari pemerintah.
Hasil penjurian tahap akhir kemudian dibawa ke Rapat Pleno bersama dua juri kehormatan yaitu CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo dan cendekiawan Prof. Buya Syafii Ma’arief.
Selanjutnya, MNCTV akan menggelar Malam Penganugerahan MNCTV Pahlawan untuk Indonesia 2014 di Studio MNCTV, Jln. Pintu II TMII, Jakarta Timur pada Kamis malam (6/11). Acara tersebut akan ditayangkan tepat pada Hari Pahlawan 10 November mendatang.
10 kandidat MNCTV Pahlawan untuk Indonesia 2014 yang sudah melalui tahap penjurian akhir diperkenalkan langsung kepada media.
Sebelumnya, seluruh kandidat yang berasal dari berbagai daerah di seluruh penjuru Nusantara tersebut tiba di Jakarta pada Senin (3/11).
Hadir sebagai pembicara S.N Suwisma (Direktur Utama MNCTV), Kanti Mirdiati (Managing Director MNCTV), Ruby Panjaitan (Finance, Technology, and Legal Director MNCTV).
Para juri eksternal yaitu Imam Prasodjo (sosiolog), Marco Kusumawijaya (arsitek dan pengamat perkotaan), dan Anne Avantie (perancang busana dan aktivis sosial), serta juri kehormatan Prof. Achmad Syafi’i Ma’arif (cendekiawan).
Tak ketinggalan public figure yang menjadi Sahabat Pahlawan juga hadir dalam acara ini, di antaranya aktor kawakan Didi Petet dan atlet sepeda gunung Risa Suseanty.
Sahabat Pahlawan adalah tokoh publik yang terpilih untuk membacakan sekilas profil dan memanggil kandidat ke atas panggung pada Malam Penganugerahan MNCTV Pahlawan untuk Indonesia 2014 nanti.
Untuk itu, Sahabat Pahlawan tentu sedikit banyak telah mengenal dan mengetahui kiprah para kandidat MNCTV Pahlawan untuk Indonesia. Hadir pula Valentino Simanjuntak, yang akan menjadi pembawa acara Malam Penganugerahan MNCTV Pahlawan untuk Indonesia 2014.
Para juri mengaku sangat terharu mengikuti rangkaian demi rangkaian penjurian karena kisah kesepuluh kandidat sangat menyentuh hati. Pengorbanan, kegigihan, dan semangat para kandidat yang berasal dari beragam bidang berbeda tersebut bahkan sempat membuat suasana penjurian tahap akhir diwarnai isak tangis.
“Masih banyak yang melakukan kegiatan dengan sukarela, memberdayakan masyarakat sekitar. Kita harapkan hal ini terus bergulir dan kita harapkan generasi berikutnya melakukan kegiatan yang seperti itu.” ujar Ruby Panjaitan, Finance, Technology, and Legal Director MNCTV.
Juri kehormatan, Prof Achmad Syafi’i Ma’arif pun menambahkan, “Kalau bisa riwayat mereka juga ditulis dan diedarkan ke DPR supaya mereka paham kita punya potensi anak bangsa yang dengan segala keterbatasannya tapi berbuat yang luar biasa,” ungkapnya.
Sementara 10 kandidat MNCTV Pahlawan untuk Indonesia 2014 tanpa canggung mengutarakan sekilas kisah, niat mulia, dan impiannya di depan para juri dan awak media.
Achmad Nuril, kandidat asal Banten yang sudah 25 tahun bergelut di bidang ekonomi dan pengembangan masyarakat berbagi kisahnya yang tanpa mengenal lelah mendidik anak anak jalanan agar bisa berkarya dan memiliki penghasilan lewat produksi lukisan, kaos, dan logo.
Nuril juga menceritakan ia menganggap seluruh anak jalanan tersebut sebagai anak kandungnya sendiri. Tak heran, ia tak sungkan memandikan anak anak jalanan tersebut.
Kandidat lainnya, Ai Dewi yang sudah 22 tahun mengabdikan dirinya menjadi pengajar di Suku Baduy berbagi pengalaman saat ia harus menceburkan diri ke sungai karena ketakutan dikejar gerombolan anjing hutan saat hendak pergi mengajar. Saat itu, ia bahkan merasa ajalnya sudah dekat.
Lain lagi dengan Asia Pananrangi yang berasal dari Bone, Sulawesi Selatan.
Ia teguh menerjunkan diri ke sebuah desa yang ditinggali 440 warga berpenyakit kusta.
Dia gigih menyembuhkan para penderita kusta, karena ingin menghapus anggapan bahwa penyakit kusta adalah penyakit kutukan. Tak berhenti di situ, setelah sembuh, Asia juga memberikan pelatihan dan pendampingan dalam bentuk pendidikan dan kelompok usaha.
Perkenalan kandidat dilanjutkan dengan mengenalkan I Made Sumasa, yang sejak tahun 2009 mengumpulkan nelayan di pesisir Desa Tuban untuk berbudidaya tanpa merusak habitat alam. Hasilnya, daerah asalnya kini terkenal dengan kepiting bakau yang besar. Bahkan kepiting bakau itu juga diekspor ke luar negeri.
Sementara Martha Kewuan bercerita tentang kegiigihannya untuk memajukan perekonomian di daeahnya. Ia rela keluar dari pekerjaannya di pabrik tenun untuk membina kelompok tani dan mendirikan sekolah gratis. Untuk melakukan kegiatan sosialnya, setiap hari ia berjalan dari satu dusun ke dusun lainnya.
Keharuan bertambah saat Masnawan Siregar, mengisahkan tabungan hajinya yang ia kuras demi membangun sekolah. Tak berhenti di situ, rumahnya pun ia jual agar bisa membeli tanah untuk membangun sekolah.
Hasil kebun sayurnya juga ia relakan agar kegiatan sekolah terus berjalan. Ia tak mau generasi penerus memiliki nasib sama seperti dirinya yang tidak tamat SD.
Kandidat lainnya, T.O Suprapto menyatakan impiannya bahwa kelak generasi muda harus banyak yang bercita cita menjadi petani. Ia ingin membangun stigma bahwa petani juga merupakan pekerjaan yang terhormat. Tak hanya membangun pertanian terpadu, ia juga menyekolahkan remaja remaja berpotensi ke Fakultas Pertanian.
Rasino, kandidat MNCTV Pahlawan untuk Indonesia tak kalah mencuri perhatian. Ia yang tunanetra sejak lahir, tanpa canggung menceritakan bahwa pengalaman menjadi salah satu kandidat MNCTV Pahlawan untuk Indonesia adalah sekaligus mewujudkan impian ibunya yang ingin melihat anaknya bisa tampil di televisi.
Rasino yang tetap gigih melestarikan seni karawitan pada ribuan anak di Karanganyar, Solo, Jawa Tengah ini juga mengaku akan tetap mengajar sampai kapanpun.
Kekaguman pada para kandidat semakin bertambah, saat kandidat yang paling tua yaitu Untung Sutrisno bercerita tentang pengalamannya yang bisa menjadikan wilayah di Situbondo, Jawa Timur yang semula selalu banjir menjadi tidak banjir lagi.
Tak hanya itu, kandidat berusia 63 tahun ini juga selalu berusaha menciptakan kerukunan dan keharmonisan hidup dengan memersatukan seluruh unsur agama lewat beragam kegiatan. Rasa bangga juga tercipta saat Ziaul Haq Nawawi berbicara. Kandidat asal Selayar, Sulawesi Selatan ini merupakan lulusan Universitas Hasanuddin.
Namun pendidikan tinggi yang dimilikinya tak lantas membuatnya lupa untuk mengabdikan diri bagi masyarakat. Ia mendedikasikan diri untuk memajukan ekonomi warga pesisir lewat beragam kelompok usaha binaannya.
Pada intinya, 10 kandidat MNCTV Pahlawan untuk Indonesia 2014 memperlihatkan kepekaan dan keihlasan mereka untuk membantu sesama. Di tengah keterbatasan yang mereka miliki, mereka mampu berbuat, bahkan tanpa mengharap bantuan apapun dari pemerintah.
Hasil penjurian tahap akhir kemudian dibawa ke Rapat Pleno bersama dua juri kehormatan yaitu CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo dan cendekiawan Prof. Buya Syafii Ma’arief.
Selanjutnya, MNCTV akan menggelar Malam Penganugerahan MNCTV Pahlawan untuk Indonesia 2014 di Studio MNCTV, Jln. Pintu II TMII, Jakarta Timur pada Kamis malam (6/11). Acara tersebut akan ditayangkan tepat pada Hari Pahlawan 10 November mendatang.
(maf)