Lagi, Suspect Ebola Dirawat di RS Pare Kediri

Minggu, 02 November 2014 - 15:15 WIB
Lagi, Suspect Ebola Dirawat di RS Pare Kediri
Lagi, Suspect Ebola Dirawat di RS Pare Kediri
A A A
KEDIRI - Satu lagi pasien yang dicurigai terjangkit virus ebola dirawat di rumah sakit. Seorang pria 45 tahun asal Kediri yang baru pulang dari Liberia, Afrika, menjalani perawatan intensif di ruang isolasi khusus RSUD Pare karena menunjukkan gejala terserang virus maut itu. Kasus ini mirip dengan pasien di RSUD dr Soedono Madiun.

”Pasien dirawat sejak Jumat (31/10) dan kini ditempatkan di ruang melati. Dia datang dengan beberapa keluhan seperti rasa nyeri saat menelan sesuatu dan badan panas,” ujar juru bicara RSUD Pare Hari Susanto kemarin. Dia menjelaskan, tim medis kemudian melakukan pemeriksaan laboratorium lengkap meliputi tes darah, fungsi ginjal, liver, dan pemeriksaan malaria.

Hari menuturkan, sejauh ini belum dipastikan mengenai penyakit yang diderita pasien itu. Mengenai kemungkinan ebola, dia belum dapat memastikan. Hanya, tim medis perlu melakukan langkah-langkah sesuai dengan prosedur mengingat pasien mengaku baru melakukan perjalanan dari Liberia, salah satu negara paling parah terdampak ebola.

Kemunculan pasien suspect ebola ini mencuat sehari setelah kejadian serupa di Madiun. Muklis, warga Kecamatan Gemarang yang baru pulang dari kerja di Liberia (bukan Nigeria seperti tertulis kemarin), dirawat di RSUD dr Soedono karena mengalami demam tinggi, sakit kepala, diikuti muntah-muntah.

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, dia kemarin mengalami penurunan jumlah trombosit dan gangguan fungsi ginjal. ”Meski demikian kondisinya masih stabil,” kata Kepala Pelayanan Medik RSUD dr Soedono Syaiful Anwar.

Dia menjelaskan, hasil diagnosis sementara ini menunjukkan pasien positif mengidap penyakit malaria. Hanya, karena pernah berada di daerah endemis ebola, yang bersangkutan dicurigai terjangkit virus tersebut.

Sebagai konsekuensinya, penanganan dilakukan sesuai dengan standar Badan Kesehatan Dunia (WHO), antara lain perawat wajib mengenakan penutup kepala, kacamata pelindung, masker jenis N95, serta baju rangkap tiga. ”Penerapan SOP tersebut agar pasien tidak menularkan virus ke orang lain, terutama tenaga medis yang menanganinya,” ujar dia.

Syaiful menuturkan, pihaknya terus berkoordinasi dengan RSUD dr Soetomo Surabaya untuk melakukan pemantauan kondisi pasien. Jika kondisinya tidak membaik akan dirujuk ke Surabaya.

Sejumlah rekan kerja yang samasama bekerja di Liberia dengan Muklis menyatakan sudah menjalani tes medis secara berlapis dari WHO sehingga dinyatakan sehat.

Muklis dan 34 rekan lainnya asal Indonesia menjadi TKI sejak Maret 2014 untuk perusahaan kayu asal Malaysia di Buchanan Monrovia, Liberia. Mereka dipulangkan dari Liberia oleh Pemerintah Indonesia dan PBB untuk mencegah penyebaran virus ebola.

Rekan kerja Muklis, Kuncoro Sunyoto, warga Gemarang, Kabupaten Madiun, menegaskan dirinya dan para TKI lain telah menjalani serangkaian tes kesehatan untuk memastikan tidak terinfeksi ebola sebelum pulang ke Indonesia.

”Saya menjalani tes medis sebanyak enam kali saat akan keluar dari hutan menuju ke kota. Kemudian dua kali tes medis saat akan keluar dari Liberia,” ujar Kuncoro.

Saat perjalanan pulang ke Tanah Air, ia kembali menjalani tes medis sebanyak dua kali di Bandara Casablanca, Maroko, dan satu kali tes medis di Abu Dhabi, Qatar.

”Terakhir, saya kembali menjalani tes kesehatan di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta. Beberapa kali tes tersebut hasilnya sehat. Buktinya kami diperbolehkan pulang dan tidak dikarantina,” ungkapnya.

Menurut dia, selama bekerja, Muklis memang pernah sakit, yakni sakit malaria. Meski demikian, ia ragu bahwa Muklis terkena ebola. Sebab, jika positif ebola, ia akan langsung dikarantina WHO saat masih berada di Liberia dan tidak diizinkan kembali sebelum membaik.

Rekan kerja Muklis yang lain, Prasetyo, menambahkan, dalam pemulangan ke Tanah Air tersebut, Pemerintah RI melakukannya dalam dua gelombang. ”Gelombang pertama dipulangkan sebanyak lima orang yang dipulangkan dari Liberia pada tanggal 13 Oktober lalu,” tutur Prasetyo.

Adapun gelombang kedua dipulangkan29orangpada tanggal 22 Oktober lalu. Terdapat 8 TKI asal Madiun yang ikut bekerja di Liberia. Merekaberharapkondisi Muklis segera membaik dan segera pulang ke rumah.

Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama menegaskan, tidak semua orang yang baru kembali dari negaranegara terdampak ebola dan mengalami gejala demam dipastikan terjangkit virus tersebut. Kepastian itu akan diperoleh melalui pemeriksaan laboratorium.

”Seluruh sampel (pasien) memang harus diperiksa di lab Balitbangkes karena minimal harus memenuhi persyaratan BSL 3(bio-safety level 3 ) dengan ekstraksi virus di BSC 3,” kata dia di Jakarta kemarin.

Untuk pasien di Kediri, sampelnya juga sedang dikirimkan ke Balitbangkes. Untuk memastikan apakah ada ebola atau tidak, hal itu akan diketahui paling lambat 48 jam sesudah sampel tersebut diterima.

Tjandra menjelaskan, empat gejala yang lebih mengarah ke ebola bagi mereka yang baru pulang dari negara-negara terjangkit adalah demam yang tidak diketahui penyebabnya (fever of unknown origin), nyeri otot hebat, gangguan saluran cerna, dan manifestasi perdarahan.

Dalam kasus para TKI yang baru pulang dari Liberia itu, Tjandra mengungkapkan bahwa mereka tidak mengalami gejala sakit saat perjalanan pulang. Ini diketahui karena dirinya berada satu pesawat dengan mereka. Tjandra yang baru pulang dari Jenewa, Swiss, akhirnya satu perjalanan setelah transit di Bandara Abu Dhabi.

”Ada 29 orang WNI yang kembali dari Liberia. Selama di pesawat tidak ada satu pun penumpang yang sakit dan tidak ada yang memerlukan bantuan dokter,” kata dia. Mereka tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Minggu (26/10).

Yang pasti, menurut Tjandra, hingga saat ini belum ditemukan kasus positif terjangkit ebola di Indonesia. Begitu juga, tidak ada satu orang pun yang terkena virus MERS CoV atau sindrom pernapasan Timur Tengah.

Solichan arif/Neneng zubaedah/ant
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3760 seconds (0.1#10.140)