Jadi Relawan Demi Pengalaman

Sabtu, 01 November 2014 - 15:45 WIB
Jadi Relawan Demi Pengalaman
Jadi Relawan Demi Pengalaman
A A A
KATANYA jadi relawan itu menguras tenaga dan menyita waktu, sementara kita nggak dapat imbalan dalam bentuk apapun. Setuju nggak sih? Tapi, mengapa masih banyak anak muda yang rela dan semangat banget ngajuin diri jadi volunteer?

Bisa jadi sebagian dari kita nggak semangat saat mendengar kata relawan. Ya, relawan, sukarelawan, atau volunteeradalah mereka yang rela tanpa dibayar menyediakan waktu, tenaga, dan pikirannya dengan komitmen penuh untuk melakukan sesuatu tujuan tertentu dari sebuah organisasi atau kelompok. Mengapa seseorang rela melakukan banyak hal yang sifatnya pro bono? Dalam suatu kesempatan, founder dan koordinator AkBer (Akademi Berbagi) Indonesia Ainun Chomsun mengatakan bahwa menjadi volunteerternyata memiliki segudang manfaat.

Salah satunya kesempatan untuk membangun koneksi dan jaringan yang kuat bila seseorang menjadi volunteerdi sebuah organisasi sosial. Hal itu akan membuka kesempatan bagi para remaja untuk memperoleh teman, karier, hingga pekerjaan. Di negara maju seperti Amerika, misalnya, program volunteering disebut Ainun menjadi keharusan untuk siswa dan mahasiswa. Ini berbanding terbalik dengan Indonesia. Di sini banyak kaum muda malah tidak tahu apa itu volunteering.

Bureau of Labor Statistics (BLS) di Amerika mencatat bahwa selama 2012 hingga 2013, jumlah warga Amerika yang melakukan kegiatan volunteering mencapai 25,4% yang terhitung sangat tinggi. Pada 2011 saja tercatat ada 64,3 juta warga Amerika pernah menjadi relawan.

Berawal dari Musik

Rifanda Khalifah Putri mulai terjun ke dunia volunteerlewat event musik. Beberapa kali ia membantu ajang Ramadhan Jazz Festival bertempat di Plaza Masjid Cut Meutia Jakarta yang dihelat bakda salat tarawih. ”Tugas gue waktu itu adalah mendokumentasikan acara, mulai masuk para penonton di meja registrasi hingga bagaimana mereka menikmati acara musiknya,” celoteh Panda, begitu ia biasa disapa. Alida Rahmalia Awaluddin baru saja menjadi volunteer di acara Java Soundsfair 2014yang berlangsung pada 24 Oktober-26 Oktober 2014 kemarin.

Dilla, sapaan akrab Alida, menjadi bagian dari tim Social Network Management. ”Secara singkat, tugas gue adalah melakukan reportase langsung selama acara berlangsung melalui Twitter, serta menggalang pengguna sosial media untuk melihat live streamingacara Soundsfairdi YouTube,” ujarnya. Bahkan, Octaviany Stephanie punya pengalaman yang cukup banyak menjadi volunteer di berbagai acara musik besar, mulai Java Jazz, Java Rockin’Land, Java Soulnation Fest, hingga Java Soundsfair.

Pengalamannya pun berlimpah. Ia pernah menjadi liaison officer berbagai artis internasional. ”Intinya gue menjadi jembatan antara pihak artis dengan penyelenggara festival atau promotor,” tutur Fanny, sapaan akrabnya. ”Jadi gue ikut antar jemput artis ke bandara, membantu seluruh kegiatan mereka di sini, sampai mereka pulang ke negaranya,” imbuhnya.

Pengalaman Seru

Menjadi volunteersudah pasti kita akan dihadapkan pada berbagai hal yang serbabaru. Berhubungan dengan orangorang baru, datang ke tempat yang mungkin belum pernah dikunjungi sebelumnya, hingga diberi tugas yang memberikan tantangan besar. Nah, pengalaman seperti itulah yang rata-rata menjadi alasan mengapa banyak kaum muda mengajukan diri untuk jadi volunteer. ”Gue biasa jadi panitia acara kampus dan bekerja bareng teman-teman sendiri,” ujar Panda.

”Dengan jadi volunteer, gue bisa ngerasain bagaimana terlibat dalam eventyang dikelola oleh orang-orang profesional. Ini jelas menjadi pengalaman yang sangat berharga,” sebutnya. Siti Annisa, yang sudah beberapa kali berpengalaman menjadi LO di acara seperti Java Jazz, Java Rockin’Land,dan Java Soulnation Tes,mengatakan bahwa pengalaman yang didapatnya tidak terlupakan.”Gue bisa tahu bagaimana sih personality para artis internasional itu. Caranya mereka bekerja, juga kehebohan dan keriweuhan yang terjadi di balik panggung,” katanya.

Sementara, ilmu yang bisa ia dapat juga tidak ternilai. ”Gue belajar ilmu event organizer, ilmu bargaining, ilmu dealing, berkomunikasi langsung menggunakan bahasa Inggris, serta kedisiplinan yang membuat si artis menjadi populer dan diundang ke berbagai festival mancanegara,” katanya. Fanny mengatakan tugas sebagai LO sangat berat. Itu karena dia harus meng-handleberbagai permintaan artis yang beragam dan terkadang tidak disediakan si promotor. ”Misalnya ada penyanyi yang tiba-tiba minta pisang last minutesebelum tampil. Kami kan bingung bagaimana carinya. Pokoknya kalau jadi LO yang fans-nya banyak, pasti ngadepinnya bakal kewalahan,” kenangnya.

Jenisnya Beragam

The more you give, the more you get. Ungkapan ini memang paling cocok menggambarkan para relawan yang dengan kemauannya sendiri melakukan sesuatu tanpa pamrih, bekerja tanpa dimotivasi materi dan uang. Nah, kehadiran sosial media dan internet sangat mempermudah kamu untuk menjadi relawan. Sebab, ada banyak sekali perusahaan, organisasi, atau bahkan individual yang membutuhkan bantuan relawan untuk melakukan cause tertentu.

Kamu yang ingin coba-coba jadi relawan bisa mendaftar menjadi one-time volunteer, yakni mereka yang mungkin memiliki keterbatasan waktu, tidak memiliki ketertarikan, atau belum dapat berkomitmen untuk bergabung dalam waktu lama. Nah, kalau sudah cukup akrab dengan kegiatan volunteer, kamu bisa menjadi relawan reguler, yang memang memiliki kesediaan dan ketersediaan waktu untuk menyisihkan tenaga dan pikirannya untuk melakukan kegiatan tertentu.

Misalnya yang berbau sosial. Nah, karakter relawan pun beragam. Ada yang lebih suka menyumbangkan tenaganya, namun enggan berpikir rumit. Relawan seperti ini disebut do-ers. Ada pula yang lebih ingin menyumbang pikirannya, namun tidak memiliki waktu untuk menjalankan. Nah, tipe ini dilabeli think-ers.

RAHMAN HAKIM
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3434 seconds (0.1#10.140)