Politisi Golkar Suarakan Regenerasi

Jum'at, 31 Oktober 2014 - 18:30 WIB
Politisi Golkar Suarakan...
Politisi Golkar Suarakan Regenerasi
A A A
JAKARTA - Sejumlah tokoh Partai Golkar menginisiasi gerakan yang mendorong agar Musyawarah Nasional (Munas) 2015 mendatang menjadi wadah untuk regenerasi kepemimpinan.

Mereka meyakini posisi Partai Golkar yang saat ini berada di luar pemerintahan atau sebagai oposisi menjadi momentum tepat untuk menguatkan organisasi Golkar sebagai pembaharu. "Posisi Golkar selalu penting dan relevan dalam posisinya dan kehadirannya dalam berbangsa. Tetapi itu baru bisa terjaga dengan baik apabila Golkar tetap sebagai kekuatan pembaruan dan pembaharu," kata Ketua DPP Partai Golkar Hajriyanto, selaku salah satu inisiator gerakan tersebut, dalam acara silaturahmi di Jakarta kemarin.

Selain Hajriyanto, tokoh Golkar lainnya selaku inisiator antara lain Agun Gunanjar Sudarsa, Airlangga Hartarto, Melkyas Mekeng, Zainudin Amali, dan Agus Gumiwang Kartasasmita. Adapun tokoh Golkar yang hadir dalam acara tersebut antara lain Akbar Tanjung, Agung Laksono, Priyo Budi Santoso, dan Yorris Raweyai, serta puluhan kader Golkar lainnya.

Menurut Hajriyanto, eksistensi Partai Golkar dalam berbangsa adalah pembaharuan. Makaitu, Golkarharusterus-menerus meletakkan diri sebagai pembaharu. "Salah satunya adalah memastikan regenerasi. Kalau berhenti maka Partai Golkar sebagai kekuatan pembaharuan akan kehilangan relevansi kehadirannya dalam konteks Indonesia," ungkapnya.

Sekarang, lanjut dia, Golkar dalam momentum yang tepat dalam upaya memperbaharui dirinya. Dia mengungkapkan, saat ini untuk pertama kalinya dalam sejarah, Partai Golkar berada di luar pemerintahan. "Posisi berada di luar pemerintahan ini menjadi momentum yang sangat baik bagi Partai Golkar untuk perbaiki dirinya secara genuine," tandasnya.

Mantan wakil ketua MPR ini mengungkapkan, dirinya konsisten sejak awal reformasi menyuarakan bahwa Partai Golkar harus mau memulai perpolitikan baru untuk di luar pemerintahan dalam satu atau dua periode.

Tetapi, kata dia, Golkar memang selalu sulit untuk tidak tergoda. Namun, sekarang ternyata bisa dan momentum itu harus menjadikan Golkar sebagai partai yang demokratis. "Bukan sekadar prosedural, tetapi juga substansial sehingga perilaku di Munas nanti harus mencerminkan perilaku yang demokratis," ujarnya.

Agun Gunanjar menjelaskan, gerakan tersebut bukan upaya makar terhadap kepengurusan Golkar saat ini melainkan bentuk keprihatinan atas kondisi Golkar yang terus mengalami penurunan dari pemilu ke pemilu. Soal urgensi regenerasi kepemimpinan, Agun menjelaskan bahwa di Pemilu 2019 nanti mayoritas pemilih adalah generasi muda yang juga harus diimbangi pengelolaan partai dengan paradigma baru.

"Golkar pascareformasi dengan paradigmanya, dari tekanan pembubaran partai, kita berhasil lolos jadi nomor dua, lalu dengan masih adanya tekanan 2004 mampu menjadi pemenang. Tetapi di 2009 justru menurun, dan menurun lagi di 2014," katanya.

Padahal, kata dia, Pemilu 2019 dengan karakteristik yang berubah, banyak pemilih muda dan pemula yang semakin kritis. Ini membutuhkan perubahan paradigma yang mengharuskan partai melakukan regenerasi kepemimpinan. "Kalau yang muda tidak dilibatkan dalam regenerasi kepemimpinan di Munas mendatang, maka ini akan menjadi keterpurukan Partai Golkar," ungkapnya.

Sementara itu, Akbar Tanjung mengatakan bahwa kader muda Golkar sekarang ini banyak yang punya potensi dan kompetensi memimpin Golkar. Akbar tidak meragukan kiprah para inisiator serta calon ketua umum lainnya di Partai Golkar. "Rata-rata mereka 10 tahun di DPR, bahkan mungkin lebih. Dan boleh dikatakan, mereka adalah orang-orang terpilih dan menjadi aset bagi partai maupun bangsa," katanya.

Akbar bangga karena para generasi muda yang hendak mencalonkan diri tersebut merasa terpanggil untuk menciptakan kondisi yang lebih baik di tubuh Golkar. Karena itu, dia menghormati sikap para politisi muda tersebut. "Ada keprihatinan dari mereka. Memang itu adalah awal suatu panggilan.Mereka prihatin maka mereka terpanggil. Maka mereka muncul dan keterpanggilan mereka itu tidak ragu-ragu menyatakan akan maju sebagai ketum Partai Golkar," terangnya.

Namun demikian, Akbar mengungkapkan bahwa dalam kepemimpinan itu tidak perlu melihat dari aspek usia. Siapa pun yang terpanggil dipersilakan, sepanjang sesuai mekanisme yang sudah disepakati organisasi sepakati.

Rahmat sahid
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2129 seconds (0.1#10.140)