Kondisi Irak Pengaruhi Gerakan Radikalisme di Indonesia

Kamis, 30 Oktober 2014 - 15:38 WIB
Kondisi Irak Pengaruhi Gerakan Radikalisme di Indonesia
Kondisi Irak Pengaruhi Gerakan Radikalisme di Indonesia
A A A
JAKARTA - Kondisi Timur Tengah seperti Negara Irak dinilai berpengaruh terhadap perkembangan kelahiran kelompok radikal di Tanah Air.

Pasalnya, Irak memiliki daya tarik sentimen keagamaan yang kuat dengan masyarakat Indonesia. ”Gerakan apapun yang disana selalu berdampak dengan apa yang ada di Indonesia. Dan selalu banyak WNI di sana itu bercerita versi mereka, ditambah ditafsirkan sendiri. Itu rupanya disukai, apalagi teman-teman yang mudah meledak. Lalu jadilah gerakan di sini,” jelas pengamat terorisme Wawan Purwanto seusai diskusi tentang ”Penanganan Radikalisme dan Perdamaian Belajar dari Irak-Indonesia” di Jakarta kemarin.

Wawan mengatakan sebenarnya yang terjadi di Irak hanya 5- 10% kelompok yang radikal dan bergolak. Namun, pergerakan mereka dinilai lebih masif dan aktif hingga luar negeri. ”90% di Irakitumoderat. Tapi yang radikal itu kenceng suaranya, uangnya juga, suara, jaringan dan akses ke berbagai negara. Sementara yang moderat tidak melakukan apa pun,” ungkapnya. Apalagi, uang kelompok radikal juga sampai ke Indonesia dan diperkirakan sampai USD1.500 untuk pengiriman relawan ke Irak. Bahkan, sudah ada yang meninggal dunia karena melakukan aksi bom bunuh diri.

”Dari Indonesia lalu ke Malaysia, kemudian Istanbul lalu Mosul, misalnya. Tapi mereka juga dibekali dulu tentang cuaca, medan musuh,” katanya. Kepala Badan Nasional Penanggulan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Saud Usman mengakui ada kesamaan gerakan radikal di Irak dan Indonesia. Karena itu, pihaknya berbagi pengalaman terkait penanganan gerakan radikalisme di Irak.

”Kalau kita lihat para pelaku teror di Indonesia dengan di Irak, itu hal yang kita hadapi sama,” katanya. Menurut dia, munculnya gerakan radikal di Indonesia maupun di Irak disebabkan oleh pemahaman mengenai agama yang tidak menyeluruh. Ajaran agama menjadi menyimpang dan ditafsirkan secara subjektif. Penasihat Kepresidenan Irak Syekh Khaled Al Mulla mengatakan, penyebab adanya teror dan radikalisme merupakan akibat kebodohan. Mereka akhirnya mereduksi nilai-nilai agama ke arah yang destruktif.

”Di Irak yang terjadi bukan soal suku ataupun antarkelompok, melainkan lebih karena politik,” katanya.

Dita angga
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5900 seconds (0.1#10.140)