Potensi Besar Industri Kesehatan
A
A
A
Menghadapi MEA 2015 nanti ada beragam potensi lokal yang bisa dijadikan produk unggulan bagi Indonesia.
Salah satu industri yang belum digarap secara serius adalah potensi dari sumber- sumber tanaman. Selain dapat dijadikan bahan baku obat-obatan herbal, potensi ini juga bisa menjadi sumber makanan dan minuman.
Beberapa pelaku bisnis yang bergerak di sektor obat-obatan dari alam selama ini sukses berekspansi di pasar internasional, namun jumlah mereka masih sangat sedikit. Padahal, jika potensi lokal ini dimanfaatkan secara serius, sumber-sumber ini tidak hanya bermanfaat bagi bahan baku makanan dan kesehatan, tapi juga industri kecantikan.
Sayang, potensi sumbersumber lokal yang dikelola sejumlah perusahaan dalam negeri tersebut belum menjadi produk unggulan yang merambah ke penjuru dunia. Hal inilah yang diungkapkan Head of Divison Marketing Nutrifood Indonesia Susana di sebuah konferensi bertajuk Facing ASEAN Economic Community 2015 Through Product Development and Innovation Strategies, yang diselenggarakan PPM Manajemen, Kamis (23/10).
“Indonesia memiliki beragam potensialam yang bisa diproduksi sebagai obat-obatan herbal dan juga sumber makanan. Sumber daya ini berasal dari tanaman makanan yang berbeda dan rempah-rempah,” ungkap Susana.
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Subagus Wahyuono juga mengakui Indonesia kaya dengan bahan obat herbal, namun banyak yang belum dikelola dengan baik. Dia mencontohkan, produk herbal Indonesia umumnya tidak mempunyai keunikan untuk bersaing di tingkat global. Butuh kerja keras dari pemerintah dan industri herbal untuk menghadapi persaingan terbuka pada MEA mendatang. “Dunia akademis, bisnis, dan pemerintah harus bekerja bersama- sama demi kemandirian dan kemakmuran bangsa dan masyarakat Indonesia,” kata Subagus, Rabu (22/10).
Sektor kesehatan lain yang perlu mendapatkan perhatian guna menghadapi MEA adalah persaingan industri rumah sakit. Sejumlah negara ASEAN kini mempunyai andalan di bidang medical tourism. Ini merupakan pariwisata dengan tujuan eksklusif, yaitu untuk mendapatkan pelayanan medis. Secara global, medical tourism meningkat karena tingginya biaya perawatan kesehatan di negara-negara maju.
Negara-negara di Asia menjadi tujuan utama dalam wisata ini. Menurut data WHO, pariwisata medis tertinggi ada di India, Singapura, dan Thailand. Untuk ASEAN, rumah sakit di Thailand, Singapura, hingga Malaysia kini menawarkan sejumlah pelayanan di bidang kesehatan.
Pengamat bisnis Prasetiya Mulya Business School Agus W Soehadi menyebutkan, fungsi utama rumah sakit memang memberikan pelayanan kesehatan, namun perlu juga promosi untuk menarik wisatawan medis. Perlu kreasi bisnis agar banyak wisatawan medis yang datang dan mendapatkan nilai lebih dari sekadar berobat.
“Untuk medical tourism kita masih kalah dibanding beberapa negara lain di ASEAN seperti Thailand, Singapura dan Malaysia. Mereka sudah lebih dulu dan terus meningkatkan layanan kesehatan untuk mendatangkan turis asing,” tutur Agus.
Thailand rata-rata mampu memberikan layanan medis kepada 1,4 juta pasien asing per tahun. Jika Diasumsikan bahwa sekitar 30% dari seluruh pasien asing adalah wisatawan medis, maka ada sekitar 420.000 wisatawan yang datang ke Thailand hanya untuk berobat setiap tahunnya.
Nafi muthohirin/ Islahuddin
Salah satu industri yang belum digarap secara serius adalah potensi dari sumber- sumber tanaman. Selain dapat dijadikan bahan baku obat-obatan herbal, potensi ini juga bisa menjadi sumber makanan dan minuman.
Beberapa pelaku bisnis yang bergerak di sektor obat-obatan dari alam selama ini sukses berekspansi di pasar internasional, namun jumlah mereka masih sangat sedikit. Padahal, jika potensi lokal ini dimanfaatkan secara serius, sumber-sumber ini tidak hanya bermanfaat bagi bahan baku makanan dan kesehatan, tapi juga industri kecantikan.
Sayang, potensi sumbersumber lokal yang dikelola sejumlah perusahaan dalam negeri tersebut belum menjadi produk unggulan yang merambah ke penjuru dunia. Hal inilah yang diungkapkan Head of Divison Marketing Nutrifood Indonesia Susana di sebuah konferensi bertajuk Facing ASEAN Economic Community 2015 Through Product Development and Innovation Strategies, yang diselenggarakan PPM Manajemen, Kamis (23/10).
“Indonesia memiliki beragam potensialam yang bisa diproduksi sebagai obat-obatan herbal dan juga sumber makanan. Sumber daya ini berasal dari tanaman makanan yang berbeda dan rempah-rempah,” ungkap Susana.
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Subagus Wahyuono juga mengakui Indonesia kaya dengan bahan obat herbal, namun banyak yang belum dikelola dengan baik. Dia mencontohkan, produk herbal Indonesia umumnya tidak mempunyai keunikan untuk bersaing di tingkat global. Butuh kerja keras dari pemerintah dan industri herbal untuk menghadapi persaingan terbuka pada MEA mendatang. “Dunia akademis, bisnis, dan pemerintah harus bekerja bersama- sama demi kemandirian dan kemakmuran bangsa dan masyarakat Indonesia,” kata Subagus, Rabu (22/10).
Sektor kesehatan lain yang perlu mendapatkan perhatian guna menghadapi MEA adalah persaingan industri rumah sakit. Sejumlah negara ASEAN kini mempunyai andalan di bidang medical tourism. Ini merupakan pariwisata dengan tujuan eksklusif, yaitu untuk mendapatkan pelayanan medis. Secara global, medical tourism meningkat karena tingginya biaya perawatan kesehatan di negara-negara maju.
Negara-negara di Asia menjadi tujuan utama dalam wisata ini. Menurut data WHO, pariwisata medis tertinggi ada di India, Singapura, dan Thailand. Untuk ASEAN, rumah sakit di Thailand, Singapura, hingga Malaysia kini menawarkan sejumlah pelayanan di bidang kesehatan.
Pengamat bisnis Prasetiya Mulya Business School Agus W Soehadi menyebutkan, fungsi utama rumah sakit memang memberikan pelayanan kesehatan, namun perlu juga promosi untuk menarik wisatawan medis. Perlu kreasi bisnis agar banyak wisatawan medis yang datang dan mendapatkan nilai lebih dari sekadar berobat.
“Untuk medical tourism kita masih kalah dibanding beberapa negara lain di ASEAN seperti Thailand, Singapura dan Malaysia. Mereka sudah lebih dulu dan terus meningkatkan layanan kesehatan untuk mendatangkan turis asing,” tutur Agus.
Thailand rata-rata mampu memberikan layanan medis kepada 1,4 juta pasien asing per tahun. Jika Diasumsikan bahwa sekitar 30% dari seluruh pasien asing adalah wisatawan medis, maka ada sekitar 420.000 wisatawan yang datang ke Thailand hanya untuk berobat setiap tahunnya.
Nafi muthohirin/ Islahuddin
(ars)