Membangun Kota lewat Kreativitas

Minggu, 26 Oktober 2014 - 16:50 WIB
Membangun Kota lewat Kreativitas
Membangun Kota lewat Kreativitas
A A A
Bandung dikenal sebagai kota yang kaya komunitas kreatif. Berbagai komunitas yang mempunyai latar belakang berbeda tumbuh dan berkembang di Kota Kembang ini. Sejumlah komunitas ini mempunyai benang merah yang membuat mereka bisa dengan mudah disatukan, yaitu kreativitas.

Banyaknya komunitas yang berkembang diBandung membuat sejumlah orang menginisiasi terbentuknya BandungCreativeCityForum(BCCF). Ini sebuah forum dan organisasi lintas komunitas kreatif yang diharapkan bisa menghimpun semua komunitas untuk memberikan kontribusi bagi Kota Bandung secara bersama-sama. Komunitas yang dideklarasikan pada 21 Desember2008inisekarangmempunyai anggota 67 komunitas yang mempunyai hak suara. Awalnya jumlah anggota hanya 45 komunitas kreatif.

Komunitas yang tergabung sangat beragam mulai dari komunitas distro, musik, sindikasi desain, urban desain hingga angklung. Komunitas tidak hanya disatukan oleh hobi, tetapi juga ekonomi kreatif. Saat ini BCCF dipimpin Fiki Chikara Satari menggantikan Ridwan Kamil (kini Wali Kota Bandung) pada April tahun lalu. Fiki merupakan pelaku bisnis kreatif dengan bendera Airplane System Clothing. Menurut Fiki, prinsip BCCF adalah konektivitas, kolaborasi, dan komersial.

Fiki menyebutkan syarat dari setiap kegiatan komunitas adalah harus meninggalkan tiga jejak, yaitu jejak fisik, sosial, dan ekonomi. "Dulu pada awal pembentukan kami menggelar Helar Festival (HelarFest) yang berisi tentang 31 kegiatan yang dilakukan 31 komunitas di tempat dan waktu yang berbeda selama satu setengah bulan," kata Fiki kepada KORAN SINDO (24/10).

Dalam rentang waktu lebih dari lima tahun, BCCF telah menggelar sekitar 150 event di Bandung. Selain HelarFest yang berupa rangkaian kegiatan perayaan (festival kota), BCCF juga pernah menggelar Creative Entrepreneur Network (CEN) pada Mei 2009. Lalu pada 2010, BCCF membuat program Semarak Bandung yang berupa rangkaian kegiatan kreatif dengan tujuan mengintervensi ruang publik Kota Bandung berupa Reka Kota, Nyala Bdg Gedung Merdeka, dan Bragakeun Bragaku. Sementara itu pada 2011 BCCF bermitra dengan United Nations Environment Programme (UNEP) dan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) turut menyukseskan program TUNZA International Children and Youth Conference on Environment.

Pada saat itu juga dideklarasikan Babakan Siliwangi World City Forest yang menetapkan kawasan tersebut sebagai Hutan Kota Dunia yang wajib dijaga bersama. Sebelumnya, hutan kota Bandung itu hampir jatuh ke tangan swasta. Kini hutan kota Bandung berfungsi sebagai salah satu paru-paru kota yang sekaligus memiliki manfaat sosial tinggi. BCCF berperan dalam mengembangkan Taman Dago menjadi taman kreatif.

Sejak didirikan, BCCF tidak pernah absen menggelar kegiatan tahunan. Tidak hanya membuat kegiatan tahunan, BCCF mendorong pemerintah membuat ruang-ruangpublikbagi komunitas. Bukan hanya berharap dari pemerintah, BCCF juga menyediakan ruang kreatif bernama Bandung Creative Hub (BCH) yang familier disebut Simpul Space I yang bertempat di Jalan Ir H Juanda No 329 Bandung. Tahun 2012, BCCF meresmikan sebuah ruang publik lain, yaitu Simpul Space II yang beralamat di Jalan Purnawarman No 70 Bandung.

"Kegiatan yang kami lakukan tidak bergantung kepada pemerintah. Kami juga menggalang dana dari masyarakat seperti bekerja sama dengan kitabisa.com. Kami terus berusaha survive dan independen," urai pria kelahiran 3 Februari 1976 yang juga peraih gelar master bidang ekonomi dari Universitas Padjadjaran (2005) ini.

Bahkan sejak Kang Emil, begitu Ridwan Kamil biasa disapa, ketua BCCF pertama menjabat sebagai wali kota Bandung, Fiki mengaku mulai menjaga jarak dengan pemerintah kota. Dia menjaga jarak dengan pendanaan dari pemerintah. Fokus dan orientasi kegiatan mereka pun kini tidak banyak berhubungan dengan pembangunan fisik, tetapi lebih pada software seperti mental, kesadaran membuang sampah pada tempatnya, dan perilaku positif lain.

"Kang Emil merupakan sosok yang mengerti bagaimana melakukan pembangunan berbasis pada kreativitas. Dia telah membuat sejumlah taman dan tempat kreatif. Kami mendukung dengan cara fokus pada software ,” papar ayah tiga anak ini.

BCCF kini tidak hanya terkenal di Bandung, tetapi juga mempunyai jaringan di beberapa kota negara lain. Mereka tergabung dalam Southeast East Asian Creative Cities Network bersama tiga kota lain, yaitu Penang (Malaysia), Ciang Mai (Thailand), dan Cebu (Filipina). BCCF juga sering diundang dalam sejumlah forum internasional yang diadakan di sejumlah negara seperti Jerman, Prancis.

Setidaknya, apa yang dilakukan Fiki dengan BCCF menjadi satu bukti bahwa potensi kreatif anak-anak muda negeri ini bisa menjadi modal besar bagi kemajuan bangsa. Melalui jaringan kreatif yang dibangunnya, Fiki juga berharap gerakannya bisa diikuti anak-anak muda lain di Indonesia.

Saat ini, BCCF menjadi mitra Pemkot Bandung dalam pembangunan kota. Alhasil, citra Bandung sebagai kota kreatif semakin berkilap di bawah polesan Kang Emil dengan dukungan BCCF. Bandung pun perlahan-lahan bertransformasi menjadi kota yang humanis dan tertata serta mengakomodasi kepentingan publik. Inilah wujud semangat perubahan yang diimpikan Fiki dan BCCF.

Islahuddin
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3985 seconds (0.1#10.140)