Orang Lingkaran Istana Jadi Capim KPK, Pansel Dipertanyakan
A
A
A
JAKARTA - Langkah Panitia Seleksi (Pansel) Calon Pimpinan (Capim) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2014-2018 yang menetapkan Roby Arya Brata sebagai salah satu kandidat capim KPK, dikritik.
Roby merupakan Kepala Bidang Hubungan Luar Negeri Sekretariat Kabinet (Seskab) alias orang lingkaran Istana.
"Saya juga heran, pansel KPK seperti tidak hati-hati. Mestinya jalinan seperti itu dibuat sebagai bagian dari penilaian," kata Direktur Lingkar Madani Untuk Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti kepada Sindonews, Kamis 16 Oktober 2014 malam.
Bagaimanapun, lanjut dia, ketika Roby mendaftarkan diri sebagai salah satu calon pimpinan KPK adalah orang yang pernah terlibat dengan urusan-urusan istana.
"Kedekatan-kedekatan seperti ini, sejatinya, jadi bahan pertimbangan. Bukan diabaikan karena misalnya skor penilaiannya dari aspek teknis, manejemen, penguasaan masalah mumpuni," tuturnya.
Oleh karena itulah, menurut dia, pentingnya mengapa rekam jejak bagian penting dari penilaian.
"Seandainya Robi mendaftarkan diri misalnya stelah SBY lengser, tentu pertanyaan kedekatannya dengan presiden menjadi tidak relevan," ungkapnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan, kalau pada akhirnya Presiden SBY lebih mendorong Roby untuk diajukan ke DPR, maka asumsi kedekatan itu tak dapat dielakan.
"Di sini, kinerja pansel layak dilirik. Apa argumen tetapnya, mengapa bisa orang yang dekat dengan Presiden diajukan saat dimana nama sang anak presiden sedang disebut-sebut dalam beberapa kasus. Saya pikir, pansel KPK layak menjelaskan mengapa pilihan seperti ini bisa diputuskan mereka?," pungkasnya.
Roby merupakan Kepala Bidang Hubungan Luar Negeri Sekretariat Kabinet (Seskab) alias orang lingkaran Istana.
"Saya juga heran, pansel KPK seperti tidak hati-hati. Mestinya jalinan seperti itu dibuat sebagai bagian dari penilaian," kata Direktur Lingkar Madani Untuk Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti kepada Sindonews, Kamis 16 Oktober 2014 malam.
Bagaimanapun, lanjut dia, ketika Roby mendaftarkan diri sebagai salah satu calon pimpinan KPK adalah orang yang pernah terlibat dengan urusan-urusan istana.
"Kedekatan-kedekatan seperti ini, sejatinya, jadi bahan pertimbangan. Bukan diabaikan karena misalnya skor penilaiannya dari aspek teknis, manejemen, penguasaan masalah mumpuni," tuturnya.
Oleh karena itulah, menurut dia, pentingnya mengapa rekam jejak bagian penting dari penilaian.
"Seandainya Robi mendaftarkan diri misalnya stelah SBY lengser, tentu pertanyaan kedekatannya dengan presiden menjadi tidak relevan," ungkapnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan, kalau pada akhirnya Presiden SBY lebih mendorong Roby untuk diajukan ke DPR, maka asumsi kedekatan itu tak dapat dielakan.
"Di sini, kinerja pansel layak dilirik. Apa argumen tetapnya, mengapa bisa orang yang dekat dengan Presiden diajukan saat dimana nama sang anak presiden sedang disebut-sebut dalam beberapa kasus. Saya pikir, pansel KPK layak menjelaskan mengapa pilihan seperti ini bisa diputuskan mereka?," pungkasnya.
(maf)