Rektor UMS Makin Diunggulkan Jadi Menteri Dikti dan Ristek
A
A
A
JAKARTA - Dukungan kepada Prof Bambang Setiaji untuk masuk dalam kabinet Joko Widodo semakin menguat. Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) ini dinilai cocok mengisi pos Menteri Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi.
Setelah sebelumnya Indonesian Research and Survei (IReS) dan Institute for Transformation Studies (Intrans), kini giliran IndoStrategi yang mengunggulkan Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) tersebut.
Hal itu terungkap dalam hasil riset IndoStrategi “Uji Publik Kandidat Menteri Jokowi-JK” yang dirilis di Hotel Alia, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (3/10/2014).
Riset IndoStrategi ini bersifat nasional dan menggunakan metode quesioner melalui telepon. Total responden adalah 380 tokoh yang terdiri dari birokrat, akademisi, profesional, dan aktivis. Riset dilaksanakan dari 21 September hingga 1 Oktober 2014.
Direktur IndoStrategi Andar Nubowo DEA menjelaskan, 56% responden menilai Bambang Setiaji layak menduduki kursi Menteri Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi. Ia mengungguli Prof Yohanes Surya yang hanya mendapat 22 persen dan Prof Ganjar Kurnia 11 persen. Sementara itu 11 persen lainnya menyatakan abstain.
Andar menambahkan, responden menghendaki Menteri Dikti & Ristek adalah profesional murni. Diakuinya, ketiga nama-nama di atas adalah professional murni dan merupakan praktisi pendidikan di Indonesia. Namun, Bambang yang paling dijagokan.
"Kemampuan dan pengalaman Bambang dalam bidang pendidikan tak diragukan lagi. Sejak tahun 2005 jadi Rektor UMS, UMS maju dan dapat akreditasi A. Satu diantara sedikit PTS yang berakreditasi baik," jelasnya.
Temuan ini semakin menguatkan temuan-temuan hasil riset lembaga-lembaga lain sebelumnya yang juga mengunggulkan nama Bambang Setiaji dalam kapasitasnya untuk pengembangan Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi. Terlebih dalam riset ini, 40 persen responden berlatar belakang S3, 38 persen untuk S2 dan 22 persen untuk S1.
Direktur Eksekutif The Indonesian Institute, Raja Juli Antoni, Ph.D yang hadir dalam kesempatan tersebut, tak kaget dengan mencuatnya nama Bambang Setiaji. Karena menurutnya, Bambang berpengalaman, termasuk keberhasilannya dalam memimpin UMS.
"Bambang Setiadji seorang rektor yang berhasil membawa UMS. UMS universitas swasta yang bisa bersaing dengan perguruan tinggi negeri. Dengan modal skil dan akademiknya itu, (Bambang) bisa menjadi menteri yang efektif untuk membantu Jokowi dalam pemerintahannya," tandasnya.
Tak hanya dalam Kementerian Dikti dan Ristek, Indostrategi juga merilis lengkap kandidat dari 38 kementerian yang akan menjadi postur cabinet Tri Sakti Jokowi-JK 2014-2019. Selain nama Bambang Setiaji, juga muncul nama Direktur CSIS Rizal Sukma yang menjadi kandidat terkuat Menteri Luar Negeri dan Artidjo Alkotsar yang kuat untuk posisi Menkum dan HAM.
Riset ini digelar salah satunya bertujuan untuk menguji publik atas tokoh-tokoh yang dinominasikan sebagai kandidat menteri dalam Kabinet Jokowi-JK oleh berbagai pihak seperti Institute for Transformation Studies (Intrans), Kabinet Alternatif Usulan Rakyat (KAUR), Indonesian Research and Survey (IRES) dan juga riset IndoStrategi sendiri yang telah dirilis 8 September lalu.
Setelah sebelumnya Indonesian Research and Survei (IReS) dan Institute for Transformation Studies (Intrans), kini giliran IndoStrategi yang mengunggulkan Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) tersebut.
Hal itu terungkap dalam hasil riset IndoStrategi “Uji Publik Kandidat Menteri Jokowi-JK” yang dirilis di Hotel Alia, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (3/10/2014).
Riset IndoStrategi ini bersifat nasional dan menggunakan metode quesioner melalui telepon. Total responden adalah 380 tokoh yang terdiri dari birokrat, akademisi, profesional, dan aktivis. Riset dilaksanakan dari 21 September hingga 1 Oktober 2014.
Direktur IndoStrategi Andar Nubowo DEA menjelaskan, 56% responden menilai Bambang Setiaji layak menduduki kursi Menteri Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi. Ia mengungguli Prof Yohanes Surya yang hanya mendapat 22 persen dan Prof Ganjar Kurnia 11 persen. Sementara itu 11 persen lainnya menyatakan abstain.
Andar menambahkan, responden menghendaki Menteri Dikti & Ristek adalah profesional murni. Diakuinya, ketiga nama-nama di atas adalah professional murni dan merupakan praktisi pendidikan di Indonesia. Namun, Bambang yang paling dijagokan.
"Kemampuan dan pengalaman Bambang dalam bidang pendidikan tak diragukan lagi. Sejak tahun 2005 jadi Rektor UMS, UMS maju dan dapat akreditasi A. Satu diantara sedikit PTS yang berakreditasi baik," jelasnya.
Temuan ini semakin menguatkan temuan-temuan hasil riset lembaga-lembaga lain sebelumnya yang juga mengunggulkan nama Bambang Setiaji dalam kapasitasnya untuk pengembangan Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi. Terlebih dalam riset ini, 40 persen responden berlatar belakang S3, 38 persen untuk S2 dan 22 persen untuk S1.
Direktur Eksekutif The Indonesian Institute, Raja Juli Antoni, Ph.D yang hadir dalam kesempatan tersebut, tak kaget dengan mencuatnya nama Bambang Setiaji. Karena menurutnya, Bambang berpengalaman, termasuk keberhasilannya dalam memimpin UMS.
"Bambang Setiadji seorang rektor yang berhasil membawa UMS. UMS universitas swasta yang bisa bersaing dengan perguruan tinggi negeri. Dengan modal skil dan akademiknya itu, (Bambang) bisa menjadi menteri yang efektif untuk membantu Jokowi dalam pemerintahannya," tandasnya.
Tak hanya dalam Kementerian Dikti dan Ristek, Indostrategi juga merilis lengkap kandidat dari 38 kementerian yang akan menjadi postur cabinet Tri Sakti Jokowi-JK 2014-2019. Selain nama Bambang Setiaji, juga muncul nama Direktur CSIS Rizal Sukma yang menjadi kandidat terkuat Menteri Luar Negeri dan Artidjo Alkotsar yang kuat untuk posisi Menkum dan HAM.
Riset ini digelar salah satunya bertujuan untuk menguji publik atas tokoh-tokoh yang dinominasikan sebagai kandidat menteri dalam Kabinet Jokowi-JK oleh berbagai pihak seperti Institute for Transformation Studies (Intrans), Kabinet Alternatif Usulan Rakyat (KAUR), Indonesian Research and Survey (IRES) dan juga riset IndoStrategi sendiri yang telah dirilis 8 September lalu.
(kri)