Obligasi Ritel Hadir Lagi
A
A
A
PEMERINTAH kembali menerbitkan obligasi negara ritel (ORI). Obligasi ritel dengan label Seri 011 yang memberikan tingkat kupon sekitar 8,5% itu ditargetkan meraih dana tidak kurang dari Rp20 triliun.
Penerbitan ORI yang bertenor tiga tahun tersebut salah satu upaya pemerintah memperoleh dana segar dari masyarakat untuk memperkuat pembiayaan negara terhadap pembangunan. Selain itu, sebuah upaya pemerintah selama ini menarik minat masyarakat untuk mengenal lebih jauh tentang instrumen investasi yang lebih aman. Dalam lima tahun terakhir ini, instrumen investasi di negeri ini telah bertumbuh subur.
Namun, sering kali membuat nasabah kecewa berat karena ternyata lembaga investasi yang memberikan iming-iming imbal hasil yang besar hasilnya nol besar alias bodong. Meski pemerintah sudah memperkenalkan sarana investasi yang aman lewat ORI, berita masyarakat yang gigit jari karena tidak bisa menikmati hasil investasinya masih tetap menghiasi pemberitaan di media massa.
Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat membutuhkan edukasi di bidang investasi lebih intensif. Masyarakat harus dipahamkan bahwa berinvestasi itu jangan hanya melihat penawaran imbal hasil yang tinggi, tetapi juga memiliki risiko yang senantiasa mengintai.
Tentu pemahaman cara berinvestasi yang benar dan memadai terhadap masyarakat tidak cukup tanpa menertibkan lembaga-lembaga investasi yang abal-abal, sebab fakta lapangan menunjukkan lembaga investasi abal-abalan sering kali luput dari perhatian otoritas keuangan. Memang, penawaran imbal hasil dari berbagai lembaga investasi yang menjamur sekarang ini tidak ada artinya dibandingkan dengan kupon yang disediakan ORI sebesar 8,5% dengan tenor selama tiga tahun untuk periode kali ini.
Namun, jangan lupa investasi pada ORI paling aman karena dijamin oleh pemerintah. “Investasi paling aman adalah ORI, praktis tidak mungkin default kecuali RI default ,” tegas Menteri Keuangan Chatib Basri saat peluncuran ORI Seri 011, kemarin di Jakarta. Pemerintah berharap penerbitan ORI ke depan semakin diminati investor seperti yang tergambar dalam setiap penerbitan ORI mulai dari Seri 001 hingga Seri 010 selalu diminati investor.
Dan, pemerintah optimistis penerbitan ORI Seri 011 akan mengulang sukses penerbitan ORI Seri 010 yang laku keras. Tetapi sayangnya, partisipasi dari masyarakat pada umumnya terhadap ORI masih harus terus didongkrak agar tidak terjerat oleh lembaga investasi bodong. Karena itu, otoritas keuangan jangan pernah jenuh menyosialisasikan kelebihan berinvestasi pada ORI.
Masyarakat harus paham bahwa ORI yang dijamin oleh undang-undang sehingga kepastian pembayaran kupon terjamin setiap bulan selama masa kontrak, juga dapat digadaikan pada pegadaian konvensional.
Selain itu, masyarakat juga harus mengerti bagaimana cara mengakhiri kontrak investasi pada ORI sebelum masa kontrak habis. Pemegang surat berharga (ORI) bisa melepas di pasar sekunder dengan melalui agen penjual di mana ORI tersebut dibeli.
Jadi, sangat fleksibel tidak usah menunggu masa jatuh tempo untuk mencairkan dana investasi bila dibutuhkan mendadak. Sekadar menyegarkan ingatan, pemerintah pertama kali menerbitkan ORI pada tahun 2006 yang lalu. ORI dengan Seri 001 menetapkan kupon sekitar 12,5%, selanjutnya ORI Seri 002 dan 003 memberikan kupon masing-masing sebesar 9,28% dan 9,40%.
Selanjutnya, pada 2008 pemerintah menghadirkan ORI Seri 004 dengan kupon 9,5%, lalu muncul ORI Seri 005 kupon sebesar 11,45%, ORI Seri 006 dengan kupon 9,35%. Berikutnya hadir ORI Seri 007, 008, 009 di mana nilai kupon terus menurun masing-masing 7,59%, 7,35% dan 6,25%. Pada tahun lalu, nilai kupon ORI Seri 010 kembali menanjak menjadi 8,5%.
Masalahnya, saat ini kupon ORI kalah gurih dibandingkan kupon deposito yang diberikan sejumlah bank swasta. Kalau menelisik lebih jauh, tujuan penerbitan ORI sungguh mulia. Selain untuk menutupi anggaran negara yang kurang, juga buat memperluas basis investor domestik di pasar modal.
Dan masyarakat yang membeli ORI bukan sekadar berinvestasi, melainkan berkontribusi langsung dalam kelanjutan pembangunan negeri ini dengan meminjamkan dana serta menghindarkan diri dari jeratan wadah investasi bodong.
Penerbitan ORI yang bertenor tiga tahun tersebut salah satu upaya pemerintah memperoleh dana segar dari masyarakat untuk memperkuat pembiayaan negara terhadap pembangunan. Selain itu, sebuah upaya pemerintah selama ini menarik minat masyarakat untuk mengenal lebih jauh tentang instrumen investasi yang lebih aman. Dalam lima tahun terakhir ini, instrumen investasi di negeri ini telah bertumbuh subur.
Namun, sering kali membuat nasabah kecewa berat karena ternyata lembaga investasi yang memberikan iming-iming imbal hasil yang besar hasilnya nol besar alias bodong. Meski pemerintah sudah memperkenalkan sarana investasi yang aman lewat ORI, berita masyarakat yang gigit jari karena tidak bisa menikmati hasil investasinya masih tetap menghiasi pemberitaan di media massa.
Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat membutuhkan edukasi di bidang investasi lebih intensif. Masyarakat harus dipahamkan bahwa berinvestasi itu jangan hanya melihat penawaran imbal hasil yang tinggi, tetapi juga memiliki risiko yang senantiasa mengintai.
Tentu pemahaman cara berinvestasi yang benar dan memadai terhadap masyarakat tidak cukup tanpa menertibkan lembaga-lembaga investasi yang abal-abal, sebab fakta lapangan menunjukkan lembaga investasi abal-abalan sering kali luput dari perhatian otoritas keuangan. Memang, penawaran imbal hasil dari berbagai lembaga investasi yang menjamur sekarang ini tidak ada artinya dibandingkan dengan kupon yang disediakan ORI sebesar 8,5% dengan tenor selama tiga tahun untuk periode kali ini.
Namun, jangan lupa investasi pada ORI paling aman karena dijamin oleh pemerintah. “Investasi paling aman adalah ORI, praktis tidak mungkin default kecuali RI default ,” tegas Menteri Keuangan Chatib Basri saat peluncuran ORI Seri 011, kemarin di Jakarta. Pemerintah berharap penerbitan ORI ke depan semakin diminati investor seperti yang tergambar dalam setiap penerbitan ORI mulai dari Seri 001 hingga Seri 010 selalu diminati investor.
Dan, pemerintah optimistis penerbitan ORI Seri 011 akan mengulang sukses penerbitan ORI Seri 010 yang laku keras. Tetapi sayangnya, partisipasi dari masyarakat pada umumnya terhadap ORI masih harus terus didongkrak agar tidak terjerat oleh lembaga investasi bodong. Karena itu, otoritas keuangan jangan pernah jenuh menyosialisasikan kelebihan berinvestasi pada ORI.
Masyarakat harus paham bahwa ORI yang dijamin oleh undang-undang sehingga kepastian pembayaran kupon terjamin setiap bulan selama masa kontrak, juga dapat digadaikan pada pegadaian konvensional.
Selain itu, masyarakat juga harus mengerti bagaimana cara mengakhiri kontrak investasi pada ORI sebelum masa kontrak habis. Pemegang surat berharga (ORI) bisa melepas di pasar sekunder dengan melalui agen penjual di mana ORI tersebut dibeli.
Jadi, sangat fleksibel tidak usah menunggu masa jatuh tempo untuk mencairkan dana investasi bila dibutuhkan mendadak. Sekadar menyegarkan ingatan, pemerintah pertama kali menerbitkan ORI pada tahun 2006 yang lalu. ORI dengan Seri 001 menetapkan kupon sekitar 12,5%, selanjutnya ORI Seri 002 dan 003 memberikan kupon masing-masing sebesar 9,28% dan 9,40%.
Selanjutnya, pada 2008 pemerintah menghadirkan ORI Seri 004 dengan kupon 9,5%, lalu muncul ORI Seri 005 kupon sebesar 11,45%, ORI Seri 006 dengan kupon 9,35%. Berikutnya hadir ORI Seri 007, 008, 009 di mana nilai kupon terus menurun masing-masing 7,59%, 7,35% dan 6,25%. Pada tahun lalu, nilai kupon ORI Seri 010 kembali menanjak menjadi 8,5%.
Masalahnya, saat ini kupon ORI kalah gurih dibandingkan kupon deposito yang diberikan sejumlah bank swasta. Kalau menelisik lebih jauh, tujuan penerbitan ORI sungguh mulia. Selain untuk menutupi anggaran negara yang kurang, juga buat memperluas basis investor domestik di pasar modal.
Dan masyarakat yang membeli ORI bukan sekadar berinvestasi, melainkan berkontribusi langsung dalam kelanjutan pembangunan negeri ini dengan meminjamkan dana serta menghindarkan diri dari jeratan wadah investasi bodong.
(nfl)